Konten dari Pengguna

Pengertian Tawakal dan Ikhtiar dalam Ajaran Islam

Berita Terkini
Penulis kumparan
11 Juni 2021 17:41 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bertawakal. Sumber: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bertawakal. Sumber: Unsplash
ADVERTISEMENT
Tawakal dan ikhtiar merupakan dua hal yang sangat erat kaitannya satu sama lain. Dalam ajaran Islam sendiri, pengetian tawakal ialah sifat bergantung atau berserah diri kepada Allah SWT setelah melakukan ikhtiar. Adapun yang maksud ikhtiar adalah upaya untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pengetian tawakal dan ikhtiar tadi, maka kita bisa menyebut iktiar sebagai usaha yang dilakukan umat muslim dalam mencapai sesuatu dan tawakal merupakan hal yang perlu umat muslim lakukan setelahnya. Sederhananya, setelah kita berusaha dengan maksimal, maka kita harus berserah diri kepada Allah SWT dan menerima segala yang akan ditetapkan oleh-Nya.

Pengertian Tawakal dan Iktiar dalam Ajaran Agama Islam

Pengertian tawakal adalah cara memasrahkan diri kepada keputusan Allah SWT setelah kita berusaha, namun mengutip isi buku Tawakal Bukan Pasrah, Supriyanto (2010:13), tawakal bukanlah sifat yang menunjukkan kepasifan asal dilakukan setelah seseorang berusaha (berikhtiar) dengan sungguh-sungguh dalam mencapai sesuatu. Sedangkan jika ia belum berusaha sama sekali namun sudah memasrahkan diri, maka hal tersebut tidak dapat diartikan sebagai tawakal.
ADVERTISEMENT
Dalam menjalankan sesuatu, maka seorang muslim haruslah senantiasa berikhtiar dan bertawakal. Pasalnya jika salah satunya tidak dikerjakan maka kebaikannya tidak akan sempurna. Misalnya saja jika kita berikhtiar namun tidak pernah bertawakal maka kita bisa digolongkan sebagai hamba-hamba yang sombong. Menga pa demikian? Alasannya sendiri ialah karena kita tampak seolah-olah tidak membutuhkan pertolongan atas ikhtiar yang kita lakukan. Hal tersebut tentu tidak baik untuk dilakukan bukan?
Sebaliknya jika kita tidak berikhtiar atau tidak melakukan suatu hal dengan nyata, namun hanya berpasrah diri mengharapkan keajaiban lewat doa saja, maka hal tersebut juga tidak dapat dianggap sebagai bentuk tawakal seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sebab tawakal harus didahului dengan ikhtiar.
Oleh karena itu, agar setiap hal yang kita lakukan dapat berdampak dan mengahasilkan hal yang baik, maka kita haruslah senantiasa berusaha (berikhtiar) dan bertawakal setelahnya. (HAI)
ADVERTISEMENT