Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Sebutkan Beberapa Tantangan atau Masalah dalam Melestarikan Batik di Era Modern!
20 April 2025 17:31 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sebutkan beberapa tantangan atau masalah yang dihadapi dalam melestarikan batik di era modern! Batik telah ada di Indonesia selama berabad-abad dan mencerminkan tradisi serta nilai-nilai budaya masyarakat.
ADVERTISEMENT
Motif dan corak batik yang beragam tidak hanya memiliki keindahan estetika, tetapi juga mengandung makna mendalam. Setiap pola batik memiliki cerita dan filosofi tersendiri, yang sering kali berkaitan dengan kehidupan dan masyarakat.
Sebutkan Beberapa Tantangan atau Masalah yang Dihadapi dalam Melestarikan Batik di Era Modern! Ini Jawabannya
Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang diakui UNESCO sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity pada tahun 2009. Batik bukan hanya sekadar kain.
Dikutip dari situs rsemi www.djkn.kemenkeu.go.id, batik juga menjadi simbol identitas, kreativitas, dan kebanggaan bangsa. Penggunaan batik dalam berbagai acara dapat membantu menjaga kelangsungan warisan budaya ini.
Batik, sebagai warisan budaya Indonesia yang telah diakui UNESCO, menghadapi berbagai tantangan dalam pelestariannya di era modern. Sebutkan beberapa tantangan atau masalah yang dihadapi dalam melestarikan batik di era modern!
ADVERTISEMENT
1. Persaingan dengan Produk Massal yang Dibuat dengan Teknik Printing
Batik tradisional, seperti batik tulis dan cap, kini bersaing dengan produk batik printing yang diproduksi massal. Termasuk dari luar negeri seperti China
Produk ini seringkali lebih murah dan mudah didapat. Sehingga menggeser apresiasi terhadap batik asli yang memerlukan proses pembuatan yang rumit dan waktu yang lama .
2. Minimnya Minat Generasi Muda
Generasi milenial dan Gen Z cenderung kurang tertarik pada batik, baik sebagai busana maupun sebagai keterampilan. Batik dianggap kuno dan tidak sesuai dengan tren fesyen modern.
Selain itu, proses membatik yang memerlukan ketelatenan. Pembuatan batik juga memerlukan waktu yang lama sehingga membuat profesi ini kurang diminati oleh anak muda.
3. Krisis Regenerasi Pembatik
Jumlah pembatik terus menurun drastis. Data dari Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) menunjukkan bahwa pada tahun 2020 terdapat sekitar 151.565 perajin batik dan sebagian besar berusia tua.
ADVERTISEMENT
Namun, kini hanya tersisa sekitar 37.914 orang yang masih aktif. Banyak pembatik beralih profesi karena pendapatan yang rendah dan kurangnya dukungan ekonomi.
4. Kurangnya Edukasi dan Apresiasi
Sebagian besar masyarakat belum memahami nilai filosofis dan proses pembuatan batik. Akibatnya, batik seringkali hanya digunakan sebagai seragam formal atau dianggap sebagai pakaian sehari-hari.
Tanpa adanya makna khusus. Kurangnya edukasi ini menyebabkan apresiasi terhadap batik sebagai karya seni dan identitas budaya menurun.
5. Dampak Lingkungan dari Produksi Batik
Proses produksi batik, terutama yang menggunakan pewarna sintetis, menghasilkan limbah berbahaya. Sehingga dapat mencemari lingkungan.
Di beberapa daerah seperti Pekalongan, limbah cair dari industri batik telah mencemari perairan dan tanah. Sehingga mengancam ekosistem dan kesehatan masyarakat sekitar.
6. Tantangan Globalisasi dan Modernisasi
Globalisasi membawa masuk produk tekstil dari luar negeri yang meniru motif batik, seringkali dengan harga lebih murah. Hal ini mengancam eksistensi batik lokal dan memperlemah identitas budaya Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, modernisasi gaya hidup membuat masyarakat lebih memilih pakaian praktis dan instan. Sehingga dapat mengurangi penggunaan batik dalam kehidupan sehari-hari.
Itulah jawaban atas pertanyaan, "Sebutkan beberapa tantangan atau masalah yang dihadapi dalam melestarikan batik di era modern!". Menghadapi tantangan ini, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat. (Gin)