Konten dari Pengguna

Menilik Sejarah Hari Film Indonesia 30 Maret

Berita Terkini
Penulis kumparan
29 Maret 2023 19:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Hari Film Indonesia 30 Maret. (Foto: Igorsvyannykov by https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Hari Film Indonesia 30 Maret. (Foto: Igorsvyannykov by https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
Apakah kamu gemar menonton film di waktu luang? Film merupakan arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) masyarakat pada saat itu. Untuk mengapresiasi setiap film yang hadir untuk menghibur masyarakat, setiap tanggal 30 Maret kita memperingati Hari Film Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tanggal 30 Maret 1950 dijadikan sebagai Hari Film Nasional di Indonesia, karena tanggal tersebut merupakan hari pertama pengambilan gambar film Darah dan Dosa atau Long March Siliwangi yang disutradarai oleh Usmar Ismail. Nah, artikel kali ini akan membahas lebih lanjut mengenai sejarah tersebut.

Mengenal Sejarah Hari Film Indonesia Setiap 30 Maret

IIlustrasi Sejarah Hari Film Indonesia 30 Maret. (Foto: OsloMetX by https://pixabay.com/id/)
Apabila kamu mengkaji awal perkembangan film di Indonesia, tentu perkembangannya jauh dari tahun tersebut. Sejak dimulai pada masa kolonial, film pertama yang diproduksi di Indonesia adalah film berjudul “Loetoeng Kasaroeng” yang diputar pada tanggal 31 Desember 1926.
Kembali ke film Darah dan Doa, Usmar Ismail menjelaskan bahwa pertama kali film tersebut diselesaikan, film tersebut membahas kejadian-kejadian yang bersifat nasional. Dikutip dari buku A to Z about Indonesian Film yang ditulis oleh Ekky Imanjaya (2006: 31), kemudian akhirnya Dewan Film Nasional menetapkan hari pertama pengambilan gambar film tersebut sebagai Hari Film Nasional.
ADVERTISEMENT
Adapun konferensi tersebut dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 1962. Peringatan tersebut dilaksanakan sebagai ambisi dari revolusi film Indonesia. Masyarakat Indonesia tidak ingin film Indonesia jadi alat untuk lari dari kenyataan. Film harus ditujukan untuk mendorong dialog dalam diri setiap penonton sehingga dapat memperoleh gambaran yang lebih jernih tentang kenyataan yang ada di sekitarnya.
Perjuangan mencari identitas film Indonesia kemudian dilanjutkan oleh para sineas setelahnya, yaitu Asrul Sani, Sjuman Djaya, Teguh Karya, Arifin C. Noer, hingga Garin Nugroho dan Riri Riza. Ada banyak film yang berhasil mengangkat identitas kultural setelahnya.
Demikian penjelasan sejarah singkat mengenai Hari Film Indonesia yang diperingati setiap tanggal 30 Maret. Apakah sekarang kamu sudah lebih paham? Semoga informasi di atas dapat menambah wawasan kamu! (CHL)
ADVERTISEMENT