Konten dari Pengguna

Hikmah Halal bi Halal sebagai Tradisi di Hari Raya Idul Fitri di Indonesia

Berita Terkini
Penulis kumparan
16 April 2022 18:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tradisi halal bi halal yang dilakukan pada Hari Raya Idul Fitri. Foto: pexels.com/rodnae-prod
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tradisi halal bi halal yang dilakukan pada Hari Raya Idul Fitri. Foto: pexels.com/rodnae-prod
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat Hari Raya Idul Fitri tiba, berbagai macam perayaan dilakukan untuk menyambut hari kemenangan tersebut. Seperti menunaikan shalat ied, kumpul keluarga, ziarah kubur, hingga saling mengunjungi sangak saudara. Namun terdapat sebuah tradisi yang lekat pada perayaan Idul Fitri, perayaan tersebut adalah halal bi halal. Lantas apa hikmah halal bi halal yang menjadi tradisi Hari Raya Idul Fitri ini?
ADVERTISEMENT

Hikmah Halal bi Halal sebagai Tradisi di Hari Raya Idul Fitri di Indonesia

Sebelum membahas hikmah dari halal bi halal, kita perlu mengetahui tetang awal terciptanya tradisi ini yang melekat pada perayaan lebaran.
Terdapat banyak sekali versi dari sejarah terbentuknya tradisi halal bi halal. Seperti pada tahun 1946, pendiri Nahdatul Ulama, KH Wahab Chasbullah yang mengajukan pendapat kepada Soekarno guna mengatasi situasi di politik di masa tersebut.
Selain itu, pertemuan antar dua tokoh besar, Buya Hamka dan Soekarno pada Idul Fitri 1963. Ketika berjabat tangan, Buya Hamka mengatakan kepada Soekarno, “Kita hahal bi halal”.
Terdapat juga pendapat bahwa tradisi halal bi halal suda ada sejak abad ke-19 yang berasal dari Praja Mangkunegaran Surakarta. Halal bi halal ini berasal dari istilah great tradition yang diadobsi umat Islam dan menjalar pada keseharian.
ADVERTISEMENT
Istilah halal bi halal juga sudah ditemukan pada kamus bahasa Jawa-Belanda karya Theodoor Gautier Thomas Pigeaud (1938) yang disusun pada tahun 1926 atas perintah Gubernur Jendreral Hindia Belanda. Namun kata yang digunakan adalah alal behalal yang artinya acara maaf-maafan ketika hari raya.
Dan terakhir, istilah halal bi halal digunakan ketika para pemuda Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta saat mencari tema yang mewadahi dua momen istimewa, Idul Fitri dan Proklamasi Republik Indonesia.
Ilustrasi tradisi halal bi halal. Foto: pexels.com/rodnae-prod
Kenapa menggunakan istilah halal bi halal?
Dikutip dari buku Ramadhan, Maaf Kami Masih Sibuk karya Ahmad Rifa`i Rif`an (2021:118), meskipun terkesan berasal dari negeri Arab, namun istilah ini sama sekali tidak dikenal bangsa Arab zaman dahulu. Isitlah ini merupakan majemuk dari kata halala yang diapit dengan satu kata penghubung bi. Sehingga halal bi halal adalah ajaran Islam yang ada ditengah masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Halal sindiri memiliki dua makna, yakni diperkenankan dan baik. Maka arti halal bi halal diartikan sebagai hubungan untuk saling berinteraksi yang tidak dilarang dan mengandung sesuatu yang baik dan menggembirakan.
Setelah mengetahui sejarahnya, kita dapat mengetahui bahwa tadisi halal bi halal merupakan sebuah kegiatan saling bermaaf-maafan pada Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, halal bi halal juga menjadi sarana menyambung tali silaturahmi yang sempat terputus.
Dengan halal bi halal, kita dapat terbebas dari dosa yang diperbuat sebelumnya. Karena seorang umat Islam memiliki kesalahan masa lalu kepada orang lain dan memutus tali silaturahmi tidak bisa masuk surga.
Seperti yang dijelaskan dari Jubair bin Muth’im ra., ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
ADVERTISEMENT
Jadi halal bi halal tidak hanya sebatas berkumpulnya umat Islam di Hari Raya Idul Fitri, namun juga saling bermaaf-maafan dan juga menyambung silaturahmi (ukhwwah). (MZM)