Konten dari Pengguna

Ceramah Ramadhan Singkat dan Menyentuh Tentang Habluminallah dan Habluminannas

Berita Terkini
Penulis kumparan
23 April 2021 18:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ceramah Ramadhan. Foto: dok. https://unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ceramah Ramadhan. Foto: dok. https://unsplash.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mendengarkan ceramah di bulan Ramadhan merupakan kegiatan yang banyak dilakukan umat Islam untuk meraih pahala puasa Ramadhan. Hal ini banyak dilakukan karena selain mendapatkan limpahan pahala, mendengarkan ceramah juga dapat meningkatkan keimanan bagi kita yang mendengarkannya. Berikut ini adalah ceramah Ramadhan singkat dan menyentuh untuk Anda resapi.
ADVERTISEMENT

Ceramah Ramadhan Singkat dan Menyentuh Untuk Meningkatkan Keimanan

Saat mendengarkan ceramah di bulan Ramadhan bisa meningkatkan keimanan kita selama bulan Ramadhan. Terlebih materi yang dikaji sangat menyentuh hati kita sehingga kita tersadar untuk memperbaiki tindakan kita dalam keseharian kita.
Berikut ini adalah salah satu contoh ceramah Ramadhan singkat dan menyentuh yang membahas mengenai habluminnannas dan habluminallah di bulan Ramadhan yang dikutip dari buku berjudul Islam Rahmat Bagi Alam Semesta yang disusun oleh Tim Penceramah JIC (2005:16-19):
Ketika Allah SWT memerintahkan kita melaksanakan ibadah shaum, Allah SWT sekaligus menegaskan bahwa tujuan ibadah ini adalah la’allakum tattaqun.
Apa yang sebenarnya terkandung dalam la’allakum tattaqun? Setidaknya ada dua nilai, ada dua dimensi yang kita dapatkan dalam ibadah shaum. Yang pertama adalah dimensi ilahiah atau dimensi ketuhanan, dan yang kedua adalah dimensi kemanusiaan, hablun min Allah dan habluminannas.
ADVERTISEMENT
Bahkan, dua dimensi ini tidak hanya terdapat dalam ibadah puasa saja. Seluruh ibadah dalam Islam selalu memiliki dua dimensi ini. Sholat yang kita kerjakan juga bukan hanya sekedar hablun min Allah, tetapi di dalamnya menyimpan pesan; bagaimana kita hidup berkemanusiaan dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan itu.
Suatu saat seorang sahabat Nabi, Mu’adz ibn Jabal, menjadi imam sholat isya. Surat yang dibaca saat itu adalah surat Al Baqarah dan dibaca sampai selesai. Ketika Mu’adz mengakhiri sholat dengan salamnya, ternyata makmumnya sudah tidak ada satupun. Kabur semua. Mu’adz bertanya-tanya, jangan-jangan di belakang ini orang munafik semua.
Ternyata dugaan Mu’adz justru meleset. Ketika besoknya bertemu Nabi, Mu’adz justru dimarahi. Kata Nabi, “Hai Mu’adz, apakah engkau ini ingin menjadi objek fitnahan orang lain? Mentang-mentang hafalan engkau banyak, lantas engkau menjadi imam tidak melihat kondisi makmum? Kalau jadi imam, engkau harus lihat-lihat makmumnya. Bukan berarti membaca ayat panjang-panjang dilarang, tapi harus melihat situasi dan kondisi.” Kenapa ada ajaran seperti ini? Kasus ini menunjukkan, bahwa sholat mengandung semangat penghormatan nilai-nilai kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Inilah cara Islam menghormati nilai-nilai kemanusiaan. Selain itu, sebelum melaksanakan ibadah sholat kita juga diperintahkan ber-siwak dulu, sikat gigi. Sikat gigi ini juga menjadi salah satu bagian dari dimensi hablun min al-nas. Bau mulut orang yang berpuasa, kata Allah SWT, baunya persis minyak kasturi.
Namun dilihat dari dimensi manusia, bau mulut orang yang sedang berpuasa tetap tidak sedap dan mengganggu orang lain. Makanya ketika kita diperintahkan untuk ber-siwak oleh Nabi, ini lebih menunjukkan dimensi hablun min al-nas. Suatu kali seorang sahabat masuk Masjid, setelah makan malam dengan bawang putih dan bawang merah. Dia pergi sholat ke Masjid tanpa sikat gigi, dan berdiri persis di belakang Nabi.
Ketika makmum menjawab Al-Fatihah Nabi dengan “amin”, bau bawang tak sedap tersebut tercium oleh Nabi. Usai sholat, Nabi berdiri mengingatkan sahabat, “Siapa yang habis makan bawang putih, makan bawang merah, jangan dekat dekat dengan Masjid sebelum bersikat gigi.”
ADVERTISEMENT
Dalam Islam, kita juga diperintahkan untuk berhias ketika hendak memasuki Masjid, khudzu zinatakum ‘inda kulli masjid. Kalau mau pergi ke Masjid pakai perhiasan, baju yang rapi, baju yang sopan. Ini ajaran Islam, tapi yang mempraktekkan justru agama lain. Jika kita lihat kaum Nasrani, ketika berangkat ke gereja untuk beribadah, mereka memakai pakaian yang rapi, sepatu mengkilat, memakai jas dan dasi.
