Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Biografi Sunan Kudus, Seorang Wali Songo dan Panglima Kerajaan Demak
7 Mei 2022 17:40 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 2 September 2024 14:26 WIB
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyaknya masyarakat Indonesia yang beragama Islam tak lepas dari sejarah kehadiran Wali Songo , terutama di tanah Jawa. Salah satu dari sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa adalah Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan atau yang lebih dikenal dengan Sunan Kudus. Agar lebih mengenal sang pendiri masjid Kudus ini, berikut biografi Sunan Kudus sebagai seorang Wali Songo dan Panglima Kerajaan Demak.
ADVERTISEMENT
Biografi Sunan Kudus, Seorang Wali Songo dan Panglima Kerajaan Demak
Dikutip dari buku Wali Sanga - Menguak Tabir Kisah hingga Fakta Sejarah karya Masykut Arif (2016), Sunan Kudus lahir pada 9 September 140. Ia merupakan anak dari pasangan Sunan Ngudung atau Sayyid Utsman Haji dengan Syarifah Dewi Rahil.
Jika ditarik lebih jauh lagi, Sunan Kudus merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur Husain bin Ali. Lebih tepatnya pada jalur Ja’fat ash-Shidiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib yang beristrikan Fatimah az-Zahra binti Muhammad.
Meskipun ia terkenal dengan nama Kudus , namun ia bukan berasal dari tanah Jawa. Sunan Kudus berasal dan lahir di Al-Quds, Palestina. Kemudian, ia pergi ke Tanah Jawa bersama kakek, ayah, dan kerabatnya.
ADVERTISEMENT
Perjalanan hidup Sunan Kudus sangat erat kaitannya dengan Sunan Ampel. Pasalnya ia merupakan salah satu santri dari Pesantren Ampeldenta.
Selain itu, guru Sunan Kudus lainnya adalah Kyai Telingsing, yakni seorang ulama asal Tiongkok yang menyebarkan agama Islam bersama Laksamana Cheng Ho.
Dakwah Sunan Kudus
Sunan Kudus memiliki ayah yang menjabat sebagai Senopati atau Panglima Kerajaan Demak. Beliau gugur saat melawan Adipati Terung. Sang ayah juga melakukan perjalanan dakwah yang panjang untuk daerah Kudus dan sekitanya.
Setelah meninggal, Sunan Kudus dipilih untuk melanjutkan perjuangan sang ayah sebagai Panglima Kerajaan Demak.
Selain sebagai panglima, ia juga diangkat menjadi imam besar Masjid Agung Demak dan menjadi qadhi atau hakim di kerajaan tersebut.
Akibat perselisihan di internal Kerajaan Demak, Sunan Kudus kemudian pindah ke kawasan Tajug dan tidak aktif lagi dalam dunia politik serta fokus pada dakwah agama Islam.
ADVERTISEMENT
Strategi dakwah yang ia usung adalah melalui pendekatan bidang seni dan budaya. Ia tidak langsung melarang masyarakat yang masih menganut kepercayaan animisme dan agama Hindu-Buddha yang masyarakat usung, melainkan merangkulnya pelan-pelan. Berkat metode tersebut, Sunan Kudus memperoleh simpati dari masyarakat.
Akibatnya, wilayah Tajug berganti nama menjadi Kudus yang duambil dari kata al-Quds tempat suci di Palestina dan tempat kelahiran Sunan Kudus.
Tak sampai disitu saja, Sunan Kudus juga mengembangkan dakwahnya melalui akulturasi atau pencampuran budaya agar agama Islam lebih diterima masyarakat setempat. Terbukti dengan dibangunnya Masjid Kudus yang memiliki arsitektus unik selayaknya candi.
Setelah beberapa tahun berdakwah di daerah Kudus, ia pun mengembara ke wilayah lain hingga tanah suci Makkah.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa tahun mengabdi dan berdakwah di daerah Kudus, Sunan Kudus tutup usia dan dimakamkan di Masjid Kudus yang terletak di bagian belakang masjid. (MZM)