Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Khutbah Idul Fitri yang Membuat Jamaah Menangis dan Menyentuh Hati Nurani
27 April 2022 22:59 WIB
·
waktu baca 21 menitDiperbarui 10 Mei 2023 14:51 WIB
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Materi khutbah Idul Fitri yang membuat jamaah menangis menjadi salah satu materi khutbah yang biasa disampaikan di hari raya Idul Fitri . Hal ini dilakukan untuk meningkatkan keimanan dan memperbaiki diri agar jauh lebih baik dibanding sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Bagi Anda yang ingin merenungi khutbah Idul Fitri yang menyentuh hati nurani, mari kita simak pemaparan lengkapnya berikut ini.
Apa Itu Khutbah?
Sebelum melihat contohnya, pahami dulu apa yang dimaksud dengan khutbah. Khutbah merupakan salah satu cara yang banyak diterapkan, khususnya dalam Islam untuk menyampaikan pesan penting, khususnya dalam hal keagamaan.
Dijelaskan dalam Buku Pintar Khatib dan Khotbah Jumat yang disusun oleh Arif Yosodipuro (2013:9), pengertian khutbah dalam bahasa Indonesia dapat dimaknai dengan pemberian ceramah , wasiat, nasihat, dan sejenisnya.
Khutbah biasanya berisi hal-hal keagamaan untuk kemudian disampaikan bagi khalayak umum. Salah satu materi yang disampaikan adalah tentang bagaimana kita tetap istiqomah untuk beramal setelah bulan Ramadhan selesai.
ADVERTISEMENT
Agar lebih memahaminya, simak beberapa contoh khutbah Idul Fitri yang membuat menangis dalam artikel ini.
Contoh Khutbah Idul Fitri yang Membuat Jamaah Menangis untuk Evaluasi Diri
Untuk menyampaikan materi khutbah yang menyentuh hati, berikut ini adalah salah satu materi khutbah Idul Fitri yang membuat jamaah menangis untuk bahan renungan yang dikutip dari buku Evaluasi Takwa Puasa Ramadhan Kita yang disusun oleh Asep Maulana Rohimat, M.S.I (2019:2-5) dan NU Online.
1. Khutbah Idul Fitri: Evaluasi Takwa Puasa Ramadhan Kita
Hadirin Jama’ah Id yang dirahmati Alloh. Di pagi yang cerah ini, kita semua berkumpul dalam sebuah majelis yang sangat dimuliakan Allah, sebuah majelis jam’ah sholat Idul Fitri yang hanya kita lakukan sekali dalam setahun, yaitu setiap tanggal 1 syawal.
ADVERTISEMENT
Tentunya syari’at sholat idul fitri ini adalah benar-benar sunnah Nabi yang Muakkad, yaitu sholat sunnah yang kuat yang dibuktikan dengan tidak pernahnya Nabi Muhammad melewatkan sholat ini. Maka alangkah beruntungnya kita semua yang hadir di majelis ini, majelis yang ketika berkumpul umat muslim maka akan berkumpul juga para malaikat yang mendo’akan keberkahan untuk kita semua.
Oleh karena itu marilah kita jadikan majelis ini sebagai momentum kita meningkatkan kualitas takwa kita kepada Allah Subahanahu Wata’ala. Untuk takwa itulah kita juga berpuasa di bulan Ramadhan kemarin selama sebulan penuh.
Firman Allah dalam QS Al Baqarah ayat 183:
ADVERTISEMENT
Ayat tadi merupakan ayat yang sangat populer disampaikan oleh para da’i di saat Ramadhan, namun apakah kepopuleran itu berbanding lurus dengan kualitas takwa yang ada dalam diri setiap umat muslim saat ini? Termasuk juga apakah kualitas takwa kita memang betul-betul terbentuk selama bulan Ramadhan kemarin?
