Konten dari Pengguna

Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Jawa yang Penuh Makna

Berita Terkini
Penulis kumparan
5 Februari 2022 17:52 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pernikahan adat Jawa. Foto: unsplash.com/@fhmi29
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pernikahan adat Jawa. Foto: unsplash.com/@fhmi29
ADVERTISEMENT
Pernikahan merupakan momen yang sakral. Tidak hanya mengucapkan janji suci saja, namun terdapat beberapa prosesi yang perlu dilewati pasangan pengantin. Tak terkecuali dalam prosesi pernikahan adat Jawa.
ADVERTISEMENT

Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Jawa

Dikutip dari buku Tata Upacara dan Wicara: Pengantin Gaya Yogyakarta karya Suwarna Pringgawidagda (2006) rangkaian prosesi pernikahan adat Jawa yaitu:
Pasang Tratag dan Tarub
Dalam pernikahan adat Jawa, hal yang pertama dilakukan adalah memasang dekorasi tenda atau yang disebut dengan tratag dan juga memasang hiasan dari janur atau daun kelapa muda yang disebut dengan tarub.
Kedua hiasan ini dipasang pada pintu masuk sebagai pertanda bahwa keluarga sedang mengadakan acara hajatan mantu. Janur kuning melengkung memiliki arti meminta cahaya dari Sang Maha Kuasa agar dilimpahkan berkah dan kemakmuran untuk kedua mempelai.
Kembar Mayang
Kembar mayang merupakan sepasang hiasan pernikahan dekoratif yang berbentuk layaknya akar, batang, daun, bunga, dan buah setinggi setengah sampai seeukuran orang dewasa. Filosofi dari kembang mayang agar diberikan motivasi dan kebijaksanaan kepada kedua mempelai dalam menjalani bahtera rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Pasang Tawuhan
Pasang tawuhan memiliki filosofi terhadap kedua mempelai agar dikaruniai momongan. Salah satu bagian penting dalam tawhan adalah pohon pisang raja yang buahnya sudah matang.
Selain itu, ada juga tebu wulung, cengkir gading, daun randu, dan daun lainnya. Daun-daun tersebut memiliki simbol rintangan dalam hidup. Sehingga diharapkan kedua mempelai dapat melewatinya bersama.
Ilustrasi siraman dalam adat Jawa. Foto: unsplash.com/@fhmi29
Siraman
Sebelum melaksanakan akad nikah, keluarga akan melakukan siraman kepada kedua mempelai. Terdapat tujuh orang yang akan melakukan siraman. Dalam bahasa Jawa tujuah adalah pitu. Sehingga tujuh orang tersebut diisyaratkan sebagai pitulungan (pertolongan) kepada kedua mempelai.
Siraman sendiri memiliki filosofi pembersihan diri sebelum masuk ke ritual yang lebih sakral. Nantinya, sang ayah dari mempelai wanita yang akan melakukan siraman terakhir. Kemudian dilanjutkan dengan menggendok anaknya menuju kamar pengantin.
ADVERTISEMENT
Dodol Dawet
Walaupun bernama dodol, namun tidak benar-benar berjualan dawet. Sebab pembelinya akan membayar dengan kreweg atau pecahan tembikar. Filosofi dari dodol dawet adalah menggambarkan kehidupan manusia yang berasal dari tanah.
Prosesi dodol dawet sendiri dilakukan oleh ibu dari pihak mempelai wanita, sedangkan sang ayah dari mempelai wanita akan memayunginya. Hal ini merupakan contoh sepasang suami istri yang saling bergototng royong dalam membina rumah tangga.
Potong Tumpeng
Dengan bentuk yang menyerupai gunung, tumpeng disimbolkan dengan kemakmuran dan kesejahteraan.
Dulangan Pungkasan
Dalam bahasa Jawa, pungkasan memiliki arti akhir, sehingga ritual dulangan pungkasan merupakan sebuah simbol bahwa berakhirnya tanggung jawab orang tua kepada anaknya.
Tanam Rambut dan Lepas Ayam
Ritual ini merupakan pemotongan rambut pada kedua mempelai. Hal ini bertujuan agar kedua mepelai dijauhkan dari segala keburukan dalam rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Kemudian dilanjutkan dengan pelepasan ayam cemani (ayam) jantan hitam sebagai bentuk keikhlasan orang tua melepas anaknya hidup mandiri.
