Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Pengertian Pupuh Sinom sebagai Salah Satu Contoh Tembang Macapat
6 Oktober 2021 17:18 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kebudayaan Jawa kaya akan kesenian adiluhung. Salah satu bentuk kesenian dalam budaya Jawa adalah tembang macapat. Dalam buku Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar oleh Endang Sri Maruti, S.Pd, M.Pd. (2015: 133), dijelaskan pengertian tembang macapat ada;ah sebuah bentuk puisi Jawa tradisional yang memiliki beberapa aturan tertentu seperti guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya dalam artikel jurnal Naskah Serat Asmaralaya: Sakaratul Maut Dalam Konsep Kejawen oleh Hesti Mulyani (Jurnal Kejawen, Vol. 1. No. 2, Agustus 2006: 113), dijelaskan susunan bait-bait pada tembang disebut pupuh. Setiap pupuh diberi nama masing-masing dan pada setiap nama pupuh memiliki cara membaca yang berbeda.
Contoh Pupuh dalam Serat Astabrata
Berikut ini adalah penjelasan mengenai isi pupuh yang mengambil contoh pupuh dalam Serat Astabrata. Dalam buku Kajian Astabrata: Pendahuluan dan Teks oleh Haryati Soebadio-Noto Soebagio (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1997: 122-124) yang mengkaji tentang Serat Astabrata, dijelaskan isi Serat Astabrata dan pupuh-pupuh yang terkandung di dalamnya.
Berikut ini kita akan membahas mengenai pupuh megatruh, pangkur, dhandhanggula, dan sinom. Pupuh-pupuh ini berisi tentang ajaran kebaikan kepada manusia, yaitu antara lain:
ADVERTISEMENT
Pupuh ini bercerita tentang penobatan Wibisana sebagai raja setelah Ramawijaya berhasil menaklukan Kerajaan Alengka. Kedua peristiwa ini melambangkan kemenangan kebaikan atas keburukan. Hal ini karena sifat raja yang bijaksana dan selalu berniat menerima ajaran-ajaran kebaikan dari Ramawijaya.
Ajarannya diarahkan pada cara menjalankan pemerintahan dengan baik dan benar dengan tujuan menciptakan ketertiban dan kesejahteraan negara dan rakyat.
Pupuh ini menceritakan tentang kemampuan uang dalam memudahkan semua pekerjaan dan membantu orang mencapai keinginannya. Bahkan uang dapat membuat orang menjadi berarti.
Pupuh ini menceritakan tentang perbedaan orang zaman dahulu dengan orang-orang jaman sekarang. Orang-orang zaman dahulu lebih berbakti, pandai, dan berguna sebab mereka melakukan tapa atau semedi, puasa, mencegah atau menahan hawa nafsu, dan meninggalkan semua keburukan hati.
ADVERTISEMENT
Sedangkan orang-orang zaman sekarang lebih mementingkan kepuasan diri sehingga umumnya suka berdusta, melanggar aturan, tidak menghargai orang lain, dan sombong.
Dalam pupuh ini dijelaskan tentang hal yang perlu dilakukan oleh orang muda seperti: menjaga kebaikan, cakap, pandai, suka bellajar, dan menjauhi sifat tercela.
Lebih jauh lagi, Raja Ramawijaya mengajarkan bahwa hidup di dunia harus senantiasa ingat untuk mencari keselamatan, untuk kehidupan selanjutnya yaitu dengan meluhurkan semua sifat dan perbuatannya.
Itulah pembahasan mengenai pengertian pupuh dan contoh pupuh beserta isinya. Semoga dapat menambah wawasan Anda mengenai kesenian dalam budaya Jawa. (IND)