Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Hikmah Halal bi halal dan Manfaatnya dalam Tradisi Lebaran di Indonesia
22 April 2022 21:20 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Apabila direnungkan, halal bihalal bukan sekadar saling bermaafan saat Lebaran. Berikut ini adalah hikmah halal bi halal dan manfaatnya dalam tradisi Lebaran di Indonesia.
Hikmah Halal bi halal dan Manfaatnya dalam Tradisi Lebaran di Indonesia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, halal bi halal adalah kegiatan maaf-memaafkan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan:2017). Secara terminologis, halal bi halal adalah kegiatan silaturahim pada saat Lebaran atau Idul Fitri.
Dalam praktiknya, halal bi halal mampu merekatkan hubungan sosial. Kegiatan saling memaafkan ini juga meningkatkan imunitas dan memeperpanjang usia.
Jadi, sejatinya hikmah halal bi halal sama dengan hikmah silaturahmi. Kegiatan silaturahim sudah menjadi tradisi di Indonesia. Saat Lebaran, tradisi mudik menjadi kesibukan tersendiri masyarakat sebagai upaya bersilaturahim dengan sanak saudara.
ADVERTISEMENT
Meskipun halalbihalal berasal dari bahasa Arab, tetapi orang Arab sendiri ternyata tidak mengetahui arti dan makna halalbihalal. Orang Indonesia yang mengkreasikan sekaligus menciptakan tradisi halalbihalal ini. (Lentera Hati:1994)
Inti tujuan halalbihalal adalah untuk menciptakan keharmonisan antarsesama manusia. Meskipun istilah halalbihalal berasal dari kreasi orang Indonesia, hakikat halalbihalal berasal dari ajaran Al-Qur’an.
Pada sebagian keluarga di Indonesia, halalbihalal biasanya diawali dengan saling bermaafan atas segala kesalahan melalui tradisi sungkeman.
Dalam Al Quran, Allah memerintahkan kita untuk saling memaafkan.
“Jadilah pemaaf dan anjurkanlah orang berbuat baik, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A`raf: 199).
Organisasi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) juga mempunyai sejarah yang unik terkait peristiwa halalbihalal. Pada tahun 1924, majalah Soeara Moehammadijah mengulas tentang halalbihalal. Dalam artikelnya, Majalah Soeara Moehammadijah menulisnya “chalal bi chalal”. Artinya kegiatan silaturahmi, memohon maaf antar Muslim saat Lebaran.
ADVERTISEMENT
Kini setelah dua tahun pandemi melanda negeri, pemerintah mengizinkan kita mudik merekatkan kembali tali silaturahmi secara fisik. Mari kita manfaatkan kesempatan saling bermaafan agar hikmah halal bi halal bisa kita pahami dan rasakan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. (sugi)