Konten dari Pengguna

Kisah 2 Pahlawan Wanita Islam dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Berita Terkini
Penulis kumparan
2 Oktober 2022 18:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kisah Pahlawan Wanita Islam      Sumber www.unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kisah Pahlawan Wanita Islam Sumber www.unsplash.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Islam menempatkan wanita di posisi terhormat. Adanya tokoh-tokoh wanita Islam Arab membuktikan hal tersebut. Simak kisah 2 pahlawan wanita Islam dalam perjuangannya merebut kemerdekaan Indonesia berikut ini.
ADVERTISEMENT
Pada jaman Nabi, banyak tokoh-tokoh wanita Islam Arab yang digambarkan cerdas dan kuat, serta turut membantu dalam menegakkan agama Islam. Hal tersebut merupakan bukti nyata bahwa Islam tidak membeda-bedakan pria dan wanita. Di Indonesia pun kita memiliki pejuang wanita Islam yang turut berjuang dalam terwujudnya kemerdekaan Indonesia.

Kisah 2 Pahlawan Wanita Islam Indonesia

Kisah 2 Pahlawan Wanita Islam Sumber www.unsplash.com
Sosok pahlawan wanita Islam yang kuat dan cerdas dapat menjadi inspirasi bagi perempuan Indonesia.
Raden Dewi Sartika
Wanita kelahiran Bandung, 4 Desember 1884 ini berasal dari keluarga priyayi. Perjuangannya dalam memajukan harkat dan martabat perempuan di bidang pendidikan dijelaskan dalam buku Cinta Pahlawan Nasional Indonesia: Terlengkap & Terupdate, yang disusun oleh Pranadipa Mahawira (2013:101).
Dikutip dari buku tersebut, Dewi Sartika mendirikan Sekolah Istri (Sekolah Perempuan) yang mengajarkan pengetahuan dasar dan keterampilan. Sekolah yang pada tahun 1910 berganti nama menjadi Sekolah Kautaman Istri, menjadi inspirasi didirikannya sekolah-sekolah perempuan di wilayah Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Nyai Ahmad Dahlan
Kisah Pahlawan Wanita Islam Indonesia Sumber www.unsplash.com
Wanita kelahiran Yogyakarta, 1872 yang terlahir dengan nama Siti Walidah ini, kemudian lebih dikenal dengan nama Nyai Ahmad Dahlan setelah pernikahannya dengan tokoh Islam pendiri Muhammadiyah, K. H. Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1914, Nyai Ahmad Dahlan mengadakan pengajian khusus perempuan yang diberi nama Sopo Tresno (siapa suka). Kegiatan pengajian tersebut diisi dengan ceramah dirinya dan suami, untuk menumbuhkan kesadaran kaum perempuan saat itu mengenai kewajiban manusia, istri, hamba Allah dan rakyat Indonesia.
Pengajian tersebut kemudian berkembang, hingga oleh pengurus Muhammadiyah dijadikan organisasi bernama Aisyah. Tujuan didirikannya Aisyah adalah untuk memajukan dan persamaan hak kaum wanita Islam Indonesia.
Demikian kisah 2 pahlawan wanita Islam, yang dalam keterbatasannya tetap ikut berjuang merebut kemerdekaan Indonesia melalui pendidikan.(DK)
ADVERTISEMENT