Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Bacaan Surat Ad Dhuha Ayat 6-11 dan Makna Tersiratnya
18 Maret 2021 17:06 WIB
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Makna dan pesan tersirat Allah tercantum dalam semua ayatNya, termasuk dalam bacaan Surat Ad Dhuha . Diturunkan sebanyak 11 ayat, Surat ini berada pada urutan ke 93 dalam Alquran. Dalam buku Cahaya dari Madinah (Elex Komputindo :2014) karya Syeikh Ali Jaber, beliau menerangkan makna tersirat dari surat Ad Dhuha. Berikut penjelasannya secara lengkap.
ADVERTISEMENT
Pesan Tersirat dari Surat Ad Dhuha ayat 6-8
“Alam yajidka yatiiman fa aawaa. wa wajadaka ḍaallan fa hadaa wa wajadaka 'aa`ilan fa agnaa”
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu (Muhammad). Dan dia mendapatimu sebagai orang yang bingung, lalu Dia memberi petunjuk. Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberi kecukupan.”
Dalam ayat tersebut, Nabi Muhammad ditakdirkan sebagai sosok yatim yang akan dilindungi oleh Allah sendiri. Tuhan Semesta Alam menginginkannya untuk terus mendekat kepadaNya dan memohon perlindungan secara langsung. Atas kealpaan dan ketidaktahuannya, Allah turunkan petunjuk untuk dijalankan. Atas kekurangannya, Allah berikan kecukupan kepada beliau.
Pesan Tersirat dari Surat Ad Dhuha Ayat 9-11
“Fa ammal-yatiima fa laa taq-har. wa ammas-saa`ila fa lā tan-har wa ammaa bini'mati rabbika fa ḥaddiṡ”
ADVERTISEMENT
“Maka terhadap anak yatim, janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).”
Menyambungkan ayat sebelumnya, 3 ayat akhir dalam Surat Ad Dhuha menjadi pengingat sekaligus perintah. Bahwasanya, sebagai hamba yang beriman harus senantiasa memperhatikan sesamanya, termasuk anak yatim dan dhuafa. Umat islam tidak dianjurkan untuk menghardik dan tidak menghargai orang lain.
Selain itu, sebagai hamba yang bertakwa, seharusnya manusia dengan mudah berucap syukur atas limpahan rahmat dari Allah. Dengan demikian, setiap musibah dan kejadian buruk tidak akan dijadikan sebagai keluhan.
Dengan meresapi semua petunjuk yang terselip dalam bacaan Surat Ad Dhuha ayat 6-11 di atas, diharapkan dapat menjadi amalan kebaikan. Bahwa memberikan hak dan menyantuni para yatim termasuk aktivitas yang mendatangkan pahala yang besar. Selain itu, bila semua peristiwa disandarkan kepada Allah, maka tiada kereseahan dan kesedihan yang akan melingkupi hati manusia. (AP/RA)
ADVERTISEMENT