Pertanyaan-pertanyaan itulah yang akan kita evaluasi dalam khutbah ini, dengan harapan puasa Ramadhan kemarin yang kita lakukan selama sebulan itu benar-benar menjadikan kita orang bertakwa.
Pentingnya evaluasi takwa kita saat ini adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas puasa yang telah kita lakukan selama bulan Ramadhan kemarin. Jangan sampai puasa kita justru termasuk puasanya orang merugi yaitu puasanya orang yang hanya mendapatkan rasa lapar dan haus saja, dan orang-orang tersebut jumlahnya banyak sekali, seperti yang termaktub dalam Hadist Nabi Yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
ADVERTISEMENT
Hadirin jama’ah sholat idul fitri yang dirahmati Allah. Sholat Id adalah sholat sunnah muakkad yang sangat dianjurkan pelaksanaannya. Sehingga sangat wajar kalau di setiap tempat sholat id ini akan dipenuhi oleh sekian banyak kaum muslimin dan muslimat.
Namun tahukah hadirin sekalian sholat id ini tidak lebih utama daripada sholat fardhu yang lima waktu, yaitu Isya, Subuh, Dzuhur, Ashar, dan Magrib. Dari sisi fiqh, manusia beriman diwajibkan untuk melaksanakan sholat fardhu lima waktu tersebut, Nabi Muhammad Shalallohu ‘alihi wasallam pernah bersabda yang kemudian diceritakan oleh ‘Ubadah Bin Samit: “Ada lima shalat yang telah diwajibkan oleh Allah kepada seorang hamba. Siapa saja yang mengerjakannya tanpa menyia-nyiakannya dan tidak menganggapnya remeh, maka baginya di sisi Allah ada janji bahwa Allah akan memasukannya ke Surga. Dan siapa saja yang tidak mengerjakannya, maka baginya di sisi Allah tidak akan ada janji untuk memasukannya ke dalam Surga. Jika Allah berkehendak menyiksanya (maka dia disiksa) dan jika Allah berkehendak mengampuninya (maka dia diampuni). (HR. Perawi yang lima selain Tirmidzi).
ADVERTISEMENT
Kewajiban Sholat lima waktu merupakan pondasi fundamental bagi kesempurnaan agama seorang muslim. Bagi yang selalu melaksanakan sholat lima waktu ini, maka niscaya bangunan Agamanya akan kokoh, namun jika ada umat muslim yang ternyata masih tidak mau melaksanakan sholat fardhu ini maka hancurlah bangunan agamanya.
Seperti Hadits yang diriwayatkan Baihaqi berikut:
Banyak sekali ancaman kerugian bagi orang-orang yang sengaja meninggalkan sholat fardhu 5 waktu. Diantaranya adalah akan dimasukan oleh Allah ke dalam Neraka Saqar (na'udzubillahi min dzalik) yang disebutkan dalam QS. Mudatstsir [74] : 38-43
ADVERTISEMENT
Dalam ayat lainnya Allah mengancam kepada orang-orang yang selalu melalaikan sholat dan tidak memberikan makan kepada orang miskin dengan ancaman “celaka", seperti dalam QS. Al Maa'un ayat 4-5:
Evaluasi dari Ramadhan inilah yang harusnya menjadikan kita sebagai umat muslim yang selalu mejaga sholat fardhu 5 waktu. Sehingga kita termasuk orang mukmin yang bahagia dan beruntung, seperti yang disampaikan Allah SWT dalam QS Al Mukminun:
ADVERTISEMENT
2. Khutbah Khutbah Idul Fitri: Berpisah dengan Bulan Ramadhan
Khutbah I
الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر الله أكبر اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كثيرا وسبحان الله بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أما بعد: فيايها الإخوان، أوصيكم و نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون، قال الله تعالى في القران الكريم: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمان الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صدق الله العظيم
ADVERTISEMENT
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,
Pada saat ini kita semua patut bersyukur bahwa bulan suci Ramadhan baru saja kita lalui bersama dengan baik. Ini berarti kita semua telah lulus ujian, yakni berhasil menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh sesuai dengan ketentuan syari’at.
