Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Contoh Tugas Mandiri Modul Pedagogik PPG PAI 2025 untuk Referensi Belajar
21 April 2025 22:49 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Kementerian Agama tahun 2025, peserta akan diminta untuk mengerjakan sejumlah modul. Misalnya, contoh tugas mandiri modul pedagogik PPG PAI 2025.
ADVERTISEMENT
Contoh tugas mandiri ini bisa digunakan sebagai bahan referensi untuk belajar mandiri di rumah. Dengan begitu bisa mengerjakan semua tugas yang ada pada program ini sehingga bisa menjadi guru yang profesional.
Contoh Tugas Mandiri Modul Pedagogik PPG PAI 2025
Dikutip dari laman https://ppg.kemenag.go.id, PPG Kemenag tahun 2025 merupakan program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama. Program ini bertujuan untuk mendukung pendidikan yang lebih berkualitas.
Melalui program ini harapannya bisa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru, khususnya adalah guru madrasah dan guru Pendidikan Agama Islam di sekolah umum. Untuk mengikuti program ini peserta harus memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Proses pembelajaran pada program ini dilakukan secara daring melalui learning management system atau LMS. Peserta diharuskan menyelesaikan berbagai materi dan tugas di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Berikut ini adalah contoh tugas mandiri modul pedagogik PPG PAI 2025 untuk bahan belajar .
1. Peta konsep atau gagasan apa saja yang Anda temukan dari Topik 1 sd. Topik 8. Sebutkan kurang lebih 5 minimal gagasan dan mohon dijelaskan dalam satu dua alinea.
a. Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik
Pendekatan pembelajaran seperti Problem-Based Learning (PBL), Project-Based Learning (PJBL), dan Design-Based Learning (DBL) menempatkan peserta didik sebagai subjek utama dalam proses belajar. Fokus utama terletak pada kebutuhan, karakteristik, serta pengalaman belajar yang disesuaikan dengan kemampuan individu.
Peserta didik didorong untuk terlibat aktif dalam eksplorasi pengetahuan, pemecahan masalah kontekstual, dan pengalaman belajar yang bermakna. Peran guru bergeser dari sumber pengetahuan utama menjadi fasilitator yang menciptakan lingkungan belajar fleksibel, inklusif, dan mendukung berbagai gaya belajar, termasuk bagi peserta didik berkebutuhan khusus.
b. Integrasi Materi, Teknologi, dan Pedagogi (TPACK)
Kerangka Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) menekankan sinergi antara tiga komponen esensial: konten materi, strategi pedagogis, dan pemanfaatan teknologi. Penguasaan materi saja tidak cukup; guru harus mampu merancang metode pengajaran yang efektif sekaligus mengintegrasikan teknologi secara relevan.
ADVERTISEMENT
Di era digital dan kecerdasan artifisial (AI), integrasi ini menjadi kunci dalam menciptakan pembelajaran yang adaptif, interaktif, dan sesuai dengan konteks perkembangan zaman.
c. Pendekatan Pembelajaran Bermakna dan Menyenangkan (Deep Learning)
Deep learning dalam pendidikan tidak hanya berorientasi pada pencapaian kognitif, tetapi juga melibatkan aspek emosional dan kesadaran peserta didik (mindful, meaningful, joyful). Pembelajaran yang menyentuh dimensi afektif dan sosial cenderung meninggalkan kesan mendalam, memperkuat pemahaman, serta membentuk karakter positif.
Pendekatan ini relevan dengan pengembangan nilai-nilai moral dan kesiapan peserta didik dalam menghadapi tantangan global, sekaligus menjadikan proses belajar lebih berkelanjutan dan berdampak jangka panjang.
d. Peran Guru sebagai Konselor, Fasilitator, dan Supervisor
Layanan bimbingan konseling dan supervisi klinis menuntut guru profesional tidak hanya fokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga berperan aktif dalam membina, membimbing, dan mendampingi perkembangan peserta didik serta rekan sejawat. Pendekatan ini memerlukan kompetensi komunikasi efektif, empati, dan kemampuan refleksi diri untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung.
