Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Singkat Sejarah Hari Bakti Pos dan Telekomunikasi 27 September
26 September 2022 20:30 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tanggal inilah yang akhirnya sampai saat ini masih diperingati sebagai Hari Bakti Pos dan Telekomunikasi atau Bakti Postel oleh seluruh pegawai di jajaran pos Indonesia dan telekomukasi setiap tahunnya.
Kilas Balik Sejarah Hari Bakti Pos dan Telekomunikasi
Sejarah Hari Bakti Pos dan Telekomunikasi di Indonesia tidak terlepas dari peristiwa diambil alihnya Jawatan PTT dari kekuasaan pemerintahan Jepang, oleh Putra Putri Indonesia yang tergabung dalam Angkatan Muda Pos Telegraf dan Telepon (AMPTT). Peristiwa ini terjadi tepat di tanggal 27 September 1945.
Semuanya bermula dari AMPTT yang saat itu belum memiliki pengurus dan mengadakan pertemuan pada tanggal 3 September 1945. Para pemuda yang hadir pada pertemuan tersebut yaitu Soetoko, Nawawi Alif, Slamet Soemari, Agoes Salman, Joesoef dan banyak pemuda lainnya.
ADVERTISEMENT
Tujuan dari diadakannya pertemuan tersebut adalah untuk merealisasikan pemindahan kekuasaan, bahwasanya Kantor Pusat PTT harus sudah dikuasai oleh Indonesia paling lambat akhir September 1945. Pemuda Indonesia berusaha mengupayalan agar Jepang segera menyerahkan kekuasaan di Kantor PTT, setelah proklamasi Indonesia.
Berikut kronologis kisahnya:
- 23 September 1945. Soetoko berunding dengan Ismojo serta Slamet Soemari yang menghasilkan sebuah keputusan, yaitu meminta kesediaan dari Mas Soeharto serta R. Dijar untuk menuntut Jepang agar menyerahkan kekuasaan PTT secara damai.
Jika ternyata Jepang tidak menyerahkan, akan ditempuh jalur kekerasan dengan kekuatan yang ada serta bantuan rakyat. Remcana berikutnya adalah setelah berhasil direbut, para pemuda akan mengangkat Mas Soeharto menjadi kepala dan R. Dijar sebagai wakilnya.
ADVERTISEMENT
- 24 September 1945. Soetoko kembali meminta Mas Soeharto dan R. Dijar agar segera menemui pimpinan PTT yaitu Tuan Osada untuk berunding, tanpa perlu menunggu instruksi dari Jakarta.
Ternyata, perundingan yang dilakukan bisa dikatakan gagal, karena mereka hanya diperkenankan untuk mengibarkan bendera merah putih di halaman belakang gedung di Jalan Cilaki. AMPTT pun menaikkan bendera Indonesia pada sebuah tiang khusus, tepat di tugu PTT sekarang.
- 26 September 1945. Soetoko memanggil Soewarno (Komandan Cusin Tai) dan Nawawi Alif untuk ditugaskan memimpin pekerjaan meruntuhkan tanggul dan mengelilingi kantor. Untuk mengatur koordinasi perbutan kekuasaan Jawatan PTT, ditetapkanlah Soetoko sebagai ketua yang dibantu oleh 3 wakil, yaitu Nawawi Alif, Abdoel Jabar, dan Hasan Zein.
ADVERTISEMENT
- 26 September 1945 sore hari. Soetoko menemui Mas Soeharto untuk memberitahukan rencana perjuangan AMPTT yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 27 September.
Pada malam hari, anggota AMPTT disebar untuk mencari serta mengumpulkan senjata tajam, kendaraan bermotor, senjata api serta kebutuhan lainnya. Bukan hanya para anggota AMPTT, para penduduk tua, muda serta semua organisasi perjuangan yang bertempat di sekitar Kantor Pusat PTT menyatakan kesediaan untuk memberikan bantuan kepada AMPTT.
- 27 September 1945. Sekali lagi Mas Soeharto dan R. Dijar mengadakan sebuah perundingan kembali dengan pimpinan Jepang di Kantor Pusat PTT. Hasilnya tetap gagal.
Keputusan AMPTT telah bulat, kekuasaan atas Jawatan PTT harus direbut dengan kekerasan dari tangan Jepang. Para anggota AMPTT mulai mempersiapkan senjata, rakyat pun sudah dikerahkan dan berkumpul di halaman selatan.
ADVERTISEMENT
Soewarno dan pasukannya masuk ke ruangan kantor yang dikuasai oleh Jepang yang kemudian akhirnya secara sukarela menyerahkan kekuasaanya.
Soetoko membawa Mas Soeharto dan R. Dijar ke hadapan massa, kurang lebih sekitar pukul 11.00, Soetoko membacakan teks yang isinya sebagai berikut:
Mengutip dari buku Sejarah Telekomunikasi Indonesia, 2006, mulai keesokan harinya, para pimpinan PTT Jepang sudah tidak diperkenankan lagi untuk masuk kantor. Peristiwa pengambil alihan Jawatan PTT dari tangan Jepang inilah yang kemudian selalu diperingati sebagai Hari Bakti Pos dan Telekomunikasi setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Demikian kisah singkat sejarah Hari Bakti Pos dan Telekomunikasi yang terjadi pada 27 September 1945. Mudah-mudahan informasi diatas dapat menambah wawasan serta menjadi referensi untuk kita semua. (DNR)