Kisah di Balik Lirik Lagu Indonesia Raya Karya W. R. Soepratman

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
21 Agustus 2021 17:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kisah menarik di balik lirik lagu Indonesia Raya. Sumber foto : unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kisah menarik di balik lirik lagu Indonesia Raya. Sumber foto : unsplash.com
ADVERTISEMENT
Wage Rudolf Soepratman adalah komponis pencipta irama dan lirik lagu Indonesia Raya. Lagu ini pertama kali dimainkan dengan biolanya pada 28 Oktober 1928 atau saat Kongres Pemuda. W. R. Soepratman awalnya menciptakan lagu ini dengan judul Indonesia Merdeka. Bahkan di versi awal lagu ini tidak ditemukan kata Raya, melainkan Mulia.
ADVERTISEMENT
W. R. Soepratman membuat lagu ini dengan sepenuh hati, dalam tiap baris lirik lagu Indonesia Raya, terdapat untaian harapan dan doa pada Indonesia yang saat itu masih menjadi negara jajahan.
Biasanya masyarakat di seluruh Indonesia akan mengundangkan lagu kemerdekaan Indonesia Raya, baik di lapangan upacara maupun di rumah pada saat peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia atau juga hari besar kebangsaan lainnya.
Namun,yang perlu diketahui adalah bahwa lagu yang biasa kita nyanyikan tersebut sebenarnya bukanlah versi lengkap lagu Indonesia Raya. Versi lengkapnya adalah lagu Indonesia Raya 3 stanza. Lagu ini merupakan simbol persatuan dan kebanggaan masyarakat Indonesia.

Kisah di Balik Lirik Lagu Indonesia Raya

W. R. Soepratman terlibat dalam pergerakan kebangsaan awalnya dimulai sekitar tahun 1928, saat dia melihat sebuah pengumuman di majalah Timboel terbitan Solo yang mengajak komponis-komponis Indonesia untuk menciptakan sebuah lagu kebangsaan. W. R. Soepratman merasa tertantang lalu mengirimkan lagu gubahannya yang berjudul Indonesia Raya. Tapi, lagu Indonesia Raya ini tidak langsung dijadikan sebagai lagu kebangsaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari buku Wage Rudolf Supratman, Pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Bambang Sularto, 1983, saat itu, sebagai seorang wartawan, sudah menjadi tugas Soepratman untuk meliput berbagai kegiatan pergerakan, salah satunya Kongres Pemuda Kedua pada 28 Oktober 1928 atau dikenal juga dengan Hari Lahirnya Sumpah Pemuda. Pada waktu itulah, Soepratman bertemu dengan salah satu teman Ir. Soekarno dan juga tokoh muda, Soegondo Djojopeospito.
Soegondo meminta Soepratman membawakan lagu gubahannya pada kongres tersebut tapi untuk menghindari represi dari penjajah, lagu tersebut dibawakan tanpa lirik. Maka dimainkanlah lagu Indonesia Raya oleh W. R. Soepratman untuk pertama kalinya pada Kongres Pemuda Kedua, 28 Oktober 1928.
Lagu yang biasa kita nyanyikan adalah stanza pertama lagu Indonesia Raya. Bagian ini berkisah tentang Indonesia yang saat itu belum bersatu. Stanza pertama menggaris bawahi kata Marilah Kita Berseru Indonesia Bersatu. Kalimat ini bermakna penyemangat dan seruan bagi Indonesia yang saat itu belum merdeka.
ADVERTISEMENT
Dalam stanza pertama juga terdapat kata Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya yang sebelumnya Bangunlah Badannya, Bangunlah Jiwanya. Kedua frasa ini diubah posisinya atas perintah dari Ir. Soekarno yang berpendapat, “Tak akan bangun raga seseorang jika jiwanya tidak terlebih dahulu bangun. Hanya seorang budak yang badannya bangkit namun jiwanya tidak.”
Stanza kedua lirik lagu Indonesia Raya berisi doa yang tulus dan pengharapan agar Indonesia dapat menjadi negara yang bahagia.
Marilah kita mendoa, Indonesia bahagia
Lanjutan lirik berikutnya adalah Sadarlah Budinya, Sadarlah Hatinya yang bermakna masyarakat Indonesia yang senantiasa memiliki budi dan hati yang baik.
Dalam stanza terakhir, stanza ketiga, terdapat sumpah dan amanat agraria yang diselipkan di dalam lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sumpah setia terucap dalam lirik Marilah Kita Berjanji, Indonesia Abadi. Sedangkan amanat agrarian terdapat dalam lirik yang berbunyi Slamatlah Rakyatnya, Slamatlah Putranya, Pulaunya, Lautnya, Semuanya.
ADVERTISEMENT
Lirik lagu Indonesia Raya tiga stanza
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Di sanalah aku berdiri,
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu.
Hiduplah tanahku,
Hiduplah neg'riku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.
II
Indonesia, tanah yang mulia,
Tanah kita yang kaya,
Di sanalah aku berdiri,
Untuk s'lama-lamanya.
Indonesia, tanah pusaka,
P'saka kita semuanya,
Marilah kita mendoa,
Indonesia bahagia.
Suburlah tanahnya,
Suburlah jiwanya,
Bangsanya,
Rakyatnya, semuanya,
Sadarlah hatinya,
Sadarlah budinya,
Untuk Indonesia Raya.
III
Indonesia, tanah yang suci,
Tanah kita yang sakti,
Di sanalah aku berdiri,
N'jaga ibu sejati.
Indonesia, tanah berseri,
Tanah yang aku sayangi,
Marilah kita berjanji,
ADVERTISEMENT
Indonesia abadi.
S'lamatlah rakyatnya,
S'lamatlah putranya,
Pulaunya, lautnya, semuanya,
Majulah Neg'rinya,
Majulah pandunya,
Untuk Indonesia Raya.
Refrain
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Tanahku, neg'riku yang kucinta!
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raya.
Orang yang pertama kali merekam lagu Indonesia Raya ke dalam piringan hitam adalah Yo Kim Tjan, Pada saat itu, alunan lagu kebangsaan itu menyertakan suara W. R. Soepratman. Piringan hitam asli rekaman lagu tersebut masih disimpan oleh Yo Kim Tjan sampai tahun 1957. Yo Kim Tjan menyimpan piringan hitam asli tersebut sesuai dengan pesan W. R. Soepratman. (DNR)