ADVERTISEMENT
e. Transformasi Guru di Era Digital dan AI
Perkembangan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), mengharuskan guru melakukan transformasi peran. Meskipun teknologi semakin canggih, posisi guru tetap tidak tergantikan. Namun, guru perlu beradaptasi dengan memanfaatkan AI sebagai alat pendukung pembelajaran, seperti menganalisis kebutuhan siswa dan mengembangkan pembelajaran personalisasi.
2. Materi/Konsep apa saja dalam topik tersebut yang menurut anda menimbulkan miskonsepsi/salah mengerti dari topik 1 sd. topik 8
a. Problem Based Learning (PBL) vs. Project Based Learning (PJBL)
Terdapat anggapan bahwa PBL dan PJBL merupakan metode yang sama. Padahal, keduanya memiliki fokus berbeda. PBL berorientasi pada penyelesaian masalah terbuka melalui pertanyaan kritis, sedangkan PJBL menekankan pada produk akhir dan proses pengerjaan proyek. Kesalahan pemahaman ini berpotensi menyebabkan perencanaan pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
b. Differentiation Based Learning (DBL)
ADVERTISEMENT
Pembelajaran berdiferensiasi sering disalahartikan sebagai pembuatan banyak rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau pemberian perlakuan berbeda secara terus-menerus kepada setiap siswa. Padahal, esensi DBL terletak pada pemberian pilihan dan fleksibilitas sesuai kebutuhan belajar siswa, bukan merancang pembelajaran yang sepenuhnya berbeda. Guru cukup mengelola variasi dalam konten, proses, produk, dan lingkungan belajar secara strategis.
c. Pendekatan TPACK
Banyak yang mengira TPACK sekadar penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Sebenarnya, TPACK merupakan kerangka integratif yang menekankan sinergi antara pengetahuan konten (materi), pedagogik (cara mengajar), dan teknologi. Kesalahpahaman ini menyebabkan guru hanya fokus pada alat digital tanpa mempertimbangkan bagaimana teknologi tersebut mendukung pemahaman siswa terhadap materi.
d. Deep Learning (Mindful, Meaningful, Joyful)
Joyful learning sering diartikan sebagai belajar sambil bermain tanpa arah atau target yang jelas.
ADVERTISEMENT
Padahal, joyful learning harus dirancang secara bermakna (meaningful), penuh kesadaran (mindful), dan bertujuan untuk mencapai pemahaman mendalam. Tanpa pemahaman yang utuh, pembelajaran bisa menjadi menyenangkan namun minim substansi.
e. Supervisi Klinis dalam Bimbingan Konseling
Supervisi klinis kerap dianggap sekadar penilaian kinerja guru. Padahal, supervisi klinis merupakan pendekatan pembinaan profesional yang berfokus pada dialog reflektif antara supervisor dan guru dengan pendekatan suportif, bukan menghakimi.
Miskonsepsi ini dapat menimbulkan ketakutan atau penolakan terhadap proses supervisi.
f. Pendidikan Inklusi untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Pendidikan inklusi kadang disalahpahami sebagai kewajiban guru untuk "menyembuhkan" atau "menyamakan" ABK dengan siswa umum.
Padahal, inklusi bertujuan memberikan akses, dukungan, dan penerimaan sesuai kemampuan dan kebutuhan masing-masing anak, bukan menyamaratakan hasil belajar.
ADVERTISEMENT
g. Gaya Belajar Generasi Z dan Alpha
Generasi Z dan Alpha sering dianggap hanya menyukai teknologi tetapi tidak bisa fokus. Sebenarnya, generasi ini memiliki potensi besar jika difasilitasi dengan pendekatan visual, kolaboratif, dan berbasis digital yang tepat.
Kesalahpahaman ini menyebabkan guru cenderung membatasi atau menyalahkan siswa ketika metode pembelajaran konvensional tidak efektif.
Pemahaman yang tepat terhadap konsep-konsep tersebut penting untuk menghindari kesalahan dalam praktik pembelajaran. Pendidik perlu terus memperbarui pengetahuan dan menyesuaikan pendekatan sesuai dengan perkembangan teori dan kebutuhan siswa.
Itulah pembahasan mengenai contoh tugas mandiri modul pedagogik PPG PAI 2025 untuk bahan belajar mandiri di rumah. (WWN)
ADVERTISEMENT