Konten dari Pengguna

Perbedaan Hanacaraka Sunda dan Hanacaraka Jawa

Berita Terkini
Penulis kumparan
20 Januari 2022 15:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perbedaan hanacaraka Sunda dan Jawa, sumber foto: (Dominic Krainer) by Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Perbedaan hanacaraka Sunda dan Jawa, sumber foto: (Dominic Krainer) by Unsplash.com
ADVERTISEMENT
Suku Jawa dan Suku Sunda tentu sudah tidak asing dengan istilah hanacaraka. Aksara tersebut dikenal memiliki sejarah yang panjang sebagai warisan budaya bangsa. Lalu, apa perbedaan hanacaraka Sunda dan Jawa?
ADVERTISEMENT

Hanacaraka Sunda

Hanacaraka dalam Bahasa Sunda juga disebut dengan cacarikan. Perlu diketahui bahwa aksara Sunda tidak hanya hanacaraka, namun ada beberapa aksara lainnya yang pernah populer pada masanya.
Aksara Sunda terbagi menjadi dua macam, aksara Sunda modern dan aksara hanacaraka. Aksara Sunda modern mulai digunakan lagi sekitar 15 tahun belakangan ini. Sedangkan aksara Hanacaraka juga digunakan untuk menulis dan mengucapkan bahasa Sunda.
Hanacaraka Jawa
Mengutip jurnal Kebipaan 2019: Proceedings of the 2nd Konferensi BIPA Tahunan (2019), aksara Jawa diperkenalkan sejak abad ke-17 saat pengaruh kerajaan Mataram mulai terasa di bagian barat Pulau Jawa.
Ilustrasi hanacaraka Sunda, sumber gambar: https://www.unsplash.com/
Hanacaraka pada dasarnya merupakan sebutan untuk aksara yang digunakan di Tanah Jawa dan sekitarnya. Walaupun demikian, Hanacaraka juga digunakan untuk merujuk pada aksara Bali yang terbilang masih serumpun.
ADVERTISEMENT
Umumnya, Hanacaraka Jawa digunakan untuk menulis naskah-naskah yang berbahasa Madura, Jawa, Sunda, Bali, dan Sasak dengan variasi penulisan tertentu. Cara menulis Hanacaraka dimulai dari kiri ke kanan yang menerapkan sistem abugida, di mana setiap hurufnya berisi suku kata dengan vokal "a".
Perbedaan Hanacaraka Sunda dan Hanacaraka Jawa
Aksara Sunda memang sama dengan yang digunakan oleh masyarakat Suku Jawa. Adapun perbedaan utamanya terletak pada penulisan bunyi /o/. Dalam bahasa Jawa, bunyi /o/ dituliskan dengan sandhangan taling tarung, sedangkan dalam aksara Sunda menggunakan tarung saja.
Dalam penulisan aksara Jawa kuno, terkadang hal ini dapat membingungkan karena tarung digunakan untuk menandakan bunyi ‘a-panjang’ ataupun ‘e-panjang’ (pepet panjang).
Selain itu, untuk menulis bunyi ‘eu’, maka dituliskan kombinasi antara tarung dan pepet. Pada dasarnya, bunyi ‘eu’ juga dikenal dalam Bahasa Jawa Kuno yang umumnya ditulis dengan huruf ‘o’. Itulah yang dimaksud dengan istilah pepet panjang di atas. Namun, bunyi ini sudah tidak digunakan lagi pada Bahasa Jawa Baru.
ADVERTISEMENT
Perbedaan hanacaraka Sunda dan Jawa juga terletak pada bunyi dental ‘d’ dan ‘t’, yang mana istilah tersebut tidak ada perbedaannya dalam Bahasa Sunda.
Meskipun memiliki sejumlah perbedaan, namun aksaran Sunda modern dan Jawa modern memiliki kekerabatan karena keduanya sama-sama keturunan dari aksara Kawi. Hanya saja, kedua aksara ini tidak mempunyai hubungan langsung.
(DLA)