Konten dari Pengguna

Kebijakan Islam Hasil Kepemimpinan Abu Bakar as Shiddiq saat Menjadi Khaliah

Berita Terkini
Penulis kumparan
14 September 2021 10:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustarsi Abu Bakar as Shiddiq yang menjadi khalifah setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAW. Sumber: https://www.freepik.com/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustarsi Abu Bakar as Shiddiq yang menjadi khalifah setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAW. Sumber: https://www.freepik.com/
ADVERTISEMENT
Setelah wafat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, meninggalkan kekosongan pada posisi pimpinan negara. Terdapat banyak kandidat yang akan dijadikan sebagai pemimpin. Pada akhirnya Abu Bakar as Shiddiq dipilih menjadi khalifah karena beliau pernah dimintai menjadi imam ketika Nabi Muhammad sakit. Bagaimana kepemimpinan Abu Bakar saat menjadi khalifah?
ADVERTISEMENT
Abu Bakar as Shiddiq mejadi seorang khalifah dari 2 tahun 77 hari (11 – 13 Hijriah). Walau termasuk singkat, banyak kebijakan yang membawa peradaban Islam semakin pesat.

Kebijakan Abu Bakar as Shiddiq saat Menjadi Khalifah

Mengutip buku berjudul Tarikh Khulafa: Sejarah Para Khalifah karangan Imam As-Suyuthi, ‎Iman Sulaiman (2000: 80) kebijakan-kebijakan semasa kepemimpinan Abu Bakar as Shiddiq menjadi khalifah antara lain:
1. Memerangi Kemunafikan dan Kemurtadan
Setelah berita meningalnya Nabi Muhammad, banyak sekali orang dan pengikutnya yang mengaku menjadi nabi, termasuk di dalamnya meninggalkan sholat, zakat dan kembali melakukan kebiasaan jahiliah. Hal ini berdasarkan anggapan bahwa setelah Nabi Muhammad wafat, maka segala perjanjian dengan beliau terputus.
Dengan kehadiran berita tersebut, Abu Bakar memerintahkan 11 panglima untuk menstabilkan kondisi setelah wafatnya Nabi Muhammad, diantaranya Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Ikrimah bin Abu Jahal, Syurahbil bin Hasanah, Thuraifah bin Hajir, Amr bin Al-Ash, Khalid bin Said bin AV Ash, Al-Ala' bin Al-Hadhar, Hudzaifah bin Muhshin Al-Ghalfa'i, Urfajah bin Hartsimah dan Muhajir bin Abu Umayyah.
ADVERTISEMENT
Langkah yang diambil Abu Bakar ternyata berdampak positif. Pengiriman pasukan pada daerah dalam keadaan kacau menimbulkan interpretasi dari pihak lawan bahwa kekuasaan islam cukup tangguh sehingga pemberontak mulai gentar. Selain itu taktik ini juga memberi dampak pengalihan perhatian umat islam yang memukul mundur pasukan Romawi.
2. Penghimpunan Al-Quran
Ilustrasi masjid tempat Abu Bakar as Shiddiq menjadi imam. Sumber: https://www.freepik.com/
Umar bin Khattab khawatir akan gugurnya para sahabat penghafal Al-Quran yang masih hidup. Kemudian beliau datang kepada Abu Bakar untuk memusyawarahkan hal tersebut. Kemudian Abu Bakar mengutus Zaid bin Tsabit agar segera mengumpulkan semua ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Zaid bin Tsabit bekerja keras mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an secara amat teliti walaupun beliau sudah hafal Al-Qur’an. Dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dikumpulkan oleh Zaid bin Tsabit, kemudian beliau serahlan kepada Abu Bakar.
ADVERTISEMENT
3. Awal Perluasan Wilayah Islam
Perluasan wilayah yang dilakukan pada masa khalifah Abu Bakar as Shiddiq ke luar jazirah Arab, yaitu Irak dan Suriah. Kedua negara tersebut harus ditaklukkan dengan tujuan untuk keamanan wilayah islam dari kekuasaan Persia dan Bizantium.
Selain itu Abu Bakar memperluas wilayah penyebaran agama islam ke Hiroh (dijadikan pusat pertahanan dan ibu kota di luar Arab), Anbar dan Persia, Daumatul Jadal, Yatmuk, Syam, dan Syria.
Walaupun masa kepemimpinan Abu Bakar as Shiddiq sangat singkat, namun beliau mampu melalui masa tersebut dengan banyak prestasi. (MZM)