Konten dari Pengguna

Mengenal Upacara Adat Sekaten di Yogyakarta

Berita Terkini
Penulis kumparan
31 Juli 2022 17:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi artikel Mengenal Upacara Adat Sekaten di Yogyakarta. Sumber: unsplash.com/Angga Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi artikel Mengenal Upacara Adat Sekaten di Yogyakarta. Sumber: unsplash.com/Angga Kurniawan
ADVERTISEMENT
Upacara adat Sekaten adalah upacara peringatan Maulud Nabi Nabi Muhamad SAW yang diadakan di Surakarta dan Yogyakarta. Dalam artikel berikut ini kita akan menyimak penjelasan mengenai upacara adat Sekaten yang diadakan di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT

Mengenal Upacara Adat Sekaten

Menurut buku The Amazing of Indonesia: 71 Keajaiban Indonesia yang Wajib Diketahui oleh Sugeng HR (2013: 79), acara Sekaten dimulai dengan iring-iringan abdi dalem pada malam hari membawa dua set Gamelan Jawa, Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Iring-iringan tersebut dimulai dari Pendopo Ponconiti menuju Masjid Agung di Alun-Alun Utara dengan dikawal prajurit Kraton.
Kyai Nogowilogo lalu ditempatkan di sisi utara Masjid Agung, sedangkan Kyai Gunturmadu di pagongan sebelah selatan masjid. Kedua gamelan tersebut akan dimainkan secara bersamaan selama 7 hari berturut-turut. Pada malam terakhir kedua gamelan tersebut akan dibawa kembali ke dalam Kraton.
Ilustrasi artikel Mengenal Upacara Adat Sekaten di Yogyakarta. Sumber: unsplash.com/Angga Indratama
Berdasarkan penjelasan website bpad.jogjaprov.go.id (diakses 30 Juli 2022), acara puncak peringatan Sekaten ditandai dengan Grebeg Muludan yang diadakan pada tanggal 12 Rabiul Awal. Acara tersebut dimulai dari jam 8 hingga 10 pagi dengan dikawal 10 macam Bregada prajurit Kraton Yogyakarta, yaitu Wirabraja, Dhaheng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Nyutra, Ketanggung, Mantrijero, Surakarsa, dan Bugis.
ADVERTISEMENT
Pada perayaan tersebut, sebuah gunungan akan dibawa dari istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju Masjid Agung. Gunungan tersebut terbuat dari beras ketan, makanan, buah-buahan, dan sayur-sayuran.Setelah didoakan, gunungan tersebut kemudian dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari gunungan tersebut akan membawah berkah untuk mereka.
Bagian Gunungan yang dianggap sakral itu akan dibawa pulang lalu ditanam di sawah atau ladang dengan harapan supaya sawah atau ladang tersebut menjadi subur dan terhindari segala macam bencana.
Dua hari sebelum acara Grebeg Muludan, diadakan acara Tumplak Wajik di halaman Magangan Kraton Yogyakarta pada pukul 4 sore. Menurut website budaya.jogjaprov.go.id (diakses 30 Juli 2022), acara ini mengawali persiapan makanan yang digunakan untuk membuat gunungan. Wajik adalah makanan yang dibuat dari beras ketan. Pada saat perayaan diadakan acara Kothekan, yaitu suatu orkestra menggunakan alat-alat musik yang terbuat dari kayu, seperti kentongan atau lesung. Lagu yang dimainkan umumnya adalah lagu-lagu tradisional rakyat Jawa.
ADVERTISEMENT
Itulah penjelasan mengenai upacara adat Sekaten di Yogyakarta. Semoga dapat menambah wawasan Anda mengenai macam-macam upacara adat di Indonesia. (IND)