Konten dari Pengguna

Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Minang dan Filosofinya

Berita Terkini
Penulis kumparan
29 Januari 2022 13:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pernikahan adat Minang, sumber gambar: https://www.pixabay.com/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pernikahan adat Minang, sumber gambar: https://www.pixabay.com/
ADVERTISEMENT
Saat akan melangsungkan pernikahan adat Minang, maka ada banyak hal yang perlu dipersiapkan. Proses pernikahan adat ini memang melibatkan banyak pihak keluarga besar, sehingga perlu dipersiapkan jauh-jauh hari. Setiap rangkaian acara memiliki filosofi yang perlu dipahami oleh kedua mempelai.
ADVERTISEMENT

Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Minang

Berikut adalah rangkaian prosesi pernikahan adat Minang yang perlu Anda ketahui:
1. Maresek
Marasek merupakan suatu proses di mana pihak keluarga pengantin wanita mendatangi pihak keluarga laki-laki. Pihak keluarga perempuan akan mencari tahu apakah calon laki-laki cocok dengan calon perempuannya. Mereka umumnya membawa buah tangan sebagai simbol sopan santun.
2. Manimang dan Batimbang Tando
Ilustrasi pernikahan adat Minang, sumber gambar: https://www.unsplash.com/
Tahap ini dilakukan untuk meminang calon laki-laki yang dilakukan oleh pihak keluarga perempuan. Jika diterima, mereka akan melakukan tukar simbol sebagai simbol pengikat perjanjian yang tidak bisa diputuskan secara sepihak.
3. Mahanta Siriah
Mahanta Siriah adalah suatu proses pernikahan Minangkabau di mana pasangan meminta izin atau memohon doa restu kepada keluarganya. Adapun calon mempelai perempuan diwakili oleh kerabat perempuannya yang sudah berkeluarga dengan cara mengantar sirih.
ADVERTISEMENT
Sedangkan calon mempelai laki-laki akan membawa selapah yang berisi daun nipah dan tembakau. Tujuannya yaitu untuk memberitahukan dan memohon doa atas pernikahannya.
4. Babako - Babaki
Babako dan babaki adalah acara yang akan diselenggarakan beberapa hari sebelum akad nikah berlangsung. Acara ini diawali dengan calon pengantin perempuan dijemput dan dibawa ke rumah keluarga ayahnya.
Di sana, para tertua akan memberikan nasihat tentang kehidupan rumah tangga. Keesokan harinya, calon mempelai perempuan akan diarak kembali ke rumahnya dan diiringi keluarga pihak ayah yang membawa berbagai jenis barang bantuan pernikahan.
5. Malam Bainai
Malam Bainai adalah saat calon mempelai wanita dilekatkan tumbuhan halus daun pacar merah ke kukunya sehari sebelum pernikahan. Malam Bainai dilakukan sebagai bentuk kasih sayang dan doa restu dari para sesepuh keluarga kepada calon mempelai wanita.
ADVERTISEMENT
6. Manjapuik Marapulai
Manjapuik Marapulai adalah prosesi pernikahan adat Minang yang paling penting. Pada prosesi ini, calon mempelai pria akan dijemput untuk mendatangi kediaman calon mempelai wanita. Selanjutnya, akan dilangsungkan akad pernikahan di sana.
Mengutip buku Pusaka Nenek Moyang, Yang Pantang Disayang oleh Gardjito (2019), pada acara ini juga diadakan prosesi makan-makan dengan aneka suguhan kuliner khas Minang. Para tamu undangan dipersilakan untuk menyantap hidangan tersebut dengan penuh sukacita.
7. Penyambutan di Rumah Anak Daro
Prosesi ini adalah momen besar yang menjadi acara paling meriah. Penyambutan ini dilengkapi dengan musik tradisional Minang, pemuda-pemuda berpakaian silat, dan para dara yang berpakaian adat.
Ketika calon mempelai pria memasuki rumah, para sesepuh dari pihak mempelai wanita akan memercikkan air ke kakinya sebagai simbol penyucian dan dilanjutkan dengan menaburinya dengan beras kuning. Calon mempelai pria kemudian akan berjalan menuju tempat akad pernikahan yang dilangsungkan.
ADVERTISEMENT
8. Akad Nikah
Usai penyambutan di rumah calon pengantin wanita, dilanjutkan dengan prosesi akad nikah. Orang tua pihak mempelai wanita melepaskan putrinya untuk dinikahi seorang pria, dan pengantin pria menerima mempelai wanita untuk dinikahinya.
Prosesi pernikahan adat Minang memang cukup panjang. Hal ini telah dilakukan secara turun temurun dan menjadi kekayaan budaya masyarakat Minang.
(DLA)