Sekarang juga, kita patut bergembira karena di samping telah berhasil menambah pundi-pundi pahala, juga dosa-dosa kita diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu sebagai berikut:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
ADVERTISEMENT
Dari hadits tersebut lahirlah makna Idul Fitri yang dalam konteks Indonesia tidak hanya secara bahasa bermakna Hari Raya setelah berakhirnya Ramadhan, atau yang dalam Kamus Al-Maany dimaknai sebagai اَليَوْمُ اْلأوَّلُ الَّذِي يَبْدَأُ بِهِ الإفْطَارُ لِلصَّائِمِيْنَ (hari pertama bagi orang-orang yang berpuasa Ramadhan mulai kembali berbuka [dengan makan dan minum seperti di hari-hari biasa]), tetapi juga secara konseptual bermakna “kembali suci” seperti ketika kita baru terlahir ke dunia.
Makna secara konseptual tersebut, yakni “kembali suci”, secara budaya telah diterima umat Islam Indonesia dari generasi ke generasi dengan merujuk pada maksud hadits di atas. Setidaknya hal ini merupakan doa kita semua kepada Allah dan semoga dikabulkan. Amin.
Namun demikian perlu ada ketegasan bahwa yang dimaksud “kembali suci” dalam konteks ini adalah terbebas dari dosa-dosa kepada Allah subhanahu wata’ala saja karena hanya menyangkut hablum minallah.
ADVERTISEMENT
Sedangkan “kembali suci” dari dosa-dosa kepada manusia tidak otomatis terjadi karena hal ini menyangkut hablum minannas. Semua persoalan yang terkait dengan sesama manusia harus diselesaikan sendiri antar sesama manusia.
Oleh karena itu, kita akan benar-benar mencapai Idul fitri dalam arti “kembali suci” seperti ketika baru terlahir ke dunia apabila urusan dosa-dosa dengan sesama manusia bisa kita selesaikan dengan berakhirnya Ramadhan.
Tentu saja lebih baik urusan dosa dengan sesama manusia bisa kita selesaikan sesegera mungkin tanpa menunggu berakhirnya Ramadhan. Jadi maksudnya, jangan sampai hingga datangnya bulan Syawal ini kita masih memiliki dosa-dosa dengan sesama manusia yang belum terselesaikan.
Jika itu terjadi, maka sudah pasti dosa-dosa kepada sesama manusia tersebut akan menghalangi kembalinya kita kepada “fitrah” atau “suci”. Hal inilah yang kemudian melahirkan tradisi saling bermaaf-maafan di antara umat Islam yang di Indonesia dikenal dengan Halal bi halal.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini tentu saja baik karena dapat memperbaiki hubungan antar sesama manusia yang kadang-kadang memang sulit terhindar dari konflik, ketegangan dan bahkan permusuhan.
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,
Datangnya Idul Fitri membawa kita semua kembali pada kesucian sebagaimana telah diuraikan di atas. Lalu, bagaimanakah kita menyikapi hari-hari setelah kita kembali pada keadaan suci ini? Setidaknya ada dua jawaban sebagai berikut:
Pertama, kita hendaknya meneruskan kebaikan yang sudah dicapai selama Ramadhan. Dalam kaitan ini Syekh Muhammad ibn ‘Umar Nawawi al-Bantani mengingatkan salah satu dari kesepuluh amaliah sunnah Ramadhan dalam kitabnya berjudul Nihâyah al-Zain fî Irsyâd al-Mubtadi’in, yakni istiqamah dalam menjalankan amaliah Ramadhan dan melanjutkan amaliah-amaliah tersebut di bulan-bulan berikutnya.
Jika kita bisa melanjutkan amaliah-amaliah sunnah di bulan Ramadhan seperti menahan lisan dan anggota badan lainnya dari perkara-perkara yang tak berguna.
