Konten dari Pengguna

Memahami Surat Al Bayyinah Latin dan Tafsirnya

Berita Terkini
Penulis kumparan
18 Juni 2021 14:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
unsplash.com - Surat Al Bayyinah latin dan tafsirnya
zoom-in-whitePerbesar
unsplash.com - Surat Al Bayyinah latin dan tafsirnya
ADVERTISEMENT
Surat Al Bayyinah latin berguna bagi kita yang memang belum fasih dan lancar dalam membaca huruf Arab. Hal ini memang dirasa cukup memudahkan proses belajar dan memahami arti dari surat ini.
ADVERTISEMENT
Ulasan kali ini bukan hanya menyajikan surat Al Bayyinah latin dan artinya saja, melainkan juga memberikan tafsir dari keseluruhan ayat yang ada di surat Al Bayyinah.
Menilik Juz'amma Lengkap Bergambar 3 Bahasa karya Puspa Swara dan Abu Fayha, di dalam bacaan surat Al Bayyinah ayat 5, disebutkan bahwasanya orang-orang beriman haruslah senantiasa taat kepada Allah sebagaimana nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam. Tapi, bukan sampai di situ saja arti dari surat ini.

Surat Al Bayyinah Latin, Arti dan Tafsirnya

1. Lam yakunillażīna kafarụ min ahlil-kitābi wal-musyrikīna munfakkīna ḥattā ta`tiyahumul-bayyinah
Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,
ADVERTISEMENT
Tafsirnya:
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ahli kitab adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani. Sedangkan orang-orang musyrik adalah penyembah berhala dan penyembah api. Termasuk seluruh penganut paganisme baik bangsa Arab maupun ‘ajam (non Arab). Orang-orang kafir yang menutupi kebenaran yakni ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang musyrik mengatakan bahwa mereka tidak akan meninggalkan agama mereka sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata. Yakni Rasul yang dijanjikan Allah, yang sifat-sifatnya tercantum dalam kitab mereka.
2. Rasụlum minallāhi yatlụ ṣuḥufam muṭahharah
(yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran).
Tafsirnya:
Dengan ayat dua ini, jelaslah bahwa al bayyinah (bukti nyata) itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau membacakan Al Qur’an kepada mereka. Sebelum kehadiran Rasulullah, orang-orang Yahudi sering menyebut Nabi terakhir dan ciri-cirinya. Bahkan orang-orang Yahudi mengancam akan memerangi orang-orang Yatsrib dari suku Aus dan Khazraj jika Nabi ini telah turun. Namun saat Rasulullah telah diutus dan ciri-cirinya sama dengan apa yang ada dalam Taurat, mereka justru mendustakannya
ADVERTISEMENT
Ibnu Katsir menegaskan bahwa Al bayyinah berdasarkan ayat ini adalah Rasulullah Muhammad dan kitab yang dibacanya yakni Al Qur’an.
3. Fīhā kutubung qayyimah
Di dalamnya terdapat (isi) Kitab-kitab yang lurus.
Tafsirnya:
Kata kutub (كتب) berasal dari kataba (كتب) yang artinya menetapkan. Di dalam Al Qur’an, banyak ketetapan. Misalnya ketetapan tentang puasa: kutiba ‘alaikumush shiyam. Kutub juga merupakan bentuk jamak dari kitab (كتاب) yang artinya buku. Al Qur’an membenarkan kitab-kitab sebelumnya. Di dalam Al Qur’an ada kandungan kitab-kitab sebelumnya.
Sedangkan kata Qayyimah (قيمة) berasal dari kata qawama (قوم) yang artinya berdiri tegak lurus. Banyak makna qayyimah namun semuanya bermuara pada kesempurnaan atau sempurna memenuhi seluruh kriteria yang dibutuhkan. Dengan demikian, kutubun qayyimah adalah kitab-kitab suci sebelumnya yang otentik, yang belum diubah.
ADVERTISEMENT
4. Wa mā tafarraqallażīna ụtul-kitāba illā mim ba’di mā jā`at-humul-bayyinah
Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.
Tafsirnya:
