Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Pengakuan dan Respon Internasional Terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
16 Agustus 2021 15:42 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Setelah peristiwa pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945, muncullah beberapa respon internasional terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Respon internasional terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia memang bukan hanya yang baik dan mendukung penuh Indonesia meraih kemerdekaannya. Ada juga yang tidak mengakui dan bahkan menentang.
Beberapa Pengakuan dan Respon internasional terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945
Sekitar dua tahun setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Haji Agus Salim, AR Baswedan, Nazir Pamoentjak, dan Rasjidi ditugaskan dalam misi kunjungan balasan ke Mesir, setelah sebelumnya Konsul Jenderal Mesir di Bombay, Abdul Mun`im berkunjung ke Yogyakarta pada 13-16 Maret 1947.
Kunjungan Mun`im tersebut, menurut buku Abdul Rahman Baswedan: Karya dan Pengabdiannya, mewakili Mesir dan mengemban pesan Liga Arab yang isinya adalah dukungan penuh terhadap kemerdekaan Indonesia.
Ternyata, pihak Belanda melalui Duta Besar Belanda di Mesir sempat datang dan menemui PM Norakshi lebih dulu untuk menyampaikan keberatan atas sikap pemerintah Mesir. Duta Besar Belanda tersebut mengingatkan tentang kerjasama ekonomi antara Belanda dan Mesir, dan mengancam akan menarik dukungan mereka bila Mesir tetap mendukung Indonesia. Tapi, PM Norakshi tidak gentar dengan ancaman tersebut. Ia tetap menerima keempat delegasi dari Indonesia dan melangsungkan penandatanganan perjanjian persahabatan sekaligus pengakuan kemerdekaan RI.
ADVERTISEMENT
Hubungan politik antara Indonesia dan India pertama kali dengan pertemuan tokoh pergerakan kedua negara terjadi pada Kongres Internasional menentang Kolonialisme di Brussel 1926 dan 1927. Saat itu, Hatta berjumpa dengan Nehru. Hubungan tersebut ternyata terus berlanjut hingga masa revolusi. India adalah negara terdepan yang selalu mendukung Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Indonesia dan India diketahui sama-sama berjuang menghadapi imperialisme Belanda dan Inggris. Dukungan kedua negaraini bisa terjalin dengan baik karena memiliki pandangan politik yang serupa.
Belanda adalah negara yang berkali-kali menolak kemerdekaan RI. Mereka bahkan tidak segan melakukan aksi polisionil untuk merebut kembali wilayah Indonesia pada Agresi Militer I (1947) dan Agresi Militer II (1948).
Berkali-kali berselisih, berkali-kali pula berlangsung perundingan, mulai Perjanjian Linggarjati (1946), Perjanjian Renville (1948), Perjanjian Roem-Royen (1949), hingga Konferensi Meja Bundar (1949). Pihak Belanda berulang kali melakukan aksi polisionil dengan alasan ingin menertibkan kondisi keamanan Hindia Belanda dari para pemberontak.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, Belanda baru mengakui kedaulatan RI pada Konferensi Meja Bundar di tahun 1949. Hasil kesepakatan KMB membagi wilayah Indonesia ke bentuk federasi, Republik Indonesia Serikat. RIS lantas dinyatakan berakhir pada tahun 1950.
Tidak dapat dipungkiri, meraih kemerdekaan dan berhasil memproklamirkan negara Indonesia sudah bebas dari jajahan bukanlah akhir dari perjuangan. Butuh perjuangan dan waktu panjang juga bagi para pejuang Indonesia terutama para diplomat di masa-masa awal kemerdekaan untuk meyakinkan negara-negara lain untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. (DNR)