ADVERTISEMENT
Terlebih perkara-perkara haram, memperbanyak sedekah, memperbanyak i'tikaf, mengkhatamkan Al-Quran setidaknya sebulan sekali, dan sebagainya, maka itu berarti kita melakukan upaya peningkatan kualitas ruhani kita.
Peningkatan semacam itu sejalan dengan makna kata “Syawal” (شَوَّالُ) yang secara etimologis berasal dari kata “Syala” (شَالَ) yang berarti “irtafaá” (اِرْتَفَعَ) yang dalam bahasa Indonesia berarti “meningkatkan”.
Tentu saja mungkin kita tidak bisa melakukan persis sama dengan apa yang kita lakukan selama Ramadhan dalam rangka peningkatan amal karena berbagai alasan seperti kesibukan menjalankan tugas sehari-hari dan sebagainya.
Tetapi setidaknya ada ikhtiar kita untuk melestarikan ibadah-ibadah seperti itu, misalnya dengan menjauhi maksiat, berpuasa 6 hari di bulan Syawal dan sebagainya.
Ramadhan memang dimaksudkan sebagai bulan tarbiyah atau bulan pendidikan di mana umat Islam digembleng selama sebulan penuh agar menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala.
ADVERTISEMENT
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,
Kedua, menjaga agar kita tidak mengalami kebangkrutan amal yang telah kita raih baik sebelum dan selama Ramadhan dengan cara tidak menzalimi orang lain. Dalam hal ini Rasulullah shallahu alaihi wa sallam menjelaskan tentang kebangkrutan amal sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah dalam sebuah berikut ini:
“أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟”قَالَ
Artinya, “Tahukah kalian siapakahorang yang mengalami kebangkrutan amal? Tanya Rasulullah kepada para sahabat. Mereka menjawab:
قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ
Artinya, “Para sahabat menjawab : Orang bangkrut menurut pendapat kami ialah mereka yang tiada mempunyai uang dan tiada pula mempunyai harta benda.”
فَقَال
Artinya, “Maka Nabi menjawab”:
“إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي، يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هٰذَا، وَقَذَفَ هٰذَا، وَأَكَلَ مَالَ هٰذَا، وَسَفَكَ دَمَ هٰذَا، وَضَرَبَ هٰذَا. فَيُعْطِى هٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهٰذَا مِنٰ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ، قَبْلَ أَنْ يَقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ. ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ”
ADVERTISEMENT
Artinya, “Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku ialah mereka yang pada hari kiamat membawa amal kebaikan dari shalat, puasa, dan zakat. Tetapi mereka dahulu pernah mencaci maki orang lain, menuduh (dan mencemarkan nama baik) orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain dan memukul orang lain. Maka kepada orang yang mereka salahi itu diberikan pahala amal baik mereka; dan kepada orang yang lain lagi diberikan pula amal baik mereka. Apabila amal baik mereka telah habis sebelum utangnya lunas, maka diambillah kesalahan orang yang disalahi itu dan diberikan kepada mereka; Sesudah itu, mereka yang suka mencaci, menuduh, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain, dan memukul orang lain itu, akan dilemparkan ke dalam neraka.”
ADVERTISEMENT
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,
Hadits tersebut hendaklah dapat kita hayati bersama karena memberikan kesadaran kepada kita betapa pentingnya menghindari perbuatan mendzalimi sesama manusia.
Alasannya adalah kedzaliman-kedzaliman seperti itu dapat membuat kita bangkrut secara agama, yakni ludesnya amal-amal kebaikan kita yang telah kita kumpulkan dengan susah payah selama bertahun-tahun, bahkan selama hidup kita.