Midodareni
Midodareni berasal dari kata widodari yang berarti bidadari. Prosesi ini merupakan harapan agar pengantin wanita akan secantik bidadari dari surga saat hari pernikahannya.
Acara Puncak
Upacara Pernikahan
Pada momen ini, kedua pengantin akan berhadapan dengan penghulu, orang tua, wali, dan tamu undangan untuk bersumpah dalam janji suci.
Upacara Panggih
Upacara panggih merupakan upacara dhaup atau temu. Prosesi ini dilaksanakan setelah kedua mempelai resmi menjadi pasangan suami istri.
Balangan Gantal
Dalam prosesi ini, kedua mempelai saling melempar gantal berupa sirih yang diikat dengan benang putih. Mempelai pria melemparkan gantal ke arah dada mempelai wanita sebagai tanda bahwa ia telah menaklukan hati sang pasangan. Di sisi lain, sang wanita melemparkan gantal ke arah lutut mempelai pria sebagai tanda bahwa ia akan tunduk dan berbakti kepada sang suami.
ADVERTISEMENT
Ngidak Endhok
Dalam bahasa Jawa, ngidhak artinya menginjak dan endhok artinya telur. Sehingga ritual ini berupa prosesi sang suami menginjak telur mentah dan sang istri yang membersihkan kaki suaminya dalam posisi berlutut. Filosofi dari ritual ini adalah kesopanan istri kepada sang suami.
Setelah itu, sang suami membantu istrinya berdiri sebagai penghargaan terhadap istrinya.
Sinduran
Sinduran merupakan proses mengenakan kain sindur kepada kedua mempelai yang berjalan sambil berpegangan tangan. Kain sindur biasanya berwarna putih dan terdapat renda dengan corak merah di dalamnya. Warna ini melambangkan gairah dalam berrumah tangga.
Bobot Timbang
Setelah sampai di kursi pelaminan, kedua mempelai akan diarahkan untuk duduk di atas pangkuan ayah dari mempelai wanita. Kemudian sang ibu naik ke atas panggung untuk bertanya siapa yang lebih berat di antara kedua pasangan. Sang ayah akan menjawab keduanya sama saja. Filosofi dari ritual ini adalah tidak ada perbedaan kasih sayang kepada kedua mempelai.
ADVERTISEMENT
Minum Air Degan
Air degan atau air kelapa muda dilambangkan sebagai air suci dan air kehidupan. Sang ayah dari mempelai wanita akan menjadi yang pertama meminum air degan, lalu diteruskan ke sang ibu hingga kepada kedua mempelai.
Kacar Kucur
Prosesi ini merupakan pengucuran uang receh seta biji-bijian dari mempelai pria ke mempelai wanita sebagai lambang bahwa sang pria akan bertanggung jawab menafkahi keluarganya.
Dulangan
Dalam bahasa Jawa, dulangan memiliki arti menyuapi. Pada prosesi ini, kedua pengantin akan saling menyuapi sebanyak tiga kali. Filosofi dari prosesi ini adalah hawapan bahwa kedua mempelai bisa hidup dengan rukum pengertian, dan saling tolong menolong.
Bubak Kawah
Prosesi ini merupakan bentuk rasa syukur orang tua mempelai atas pernikahan kedua anaknya. Prosesi ini hanya berlaku untuk menantu pertama saja.
ADVERTISEMENT
Tumplek Punjen
Kebalikan dari babak kawah, tumplek punjen merupakan saat seluruh anaknya yang sudah menikah sehingga tidak bermantu lagi.
Sungkeman
Sungkepan akan mengakhiri prosesi pernikahan. Kedua mempelai akan berlutut di hdapan orang tua dari pihak pria maupun wanita sebagai bentuk rasa hormat atas jasanya yang telah membesarkannya.
Kirab Pengantin
Prosesi terakhir dalam pernikahan adat Jawa salah kirab pengantin. Kirab merupakan saat pengantin meninggalkan panggung pelaminan dan berganti pakaian.
Itulah serangkaian prosesi pernikahan dalam adat Jawa. Walaupun banyak sekali prosesi yang harus dilewati, namun filosofi di balik seluruh rangkaian tersebut memiliki makna yang sangat dalam. (MZM)