Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Para Tokoh Pahlawan dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia
9 Agustus 2021 16:59 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya . Kemerdekaan Indonesia tidak bisa lepas dari perjuangan para pahlawannya. Para pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan di Indonesia ada yang berjuang dengan mengangkat senjata. Ada pula yang berjuang dengan pergerakan melalui tulisan, organisasi, dan pendidikan untuk mencerdaskan bangsa. Dalam bulan peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia ini, mari kita bersama-sama mengingat kembali para pahlawan pergerakan nasional dan jasanya yang sudah diberikan dalam sejarah kemerdekaan Indonesia di masa pergerakan.
ADVERTISEMENT
Para Tokoh Pahlawan dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Berikut ini adalah para tokoh pahlawan yang bergerak dalam perjuangan melawan penjajahan melalui pergerakan nasional dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, berdasarkan buku Ensiklopedia Pahlawan Nasional oleh Kuncoro Hadi dan Sustianingsih (2015, hlm 6-10, 20-22, 33-35).
KI Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara bernama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat dan lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Pada umur 24 tahun, Suwardi Suryaningrat telah menulis sebuah sindiran kepada Belanda dalam bentuk tulisan yang berjudul Als ik een Nederlander was yang mengkritik perayaan kemerdekaan Belanda di negeri koloni Hindia Belanda. Kritikan tersebut membuat pemerintah Belanda tersinggung, namun Suwardi tetap tidak bergeming dan semakin berani mengkritik pemerintah Belanda melalui tulisannya.
ADVERTISEMENT
Soewardi bersama dua orang kawannya, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Douwes Dekker, mendirikan Indische Partij yang menjadi partai pelopor dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mereka dikenal sebagai tiga serangkai.
Suwardi Suryaningrat juga dikenal dalam jasanya di bidang pendidikan melalui pendirian Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau yang dikenal sebagai Taman Siswa, pada 3 Juli 1922. Ia mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara dan tak lagi menggunakan gelar bangsawannya agar dekat dengan rakyat. Ia juga memberi semboyan sistem pendidikan dalam bahasa Jawa, “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani.”
Sayangnya, pada tahun 1932, muncul ordonansi sekolah liar yang membatasi sekolah pribumi sampai pada masa pendudukan Jepang. Taman Siswa dibubarkan dan hanya diizinkan mengadakan sekolah kejuruan.
ADVERTISEMENT
Perjuangan Ki Hadjar Dewantara tidak berhenti sampai di situ. Ia turut terlibat dalam PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) yang dibentuk Jepang dan tetap aktif dalam bidang pendidikan demi mencerdaskan anak bangsa hingga selepas kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, ia diangkat menjadi menteri pendidikan Indonesia (menteri pengajaran Indonesia) pertama dan masih mengurus Taman Siswa.
HOS Cokroaminoto
Haji Oemar Said Cokroaminoto lahir di Madiun, 16 Agustus 1882. Pada tahun 1902, ia berhasil menyelesaikan OSVIA (sekolah pamong praja) di Magelang. Setelah tiga tahun bekerja sebagai juru tulis di Ngawi, ia pindah ke Surabaya dan bekerja pada perusahaan dagang. Di sana ia bergabung dengan Serikat Dagang Islam (SDI). Atas sarannya, pada 10 September 1912 secara resmi nama SDI diubah menjadi Serikat Islam (SI). Cokroaminoto kemudian diangkat menjadi komisaris SI dan kemudian menjadi ketua pada tahun 1915. Di bawah kepemimpinannya, SI berkembang dengan pesat dan tumbuh menjadi partai massa yang keberadaannya membuat pemerintah Belanda cemas.
ADVERTISEMENT
Sebagai wakil SI dalam Volksraad, Cokroaminoto mengajukan mosi yang dikenal sebagai Mosi Cokroaminoto yang menuntut supaya pemerintah Belanda membentuk parlemen yang anggotanya dipilih oleh rakyat dan dari rakyat. Ia juga menuntut supaya pemerintah bertanggung jawab pada parlemen.
Cokroaminoto juga mengecam pengambilan tanah untuk dijadikan perkebunan milik orang-orang Eropa. Ia juga mendesak agar Sumatra Landsyndicaat mengembalikan tanah rakyat di Gunung Seminung. Ia juga menuntut agar kedudukan dokter-dokter pribumi disamakan dengan dokter-dokter Belanda. Pada tahun 1920, ia dimasukkan ke penjara dengan tuduhan menyiapkan pemberontakan untuk menggulingkan pemerintah Belanda. Setelah bebas ia diminta untuk kembali ke Volksraad namun permintaan tersebut ia tolak karena tidak mau lagi bekerja sama dengan Belanda.
Tidak hanya bergiat dalam bidang politik, ia juga menulis banyak artikel di berbagai surat kabar seperti Oetoesan Hindia, Fadjar Asia, dan Bendera Islam.
ADVERTISEMENT
Atas jasa-jasanya dalam bidang pergerakan nasional, Cokroaminoto dijadikan Pahlawan Kemerdekaan Nasional pada tahun 1961.
dr. Soetomo
dr. Soetomo adalah seorang tokoh pendiri organisasi Budi Utomo. Budi Utomo yang ia dirikan saat menuntut ilmu di STOVIA ini berkembang dengan sangat pesat. Organisasi ini kemudian memiliki tujuh cabang di beberapa kota, yaitu Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo. Kongres Budi Utomo yang pertama digelar di Yogyakarta pada 3-5 Oktober 1908.
Pada tahun 1911, Soetomo lulus dari STOVIA kemudian bertugas menjadi dokter di Semarang. Ia sering berpindah-pindah tempat dalam menjalankan tugas sebagai dokter sehingga banyak mengetahui kesesangraan rakyat dan secara langsung dapat membantu mereka. Pada tahun 191, ia mendapat beasiswa untuk belajar di universitas Amsterdam di Belanda. Tahun 1920, setelah menyelesaikan studinya, ia kembali ke Hindia.
ADVERTISEMENT
Soetomo juga aktif dalam dunia pers pergerakan. Saat di Budi Utomo, ia aktif ikut menerbitkan majalah Goeroe Desa, surat kabar Boedi Oetomo. Ia juga mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) di Surabaya pada tahun 1924. ISC berhasil mendirikan sekolah tenun, bank kredit, hingga koperasi. Pada tahun 1931, ISC berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Kemudian pada Januari 1934, dibentuk Komisi Boedi Oetomo dengan PBI yang kemudian membentuk fusi pada pertengahan 1935. Kongres peresmian fusi merupakan kongres terakhir Budi Utomo dan melahirkan Partai Indonesia Raya (Parindra). Rapat perdana diselenggarakan pada 24-26 Desember 1955. Dalam rapat tersebut Soetomo diangkat sebagai ketua. Soetomo bersama Parindra terus berjuang untuk mencapai kemerdekaan Hindia (Indonesia).
Itulah ulasan mengenai pahlawan pergerakan nasional dan perjuangan mereka dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Semoga kita, sebagai bangsa Indonesia dapat selalu menghargai jasa para pahlawan kita.(IND)
ADVERTISEMENT