Untuk itu, apabila kita sayang pada diri sendiri, maka jagalah agar amal-amal baik kita bisa kita rawat dengan sebaik-baiknya sehingga tidak musnah sia-sia, dengan cara kita harus bisa mengendalikan diri kita sehingga orang lain selamat dari perbuatan mendzalimi orang lain seperti: menyakiti hati, menghujat dan memaki, memfitnah dan menuduh tanpa bukti, mengambil hak seperti mencuri dan korupsi, membunuh, menyakiti secara fisik, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,
Mudah-mudahan apa yang khatib sampaikan tadi terkait dengan apa yang harus kita lakukan setelah Ramadhan, dapat bermanfaat bagi kita semua, dan khususnya bagi khatib pribadi. Mudah-mudahan pula kita semua senantiasa mendapat petunjuk dari Allah subhanahu wata’ala sehingga hal-hal jelek seperti yang tadi khatib kemukakan benar-benar dapat kita hindari bersama, dan akhirnya kita semua kelak diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala dan ditempatkan di surga bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang saleh lainnya. Amin… Amin ya Rabbal 'alamin.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الاَبْتَرُ بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
ADVERTISEMENT
Khutbah II
اللهُ اَكْبَرْ (٣×) اللهُ اَكْبَرْ (٤×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
ADVERTISEMENT
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
ADVERTISEMENT
3. Khutbah Idul Fitri: Suka Cita Sambut Idul Fitri
Khutbah I
اَللهُ أكبر ×9 لا الهَ الا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد، الله أكبر، هذَا الْيَوْمُ يَوْمُ الْعِيْدِ، جَعَلَ اللهُ الْعَوْدَ وَالصُّعُوْدَ إِلَى مَرْضَاتِ اللهِ الْمَحْبُوْبِ. اللهُ أكبر، اَلَّذِىْ قَدْ أَوْجَبَ فِيْهِ لِعِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ زَكَاةَ الْفِطْرِ تَزْكِيَّةً لِلنَّفْسِ وَتَنْمِيَةً لِعَمَلِهَا الْمَرْغُوْبِ. اَللهُ أكبر. الَّذِىْ جَعَلَ يَوْمَ عِيْدِ الْفِطْرِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ وَسُرُوْرًا لَهُمْ بِجِهَادِ أَنْفُسِهِمْ وَقْتَ الصِّيَامِ الْمَغْلُوْبِ. أَحَلَّ اللهُ الطَّعَامَ وَحَرَّمَ الصِّيَامَ الْمَسْلُوْبَ. اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ قُلُوْبَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا بِاتِّبَاعِ النَّبِيِّ الْمُرْسَلِ تَبْشِيْرًا وَتَنْذِيْرًا. وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إلَهَ إِلَّا اللهُ الَّذِىْ جَعَلَ الْجَنَّةَ ضِيَافَةَ الْكُبْرَى وَلَهُ الْآمِرُ بِالتَّوْبَةِ الصَّادِقَةِ بَاطِنًا وَظَاهِرًا. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْآمِرُ لِأُمَّتِهِ عَنِ التَّحَافُظِ قَبِيْحًا وَزُوْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ الَّذِيْنَ كَانُوْا لِبَعْضِهِمْ ظَهِيْرًا. اَمَّا بَعْدُ : اُوْصِيْنِىْ نَفْسِيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى وَقَدْ خَابَ مَنْ طَغَى. اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا، فِطْرَةَ اللهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا، لاَ تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللهِ، ذَلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ وَلَكِنّ اَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُوْنَ (الروم : 30) اَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ حَفِظَكُمُ اللهُ
ADVERTISEMENT
Di pagi nan cerah ini, di bawah terik sinar matahari dari ufuk timur pada hari pertama bulan syawal ini, marilah kita selalu meningkatkan taqwa kita kepada Allah ta’ala dengan berusaha menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Setelah kita membakar dosa-dosa selama Ramadhan penuh, kita berpuasa, beribadah malam, tadarus Al-Qur’an, sedekah, zakat, menyantuni yatim-piatu, shalat berjamaah, i’tikaf dan lain sebagainya, tibalah saatnya kita sekarang meraih kemenangan besar, sebuah kemenangan berperang dengan hawa nafsu dan menghajarnya selama satu bulan penuh. Tentu, capaian ini semata karena anugerah dari Allah SWT.
