Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Mendalami Arti Surat Al-Kautsar yang Tersirat
7 Maret 2021 1:17 WIB
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Secara bahasa, arti Surat Al-Kautsar adalah nikmat yang banyak. Surat ini turun sebagai pengingat umat manusia agar bersyukur pada anugerah Allah yang luar biasa. Al Kautsar merupakan surat ke 108 dengan jumlah 3 ayat di dalamnya. Meski cukup pendek, tetapi makna tersiratnya sungguh tak terduga.
ADVERTISEMENT
Arti Bacaan Surat Al Kautsar
Berikut ini adalah bacaan Surat Al Kautsar:
Artinya adalah sebagai berikut:
Makna Tersirat dari Surat Al Kautsar
Dalam buku berjudul Tafsir Al-Fatihah: Menemukan Hakikat Ibadah, karya Muhammad Rasyid Ridha (Mizan Pustaka: 2007) diterangkan maknanya. Bahwa Surat Al Kautsar adalah salah satu Surat Terpendek yang banyak fadilahnya.
Ayat pertama membahas tentang ‘al kautsar’ atau nikmat yang banyak. Nikmat ini mencakup seluruh kebaikan yang Allah berikan sejak zaman kerasulan. Di antara nikmat yang banyak ini juga mencakup hadirnya agama islam dan Al Quran sebagai penyempurna pegangan umat manusia.
ADVERTISEMENT
Ayat ke dua dapat dimaknai sebagai bentuk dari rasa syukur manusia kepada Allah. Pelaksanaan ibadah sholat dan berqurban adalah manifestasi dari penghambaan manusia, dan amalan kebajikannya untuk orang lain. Berqurban adalah tindakan berbagi yang akan mengukuhkan persaudaraan antar sesama manusia.
Ayat ke tiga ditujukan kepada para pembenci Rasulullah pada masa itu. Bahwasanya orang-orang yang mengingkari kenabian dan keberadaan Allah akan diputus keberkahan hidupnya. Fakta dari kejadian ini terbukti pada beberapa tahun setelah ayat diturunkan. Gerombolan oorang-orang yang membenci Nabi menjadi sosok yang tidak pernah diingat siapapun.
Setelah mengetahui makna tersirat dan arti Surat Al-Kautsar di atas, maka sudah selayaknya manusia berbenah ulang. Seorang hamba yang beriman akan mempersembahkan rasa syukurnya dengan terus melakukan kebaikan. Kebaikan tersebut bukan atas dasar ingin mendapat pujian manusia, melainkan untuk mendapatkan ridha Allah, Tuhan Semesta Alam.(ANG)
ADVERTISEMENT