Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Biografi Imam Syafi'i, Pendiri Mazhab Syafi'i
17 Juni 2022 19:50 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kita ketahui bahwa imam mazhab ada empat yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hanbal. Semuanya berusaha mengikuti petunjuk Alquran dan As-Sunnah. Simak biografi Imam Syafi'i, sang pendiri mazhab Syafi'i yang menarik untuk dibahas.
Biografi Imam Syafi’i
Dikutip dari buku Manaqib Imam Asy-Syafi'i karya Imam Fakhruddin Ar-Razi (2020: 7), Nama lengkap Imam Syafi'i adalah Muhammad bin Idris bin 'Abbas bin 'Usman bin Syafi' bin Saaib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Haasyim bin Abdul Muthalib bin Abdul Manaf. Beliau merupakan satu-satunya imam mazhab yang keturunan Quraisy, nasabnya bersambung dengan Rasulullah SAW melalui Abdul Mandaf. Imam Syafi'i lahir di Palestina, pada tahun 150 Hijriyah dan wafat pada malam Jumat setelah maghrib pada akhir bulan Rajab, tahun 204 H di Mesir.
ADVERTISEMENT
Ada perbedaan pendapat di kalangan ahli sejarah terkait tempat lahir Imam Syafi'i. Ada yang mengatakan di Gaza, ada juga yang berpendapat di Asqalan, dekat Gaza. Ketika berumur dua tahun, Imam Syafi'i dibawa ke tanah leluhurnya di Mekkah oleh sang ibu, setelah ayahnya meninggal. Sejak kecil, Imam Syafi'i pandai dalam sastra Arab, di mana ia mampu menghafal berbagai syair-syair Arab. Berkat bimbingan ibunya, Fatimah, ia mampu membaca dan menghafal Al Quran. Setelah itu, ia berguru kepada Sufian bin Uyainah, salah satu ahli hadis di Mekkah.
Pendidkan Imam Syafi’i
Di Makkah, Imam Syafi'i dan ibunya tinggal di dekat Syi’bu al-Khaif. Di sana, sang ibu mengirimnya belajar kepada seorang guru. Sebenarnya ibunya tidak mampu untuk membiayainya, tetapi sang guru ternyata rela tidak dibayar setelah melihat kecerdasan dan kecepatannya dalam menghafal.
ADVERTISEMENT
Imam Syafi'i bercerita, "Di Al-Kuttab (sekolah tempat menghafal Alquran), saya melihat guru yang mengajar di situ membacakan murid-muridnya ayat Alquran, maka aku ikut menghafalnya. Sampai ketika saya menghafal semua yang dia dikatakan, dia berkata kepadaku, 'Tidak halal bagiku mengambil upah sedikit pun darimu'."
Ternyata kemudian dengan segera guru itu mengangkatnya sebagai penggantinya (mengawasi murid-murid lain) jika dia tidak ada. Demikianlah, belum lagi menginjak usia baligh, beliau telah berubah menjadi seorang guru.
Setelah rampung menghafal Alquran di Al-Kuttab, Imam Syafi'i kemudian beralih ke Masjidil Haram untuk menghadiri majelis-majelis ilmu di sana. Sekalipun hidup dalam kemiskinan, beliau tidak berputus asa dalam menimba ilmu.
Beliau mengumpulkan pecahan tembikar, potongan kulit, pelepah kurma, dan tulang unta untuk dipakai menulis. Sampai-sampai tempayan-tempayan milik ibunya penuh dengan tulang-tulang, pecahan tembikar, dan pelepah kurma yang telah bertuliskan hadis-hadis Nabi. Itu terjadi pada saat beliau belum lagi berusia baligh.
ADVERTISEMENT
Sampai dikatakan bahwa Imam Syafi'i telah menjadi penghfal Al-quran pada saat berusia 7 tahun, lalu membaca dan menghafal kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik pada usia 12 tahun sebelum beliau berjumpa langsung dengan Imam Malik di Madinah.
Demikianlah informasi mengenai biografi Ima Syafi’i yang begitu menarik untuk dibahas. Kepribadian dan semnagat dari Imam Syafi’i sangat patut untuk kita contoh. Kita dalam mencari ilmu harus lebih bersemangat dan tidak boleh pantang menyerah. (Umi)