Tidak semua muslimin yang mampu berpuasa lalu mereka diberi pertolongan Allah bisa menjalankan puasa. Tidak semua muslimin yang mampu zakat, lalu mereka diberi taufiq bisa menunaikan zakat, begitu pula shalat jamaah, sedekah dan lain sebagainya. Artinya, bagi siapa saja yang bisa menjalankan ibadah, itu hanya pemberian anugerah Allah SWT. Atas dasar anugerah inilah, di pagi ini kita layak bergembira menyambutnya. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
ADVERTISEMENT
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا، هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ
Katakan wahai Muhammad, dengan anugerah Allah dan rahmatNya, dengan itu, maka bergembiralah. Hal itu lebih baik dari pada apa saja yang telah mereka kumpulkan.
Bergembira di sini tidak boleh diartikan dengan sembarangan. Luapan ekspresi kegembiraan itu harus tidak bertentangan dengan norma syari’at. Kita tidak boleh mengungkapkan kegembiraan dengan pesta miras, bersalaman, bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram, rekreasi di tempat maksiat, dan lain sebagainya. Namun kita harus mengisinya dengan aneka macam kegiatan positif, seperti mengumandangkan takbir, tahmid, tahlil, silaturahim, bermaaf-maafan, dan lain sebagainya.
Hadirin…
Jika kita kaji secara mendalam tentang rangkaian ayat Al-Qur’an yang mewajibkan puasa di bulan Ramadhan sebagaimana yang telah kita laksanakan, setidaknya menurut Syekh Sulaiman bin Umar dalam kitab Al-Futuhat Al-Ilahiyyah menyebutkan, ada tiga poin yang dapat kita ambil pelajaran, yaitu:
ADVERTISEMENT
1. وَلِتُكْمِلُوْا الْعِدَّةَ
2. وَلِتُكَبِّرًوْا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ
3. وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Poin Pertama, kalimat ولتكملوا العدة
Alhamdulillah, dengan taufiq dan inayah Allah kita dapat menyelesaikannya dengan baik. Kita sudah berusaha sekuat tenaga. Adapun diterima atau tidak, mari kita serahkan kepada Allah ta’ala. Secara syari’at kita telah berusaha menyelesaikan misi mulia ini dengan komplet.
Poin kedua ولتكبروا الله على ما هداكم اي لِمَعَالِمِ دِيْنِكُمْ
Potongan ayat ini Allah memerintahkan kita semua senantiasa menggemakan takbir seusai puasa Ramadhan dan hal ini telah kita laksanakan semalam. Takbir di sini jangan hanya diartikan terkhusus pada orang yang mengikuti takbir keliling atau yang memakai loadspeaker di masjid-masjid, surau-surau, namun siapa saja dan di mana saja.
ADVERTISEMENT
Perintah takbir di sini dilanjutkan dengan struktur kalimat berikutnya على ما هداكم yang mempunyai arti عَلَى مَا هَدَاكثمْ لِمَعَالِمِ دِيْنِكُمْ maksudnya karena Allah ta’ala memberikan hidayah kepadamu terhadap tanda-tanda agamamu (Islam).
Poin Ketiga,ولعلكم تشكرون) الله على ذلك)
Merupakan sasaran akhir diwajibkannya puasa sebagai bungarampainya yaitu bersyukur ولعكم تشكرون . Menurut ulama ahli bahasa, di mana ada fiil mudlari’ didahului kata لعل maka mempunyai tujuan لِلإِيْجَاب berarti syukur kepada Allah hukumnya wajib yang dalam hal ini kita laksanakan dengan membayar zakat fitrah.