Sementara, orang Islam pergi ke Masjid hanya memakai sandal jepit belang-belang; satu hijau satu merah. Ironisnya, pulang dari Masjid sandal Carvil yang dia pakai. Tidak sedikit dari kita yang pergi ke Masjid dengan memakai kaos oblong.
Inilah dimensi hablun min al-nas dalam sholat. Ibadah puasa yang kita kerjakan juga memiliki dimensi hablun min Allah dan hablun min al-nas. Dimensi hablumminallah adalah, setidaknya kita diajar ber-muraqabah; merasa selalu diawasi oleh Allah SWT. Kita selalu merasa dipantau oleh Allah SWT. Karena itu Allah SWT berfirman dalam sebuah hadist Qudsi: “Al-shaumu li wa ana ajzi bihi”, puasa itu untuk Ku, dan Aku yang memberikan penilaian.
ADVERTISEMENT
Untuk sholat, orang lain bisa menilai. Untuk zakat yang kita keluarkan, setidaknya amil tahu kita mengeluarkan zakat. Berangkat haji, orang sekampung tahu kalau kita berangkat haji. Tetapi puasa, siapa yang tahu kalau kita lagi puasa?
Inilah ujian muraqabah dalam puasa, bahwa diri kita selalu dipantau oleh Allah SWT. Nah, ketika puasa biasanya kita selalu merasa dipantau oleh Allah SWT, namun untuk hal lain, jarang sekali kita menyadarinya.
Seharusnya kecurangan-kecurangan di bidang lain kita tinggalkan, dengan prinsip yang sama; Allah SWT selalu mengawasi kita. Kita sering lupa bahwa setiap saat Allah SWT mengawasi kita, melalui Rakib dan Atid.
Dua malaikat ini tidak hanya mencatat, tapi juga merekam dan memvisualisasikan semua perbuatan kita. “Faman ya’mal mitsqala dzarratin khairan yarah, waman ya’mal mitsqala dzarratin syarran yarah.” Ini ayat visualisasi. Sekecil apapun perbuatan kita yang jelek, Allah SWT akan memperlihatkan pada kita nantinya. Sebaliknya, sekecil apapun perbuatan baik kita, juga akan diperlihatkan, di hari akhir nanti.
ADVERTISEMENT
Saat itu, mulut akan ditutup dan tangan kita yang akan berbicara. “Alyauma nakhtimu ‘ala afwahahihim watukallimu na aidihim watasyhadu arjuluhum bima kanu yaksibun.” Hari di mana tangan kita berbicara apa yang kau lakukan; tender apa yang sudah kau tanda tangani, kontrak apa yang kau sudah terima, dan lain sebagainya, semua itu harus kita pertanggung jawabkan.
Dimensi habluminannas dari ibadah saum adalah: ketika kita merasa lapar selama 12 sampai 13 jam, kita akan merasakan empati dan menyadari, bahwa di luar sana ada saudara kita yang lapar setiap hari, lapar setiap saat. Ini adalah dimensi kemanusiaan ajaran Islam, supaya kita peduli pada mereka yang lebih butuh dari kita.
Karena itu, tradisi takjil bersama pada bulan Ramadhan merupakan tradisi yang bagus, seperti halnya yang kita lihat di Mekah dan Madinah. Di sana, jika ada seorang musafir hendak masuk ke Masjid, ia ditarik agar ikut makan makanan yang disediakan oleh mereka.
ADVERTISEMENT
Dalam ihya ‘ulum al-din, dalam bab al-itsar, Imam al Ghazali menceritakan tentang Abdullah ibn Umar ketika zaman paceklik. Saat itu, Abdullah sedang dalam kondisi lapar. Saat itu kebetulan ada yang mengiriminya gulai kambing. Ketika hendak memakannya, Abdullah ibn Umar mengurungkannya, karena ia ingat kepada tetangga sebelahnya yang dianggap lebih butuh dari dia.
Akhirnya gulai kambing tersebut ia kirim pada tetangga sebelahnya. Anehnya tetangga sebelah itu tidak mau memakan gulai tersebut, karena ia menganggap ada tetangganya lagi yang lebih butuh daripada dia. Tetangga ketiga ini juga begitu, dan memberikan gulai tersebut kepada tetangganya, hingga gulai kambing tersebut berputar-putar pada tujuh tetangga.
Anehnya, tetangga ketujuh itu adalah Abdullah ibn Umar, orang yang pertama kali mendapat gulai kambing. Jadi inilah dua dimensi ibadah puasa, hablun min Allah dan hablun min al-nas. Dua dimensi inilah yang harus kita ketahui, agar ibadah puasa yang kita lakukan dapat mencapai tujuan yang dikehendaki oleh Allah SWT, la’allakum tattaqun.
ADVERTISEMENT
Contoh ceramah Ramadhan singkat dan menyentuh yang membahas hablumminallah atau hubungan kita kepada Allah dan juga habluminannas atau hubungan antara kita dengan manusia lainnya dapat Anda resapi dan ambil hikmahnya yang bermanfaat. (DA)