Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Kisah Perjuangan Rasuna Said, Pahlawan yang Lahir 14 September
14 September 2022 11:32 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 14 September 2022, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan penampakan sesosok wanita berhijab di Google Doodle . Sosok wanita tersebut adalah Rasuna Said, salah satu pahlawan wanita di Indonesia. Ia ikut andil dalam mengukir sejarah dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bernama lengkap Hajjah Rangkayo Rasuna Said, lahir pada tanggal 14 September 1910 di Agam, Sumatera Barat, wanita berkacamata tersebut tidak hanya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, tetapi juga emansipasi bagi kaum wanita. Sejak kecil, Rasuna memperoleh pendidikan yang membuatnya senang belajar dan mencintai ilmu pengetahuan. Hal ini mendorongnya untuk memiliki pemikiran terbuka untuk memperjuangkan kemerdekaan. Lalu, seperti apa kisah perjuangannya? Simak ulasannya di artikel ini.
Kisah Perjuangan Rasuna Said
Bergabung dengan Organisasi Kepemudaan
Perjuangan Rasuna sebelum mendapat gelar Pahlawan Nasional dimulai dengan bergabung di Sarekat Rakyat dan memegang posisi sekretaris. Selanjutnya, ia sebagai anggota di Persatuan Muslim Indonesia sebagai anggota.
Rasuna Said juga aktif mengajar dan mendirikan Sekolah Thawalib di Padang. Tidak hanya itu, ia juga memimpin Kursus Putri dan Kursus Normal di Bukit Tinggi.
Ketika terjun ke dalam dunia politik, Rasuna sangat mahir dalam berpidato. Dalam mengutarakan pendapatnya, ia sering membahas tentang penindasan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda.
ADVERTISEMENT
Saat Belanda mengetahui isi pidato tersebut, Rasuna dipenjarakan pada tahun 1932 di Semarang. Rasuna juga menjadi wanita pertama yang mengalami hukum Speek Delict atau hukum kolonial Belanda. Hukum tersebut menyatakan bahwa siapa saja bisa dihukum karena mengutarakan pendapat atau menyebarkan paham yang menentang Belanda .
Aktif Memperjuangkan Emansipasi Wanita
Rasuna menjadi pimpinan redaksi Majalah Raya pada tahun 1935. Dikarenakan kebebasannya semakin dibatasi oleh Belanda, akhirnya Rasuna pindah ke Medan dan membangun sekolah Perguruan Putri.
Ia juga menerbitkan majalah Menara Putri yang mengulik isu-isu seputar kesetaraan gender, emansipasi wanita, dan keislaman.
Saat Indonesia dijajah Jepang, Rasuna Said menjadi salah satu pendiri Nippon Raya, salah satu organisasi pemuda di Padang. Namun, organisasi tersebut tidak berjalan lama karena dibubarkan oleh Pemerintah Jepang. Rasuna yang tidak bisa diam melihat penindasan pun akhirnya meneruskan perjuangannya dengan bergabung bersama Pembela Tanah Air (Peta). Barisan inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Karir di Dunia Politik
ADVERTISEMENT
Setelah Indonesia merdeka, Rasuna Said aktif di Komite Nasional Indonesia dan Badan Penerangan Pemuda Indonesia. Ia juga menjabat sebagai Dewan Perwakilan Sumatra yang mewakili daerah Sumatra Barat.
Karirnya di dalam dunia politik terus meningkat hingga menduduki posisi sebagai anggota DPR RIS atau Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat. Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dia menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung hingga akhir hayatnya.
Akhir Hayat
Diketahui, Rasuna Said mengidap penyakit kanker darah stadium akhir. Ia meninggal dunia pada tanggal 2 November 1965 di umurnya yang ke 55 tahun. Berkat jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan, Rasuna Said dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Melalui perjalanan hidup Rasuna Said, dapat diketahui bahwa Ia memiliki semangat dan daya juang yang tinggi dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Rasuna adalah salah satu pahlawan yang memiliki andil besar dalam menegakkan keadilan, kesetaraan, dan kebebasan bagi Bangsa Indonesia. (DLA)
ADVERTISEMENT