Sidang shalat Idul Fitri yang berbahagia,
Sebagai manifestasi rasa syukur kepada Allah, kita perlu mengaplikasikannya dengan tiga rukun syukur sebagai berikut:
1. Syukur bil janan, syukur dengan hati. Merasa berterima kasih atas beragam nikmat besar yang telah kita terima dari Allah ta’ala.
ADVERTISEMENT
2. Syukur bil lisan, syukur dengan lisan, kita ungkapan kegembiraan kita dengan mengucap hamdalah, takbir, tahmid dan perkataan-perkataan baik yang lain.
3. Syukur bil arkan, syukur dengan anggota badan, kita tunaikan shalat Idul Fitri, kita buat ibadah badaniyah yang lain, silaturahim, bersedekah dan lain sebagainya.
Jangan kita artikan, untuk mengungkapkan rasa syukur di hari raya harus dengan bentuk menyajikan makanan yang serbalezat, pakaian dan kendaraan yang mewah.
Ada sebuah kisah. Di hari raya seperti ini, dahulu kala, ada masyarakat yang datang sowan ke kediaman amirul mukminin semasa kekhalifahan umawiyah, mereka ingin menyampaikan tahni’ah, ucapan selamat hari raya kepada Umar bin Abdul Aziz. Setelah orang-orang tua pulang, giliran anak-anak remaja masuk ke rumah sang khalifah, di antara mereka yang duduk, justru terdapat putra khalifah yang memakai pakaian yang lama, lusuh, sedangkan tampak kontras tampak pada anak-anak rakyat jelata justru memakai pakaian yang serbabaru.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba Umar bin Abdul Aziz menangis tersedu-sedu, lalu anaknya datang mendekat. “Ayah, apa gerangan yang membuat engkau menunduk dan menangis begini?”
Umar menyahut, “Tak ada masalah, ananda. Aku hanya kawatir hatimu runtuh karena pakaianmu lusuh, pakaian lama, sedangkan pakaian anak rakyat jelata saja berpakaian yang serbabaru.”
Kemudian dengan sigap, putra Umar menjawab, “Ayah, hati runtuh hanya layak kepada orang yang kenal kepada Allah namun ia mendurhakainya, bermaksiat kepadanya, ia menyakiti hati ibundanya, ia menyakiti hati ayahnya. Adapun bagiku, demi Allah bahwa id hanya dimiliki bagi orang yang taat, patuh atas segala perintah Allah ta’ala”.
Dikatakan,
هَذَا الْيَوْمُ لَنَا عِيْدٌ، وَغَدًا لَنَا عِيْدٌ، وَكُلُّ يَوْمٍ لاَ نَعْصِى اللهَ، لَنَا عِيْدٌ.
ADVERTISEMENT
“Hari ini bagi kami adalah hari raya, besok bagi kami adalah hari raya, setiap hari di mana kita tak bermaksiat kepada Allah merupakan hari raya.”
Sidang hari raya yang mulia,
Setelah kita terbebas, kembali fitrah pada hari yang fitri ini, kita masih berhenti pada haqqullah. Baru urusan kita kepada Allah yang beres. Masih ada yang perlu kita perhatikan yang juga tak kalah penting. Yaitu berkaitan dengan haqqul adamiy, hak kepada sesama. Kita sebagai makhluk sosial pasti tak akan luput melakukan dosa kepada sesama, baik secara sengaja atau tak sengaja. Di hari raya ini, di momen penting di mana kita semua yang jauh-jauh semua kumpul pulang, marilah kita gunakan untuk momentum saling bermaaf-maafan dan silaturahim. Sehingga, jika kesempatan ini kita gunakan dengan sebaik-baiknya, maka kita akan terbebas dalam sisi dua arah, arah vertikal kepada Allah ta’ala dan hubungan horizontal kepada sesama manusia.
