Konten dari Pengguna

Pengertian dan Keutamaan Puasa Syawal bagi Umat Islam

Berita Terkini
Penulis kumparan
18 April 2022 18:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/users/pictavio-1923348/ - puasa syawal adalah
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/users/pictavio-1923348/ - puasa syawal adalah
ADVERTISEMENT
Puasa Syawal adalah ibadah puasa yang biasa dilaksanakan oleh umat Islam di bulan Syawal setelah selesai merayakan Hari Raya Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
Meski bukan amalan ibadah wajib seperti puasa Ramadan, keutamaan puasa Syawal dapat menyempurnakan puasa Ramadan yang sudah ditunaikan sebulan penuh.

Pengertian Puasa Syawal

Pengertian puasa Syawal adalah sunnah yang dilakukan selama enam hari berturut-turut di bulan Syawal. Keutamaan puasa Syawal bernilai lebih dari itu, yakni dianggap sebagai puasa setahun penuh dan pahala yang didapat lebih berlipat ganda.
Puasa Syawal disarankan untuk dilaksanakan usai qada (mengganti) puasa Ramadan yang belum sempat ditunaikan. Mengqada puasa Ramadan akan membuat kewajiban seorang muslim menjadi gugur. Bahkan puasa qada itu lebih utama dari puasa enam hari Syawal.
Waktu pelaksanaan puasa Syawal lebih dianjurkan enam hari berturut-turut, tetapi bila diseling-seling pun tetap sah asal masih di bulan Syawal.
ADVERTISEMENT
Dengan melaksanakan puasa Syawal secara berurutan akan terasa lebih mudah. Hal ini juga demi menjaga momentum keimanan kita dalam level terbaik. Tak jarang bila dilakukan tidak secara berurutan akan menimbulkan keengganan untuk melakukannya. Menjalankan puasa Syawal secara berurutan pun bisa menjadi tanda kita sedang berlomba-lomba dalam hal kebaikan yang diperintahkan.
Hal tersebut juga disampaikan oleh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin yang berkata, “Lebih utama puasa Syawal dilakukan secara berurutan karena itulah yang umumnya lebih mudah. Itu pun tanda berlomba-lomba dalam hal yang diperintahkan.”
https://pixabay.com/users/pictavio-1923348/

Keutamaan Puasa Syawal

Penyempurna Ibadah
Jika seorang hamba memiliki amalan sunnah di samping amalan wajib, maka amalan sunnah itulah yang akan menjadi perekat dan penyempurna setiap kekurangan. Semakin banyak amalan seorang hamba, jika ia ikhlas, maka sebesar itulah balasan yang akan diterima.
ADVERTISEMENT
Pahala Berlipat
Setiap satu perbuatan baik seorang hamba dinilai dan dicatat sebanyak sepuluh kali lipat. Hal inilah mengapa sabda Rasulullah -sallallahu alaihi wa sallam- bahwa menambahkan puasa 6 hari di bulan Syawal setelah berpuasa penuh pada bulan Ramadhan setara dengan berpuasa setahun. Sebab ukurannya adalah pahala yang diperhitungkan.
Jika seorang hamba berpuasa 30 hari ditambah 6 hari, maka ia berpuasa sebanyak 36 hari. Dan puasa 36 hari itu pahalanya setara dengan berpuasa 360 hari. Sebab satu kebaikan, balasan pahalanya dengan sepuluh kebaikan. Namun hanya Allah yang berhak memutuskan dan memperhitungkan seberapa besar pahala yang pantas didapatkan oleh seorang hamba.
Media Taqarrub
Amalan-amalan sunnah merupakan bentuk Qurbah; upaya seorang hamba bertaqarrub dan mendekatkan diri kehadirat Allah -subhanahu wa ta’ala-.
ADVERTISEMENT
Selain menunaikan amalan yang wajib, seorang hamba dianjurkan untuk menunaikan amalan yang sunnah agar tercipta ikatan mahabbah (cinta). Tatkala benih cinta dalam ibadah itu mulai tumbuh dan berkembang, maka setiap ibadah yang ditunaikan terasa nyaman. Dan demikian para ulama menyebutnya dengan Halawatul Iman (manisnya iman).
Allah -subhanahu wa ta’ala- dalam hadits Qudsi berfirman:
“Setiap amalan bani Adam itu untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untukku, dan aku (sendiri) yang memberikan balasannya.“
Maka berpuasa merupakan satu di antara banyak ibadah sebagai sarana seorang hamba bertaqarrub, sebab Allah sendiri yang memperhitungkan balasan pahalanya.
Tanda Syukur dan Iman
Seusai berpuasa penuh pada bulan Ramadhan, seorang hamba seharusnya tidak mengurangi rasa semangat dalam beribadah. Dengan menambah puasa Syawal selama 6 hari merupakan bentuk syukur dan tanda bahwa ibadah yang ditunaikannya itu bukanlah sebagai beban, melainkan sebagai tanda mahabbah dan ridho. Dan inilah yang sebenar-benarnya iman. (DNR)
ADVERTISEMENT