Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Makna Al Karim dalam Asmaul Husna dan Penerapannya dalam Kehidupan
17 Oktober 2022 17:56 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Makna Al Karim dalam Asmaul Husna dan Penerapannya dalam Kehidupan
Secara bahasa, Al Karim berasa dari kata kaaf-naa-mim yang memiliki dua arti. Arti pertama adalah menjadi dermawan atau memberi. Sedangkan arti kedua adalah sangat dihormati dan dihargai.
Mengutip buku Rahasia Keajaiban Asmaul Husna oleh Muhammad Syafi’ie el-Bantani (2009:84), kemuliaan Allah dalam sifat Al Karim tergambar jelas melalui kemurahan Allah dalam memberikan segala kebutuhan untuk makhluk-makhluk-Nya. Pemberian-Nya tanpa perhitungan dan tidak mengharap balasan, cukup disyukuri saja.
Allah SWT berfirman:
وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
Artinya, “Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. An-Naml: 40)
ADVERTISEMENT
Sedangakan menurut Imam Ghazali, makna Al Karim lebih dari sekadar sifat suka memberi atau dermawan. Menurutnya, Al Karim artinya memaafkan meski memiliki kekuatan, menepati janji yang telah dikatakan, dan mengabulkan permohonan lebih dari yang diminta.
Contoh Al Karim dalam Kehidupan Sehari-hari
Berkaca dari sifat Al Karim, manusia semestinya berusa untuk meneladani sikap kedermawanan dan kemurahan Allah SWT. Contoh :
Menolong Orang Lain
Salah satu kedermawaan yang dapat dicontoh manusia adalah sikap suka menolong orang lain. Oleh karena itu, Allah SWT memerintahkan kepada umat-Nya untuk saling menolong, terutama yang sedang didera kesulitan.
Allah SWT berfirman
وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَىٰ مَيْسَرَةٍ ۚ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 280)
ADVERTISEMENT
Berbagi Rezeki Kepada Orang Lain
Saat kita diberikan kelapangan rezeki, alangkah baiknya untuk berbagi kepada orang lain, terutama pada keluarga yang kesulitan. Sebab, ada banyak sekali keutamaan dari sifat berbagi. Akan tetapi, bagi umat Islam yang memiliki sifat kikir atau enggan berbagi, ia akan mendapat balasan yang amat perih dari Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda:
Orang yang pemurah dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, jauh dari neraka, dan orang yang kikir/pelit jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka. Orang jahil yang pemurah lebih dicintai Allah dari pada ‘abid (ahli ibadah) yang pelit. (HR. Tirmidzi)
Sifat murah dan dermawan adalah sifat Alllah SWT dalam Al Karim. Meski demikian, kita sebagai hamba-Nya dapat meniru perbuatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, sifat tersebut adalah sifat yang sangatlah mulia.(MZM)
ADVERTISEMENT