ADVERTISEMENT
Mari kita mengingat kembali jasa-jasa ibu-bapak kita yang tak ternilai berapa banyaknya, namun apa balasan kita? Balasan sebesar apapun tak akan bisa menyamai jasa-jasanya kepada kita.
Jika mereka sudah tak lagi ada di dunia, mari kita doakan bersama, Jika mereka masih ada di dunia, di pagi ini mari kita bersimpuh mencium tangan mereka, sungkem kepada mereka. Mari kita akui kekurangan kita di hadapannya, sehingga kita mendapat ridhanya. Dengan ridhanya, kita akan mendapat ridha allah ta’ala.
رِضَا اللهِ فِيْ رِضَا الوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِي سُخْطِ اْلوَالِدَيْنِ
“Ridhanya Allah bergantung pada ridha kedua orang tua, dan benci Allah juga bergantung kepada benci kedua orang tua.”
Mari kita perbaiki hubungan kita kepada saudara, tetangga, handai taulan dan sebagianya.
ADVERTISEMENT
Ya Allah, kami semua adalah orang yang rapuh, maka kuatkan kami
Tak ada yang bisa menguatkan kami kecuali hanya Engkau Ya Allah, Tuhan kami.
Ya Allah, kami termasuk orang yang selalu berputus asa terhadap rahmat-Mu, berikanlah keyakinan yang tangguh pada hati kami.
Tak ada keyakinan sejati kecuali dari-Mu ya Allah.
Ya Allah, kami telah tersesat dari jalan lurus yang Engkau kehendaki, berilah hidayah kepada kami.
Tak ada yang dapat memberi petunjuk kepada kami kecuali hanya Engkau ya Allah.
Ya Allah, kami telah tenggelam dalam lautan kemaksiatan, durhaka kepada-Mu, ampunilah kami. Tak ada yang dapat mengampuni kami kecuali hanya Engkau.
Ya Allah, kami telah menyakiti orang tua kami, di pagi ini, kami bersimpuh kepada-Mu Ya Allah, ampuni kami, ampuni dosa kedua orang tua kami, ampuni dosa guru-guru kami, ampuni dosa-dosa saudara kami, ampuni dosa tetangga kami, ampuni dosa putra-putri kami, anak-didik kami, ampuni tamu-tamu yang datang ke rumah kami, ampuni dosa orang yang meminta doa kepada kami.
ADVERTISEMENT
Jadikan kami dan mereka semua termasuk hamba-Mu yang kembali fitrah, termasuk orang-orang yang beruntung.
جعلنا الله وإياكم من العائدين والفائزين والمقبولين كل عام وأنتم بخير. آمين بسم الله الرحمن الرحيم، وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وارْحَمء وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah II
الله أكبر×5 لا اله الا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد الحمد لله الذى وحده صدق وعده واعز جنده وهزم الاحزاب وعده ولا حول ولا قوة الا بالله. اللهم فصل وسلم على سيدنا محمد صاحب كنز الرحمة وعلى آله وصحبه ومن والاه، اما بعده، فيا ايها الحاضرون اتقوا الله، اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون. قال الله تعالى فى كتابه الكريم والعصر ان الانسان لفى خسر الا الذين آمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر. اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الاحياء منهم والاموات، اللهم اعز الاسلام والمسلمين واهلك الكفرة والظالمين. اللهم لا تسلط علينا بذنوبنا من لا يخافك ولا يرحمنا. اللهم اجعل بلدتنا اندونيسيا بلدة طيبة تجرى فيها احكامك ورسولك، برحمتك يا ارحم الراحمين. فيا عباد الله ان الله يأمر بالعدل والاحسان وايتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر ولذكر الله أكبر
ADVERTISEMENT
Itu dia beberapa contoh khutbah Idul Fitri yang membuat jamaah menangis untuk dapat disampaikan di hari lebaran sebagai pengingat bagi tiap-tiap umat Muslim . Semoga bermanfaat. (DAP)