Setelah datangnya Rasulullah yang merupakan al bayyinah sebagaimana yang mereka ketahui ciri-ciri sebelumnya, mereka pun terpecah. Ada di antara mereka yang beriman, ada pula yang kafir. Sayyid Qutb menjelaskan panjang lebar sejarah ahlul kitab yang suka berselisih setelah turunnya Nabi yang mereka harapkan. Saat Nabi Isa diutus, mereka mengaku pengikut Nabi Musa dan tidak mau beriman kepada Nabi Isa. Setelah Rasulullah Muhammad diutus, mereka juga berbuat demikian.
5. Wa mā umirū illā liya’budullāha mukhliṣīna lahud-dīna ḥunafā`a wa yuqīmuṣ-ṣalāta wa yu`tuz-zakāta wa żālika dīnul-qayyimah
ADVERTISEMENT
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Tafsirnya:
Orang-orang kafir termasuk ahli kitab itu berselisih padahal mereka tidak diperintahkan begitu. Yang Allah perintahkan adalah bertauhid, memurnikan ibadah kepada-Nya. Kemudian mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya agama-agama dari Allah itu pada hakikatnya adalah satu. Dan inilah kaidahnya; tauhid dan ibadah.
Kata mukhlishin (مخلصين) berasal dari kata khalasha (خلص) yang artinya murni setelah sebelumnya diliputi atau disentuh kekeruhan. Dari sini, ikhlas berarti memurnikan ketaatan hanya kepada Allah SWT.
Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir mengatakan, ikhlas beribadah kepada Allah ini adalah tujuan pokok dari agama.
ADVERTISEMENT
6. Innallażīna kafarụ min ahlil-kitābi wal-musyrikīna fī nāri jahannama khālidīna fīhā, ulā`ika hum syarrul-bariyyah
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
Tafsirnya:
Orang-orang kafir, baik mereka ahlul kitab maupun musyrik, di akhirat nanti akan masuk neraka jahannam. Mereka kekal abadi di dalamnya. Ahlul kitab menjadi kafir karena yang Yahudi mengatakan Uzair anak Allah dan yang Nasrani mengatakan Isa anak Allah dengan trinitasnya. Orang yang kafir, mereka adalah seburuk-buruk makhluk. Bahkan lebih buruk dari binatang.
7. Innallażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti ulā`ika hum khairul-bariyyah
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
ADVERTISEMENT
Tafsirnya:
Ayat ini adalah kebalikan dari ayat sebelumnya. Orang-orang yang beriman dan beramal shalih adalah sebaik-baik makhluk. Bahkan, kata Abu Hurairah, lebih utama daripada malaikat. Imam Syafi’i dan ulama lainnya menjadikan ayat ini sebagai salah satu dalil bahwa iman itu adalah keyakinan, perkataan dan perbuatan. Allah menyebutkan secara khusus amal shalih mengiringi iman. Dan ini juga terdapat pada banyak ayat lainnya.
8. Jazā`uhum ‘inda rabbihim jannātu ‘adnin tajrī min taḥtihal-an-hāru khālidīna fīhā abadā, raḍiyallāhu ‘an-hum wa raḍụ ‘an-h, żālika liman khasyiya rabbah
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
ADVERTISEMENT
Tafsirnya:
Ini balasan bagi orang yang beriman dan beramal shalih. Mereka akan masuk surga dan kekal abadi di dalamnya. “Yang tiada putus-putusnya, tiada habis-habisnya dan tiada selesai-selesainya,” kata Ibnu Katsir.
Tak hanya itu. Orang-orang yang beriman dan beramal shalih, mereka mendapatkan sesuatu yang lebih tinggi derajatnya dari kenikmatan tersebut. Yakni ridha Allah SWT.
Ini semua diberikan kepada orang yang takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya. Dalam ayat ini dipakai istilah khasyah (خشية) yang lebih tinggi daripada khauf (خوف). Yaitu rasa takut kepada Allah SWT yang Mahagung sehingga menghindari seluruh apa yang Dia larang.
Demikian tadi bahasan mengenai surat Al Bayyinah latin beserta arti dan tafsirnya. Semoga menjadi lebih mudah dipahami. (DNR)
ADVERTISEMENT