Biografi Buya Hamka, Seorang Ulama sekaligus Sastrawan Kenamaan

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
12 Juli 2022 17:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi novel karya Buya Hamka. Foto: unsplash.com/bamin
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi novel karya Buya Hamka. Foto: unsplash.com/bamin
ADVERTISEMENT
Bagi masyarakat Indonesia, nama besar ulama seperti Buya Hamka tidak asing lagi dengar. Beliau yang bernama asli Abdul Malik Karim Amrullah dikenal sebagai seorang ulama Muhammadiyah, budayawan, sekaligus sastrawan. Beliau memiliki peranan penting terhadap bangsa Indonesia. Untuk mengetahuinya secara mendalam, berikut biografi Buya Hamka secara singkat.
ADVERTISEMENT

Biografi Buya Hamka, Seorang Ulama sekaligus Sastrawan Kenamaan

Dikutip dari buku Pribadi dan Martabat Buya Hamka karya Rusydi Hamka (2017), Abdul Malik Karim Amrullah adalah putra dari Dr. Syaikh Abdulkarim Amrullah dan Siti Shafiyah yang lahir di Agam, 17 Februari 1908.
Sang ayah, Syaikh Abdulkarim Amrullah terkenal dengan sebutan Haji Rasul di waktu mudanya. Sebab beliau mempelopori gerakan menentang ajaran Rabithah, yakni sebuah gerakan yang menghadirkan guru dalam ingatan. Sedangkan sang ibu, Siti Shafiyah berlatar belangak dari keluarga seniman.
Malik yang sering dikenal Hamka lahir di era pergerakan, sehingga sejak kecil dia sudah terbiasa mendengar perdebatan-pedebatan yang sengit antara kaum muda dan kaum tua tentang paham-paham agama.
Pada tahun 1918, tatkala Hamka berusia 10 tahun, ayahnya mendirikan pondok pesantren di Padang Panjang dengan nama “Sumatera Thawalib”. Sejak saat itu, Hamka menyaksikan kegiatan ayahnya nmenyebarkan paham dan keyakinannya.
ADVERTISEMENT
Akhir tahun 1924, Hamka yang berusia 16 tahun diberangkatkan ke Yogyakarta. Di sana, dia berkenalan dan belajar dengan pergerakan Islam modern kepada H.O.S. Tjokroaminoto, Ki Bagus Hadikusumo, R.M. Soerjopranoto, dan H. Fakhruddin. Mereka semua mengadakan kursus penggerakan di Gendong Abdi Dharmo di Pakualaman. Dari mereka, Hamka mengenal perbandingan antara Politik Islam, yakni Syarikat Islam Hindia Timur dan gerakan Sosial Muhammadiyah.
Setalah beberapa lama di Yogyakarta, dia berangkat menuju Pekalongan, menemui guru sekaligus suami kakaknya A.R. Sutan Mansur, ketika dia menjadi ketua Muhammadiyah cabang Pekalongan. Di sanalah Hamka berkenalan dengna Citrosuarno, Mas Ranuwiharjo, Mas Usman Pujotomo, dan mendengar tentang kiprah seorang pemuda bernama Muhammad Roem.
Pada Juli 1925, Hamka kebali ke Padang Panjang dan turut mendirikan Tabligh Muhammadiyah di rumah ayahnya. Kemudian pada Februari 1927, Hamka berangkat ke Makkah. Dia menetap selama 7 bulan dan pulang pada Juli 1927. Setelah pulang dari Makkah, Hamka bekerja sebagai penulis di Majalah Peita Andalas, Medan.
ADVERTISEMENT
Pada 5 April 1929, Hamka menikah dengan Siti Ragam. Usai menikah, Hamka aktif dalam kepengurusan Muhammadiyah dan ditinjuk untuk menjadi ketua cabang Padang Panjang.
Karirnya tak sampai di situ saja, Hamka dipilih untuk menjadi ketua umum Majelis Ulama Indonesia pada ta tauhn 1975 dan menjabat selama 5 tahun.
Ilustrasi novel Buya Hamka. Foto: unsplash.com/teatalks

Karya Sastra Buya Hamka

Selain sebagai seorang ulama, Buya Hamka juga dikenal sebagai sastrawan kenamaan. Kemampuan tersebut ia dapatkan secara otodidak. Terlebih saat di Makkah, ia bekerja di sebuah percetakan dan dan juga sebagai penulis.
Pada saat bekerja sebagai penulis majalah, Hamka merilis karya pertamanya yang berjudul Chatibun Ummah yang berisi kumpulan pidato. Kemudian ia merilis Tafsir Al-Azhar yang berisi caramah atau kuliah subuh yang pernah ia sampaikan di Masjid Agung Al-Azhar.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, ia membuat sebuah novel klasik yang berjudul Di Bawah Lindungan Ka’bah yang berkisahkan tentang adat dan tradisi di tahah Minang. Selain itu, novel tersebut berisi tentang pandangannya mengenai pola pikir tentang kehidupan berkasta.
Pada tahun 1938, Buya Hamka merilis sebuah novel dengan judul Tenggelamnja Kapal van der Wijck. Novel ini mengisahkan tentang persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga akhir hayatnya,

Penghargaan

Besarnya peran Buya Hamka terhadap bidang agama Islam dan sastra, ia dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan dan mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Nasional.
Terdapat juga perguruan tingi yang bernama Universitas Muhammadiyah Hamka yang berada di Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, biografi dari beliau akan diangkat dalam sebuah film. Film Buya Hamka diperkirakan akan rilis tahun 2023.
Demikianlah informasi mengenai biografi Buya Hamka, seorang ulama dan sastrawan kenamaan asal Tanah Minang.(MZM)