Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Bank Indonesia, Dimulai dari De Javasche Bank
13 Agustus 2021 14:42 WIB
·
waktu baca 1 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut buku Perilaku Kebijakan Bank Sentral di Indonesia: Pustaka Abadi, 2019:4, tugas awal bank sentral adalah menjaga stabilitas nilai uang (meliputi inflasi dan nilai tukar), stabilitas sistem keuangan dalam suatu perekonomian, serta memiliki usaha komersial seperti memindahkan uang melalui surat-surat pemberitahuan dan lain sebagainya, menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran, mendiskontokan surat wesel dan lain sebagainya, hanya saja saat ini tujuan bank sentral menjadi lebih fokus untuk mengatur, menjaga dan memelihara stabilitas nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan, serta memperluas kesempatan kerja.
Sejarah Bank Indonesia
Bank Indonesia secara resmi berdiri sejak tahun 1953 akan tetapi sebenarnya sejarah Bank Indonesia sudah berlangsung jauh sebelum itu. Pada awalnya Bank Indonesia adalah De Javasche Bank, sebuah Bank Belanda yang memiliki hak istimewa di wilayah Hindia Belanda.
ADVERTISEMENT
Menurut laman resmi Bank Indonesia di www.bi.go.id/id/tentang-bi/sejarah-bi/Default.aspx, diceritakan bahwa pada tahun 1828 pemerintah Kerajaan Belanda memberikan octrooi atau hak-hak istimewa kepada De Javasche bank (DJB) untuk bertindak sebagai Bank Sirkulasi. DJB sendiri adalah Bank Sirkulasi pertama di Asia.
De Javasche Bank memiliki kewenangan untuk mencetak dan mengedarkan uang Gulden di wilayah Hindia Belanda. Secara periodik, Octrooi milik DJB diperpanjang setiap 10 tahun sekali dan DJB pada masa itu telah melakukan tujuh kali perpanjangan Octrooi.
Pada tahun 1829 sampai dengan 1870, De Javasche Bank membuka kantor cabang di Semarang, Surabaya, padang, Makassar, Cirebon, Solo dan Pasuruan. Sedangkan pada tahun 1970-1942, De Javasche Bank membuka 15 kantor Cabang di Yogyakarta, Pontianak, Bengkalis, Medan, Banjarmasin, Tanjungbalai, Tanjungpura, Bandung, Palembang, Manado, Malang, Kutaraja, Kediri, Pematang Siantar, Madiun.
ADVERTISEMENT
Pada masa pendudukan Jepang, De Javasche Bank sempat dilikuidasi, namun pasca proklamasi kemerdekaan, Netherlands Indies Civil Administration (NICA) mendirikan kembali DJB untuk mencetak dan mengedarkan uang NICA untuk mengacaukan ekonomi Indonesia. Untuk melawan hal ini, Pemerintah Indonesia membentuk Bank Sirkulasi yaitu Bank Negara Indonesia (BNI) yang menerbitak Oeang Republik Indonesia (ORI). Setelah konferensi meja bundar di tahun 1949 dan Republik Indonesia Serikat diakui, De Javasche Bank kembali ditetapkan sebagai Bank Sirkulasi Republik Indonesia Serikat.
Akhirnya pada tahun 1951, setelah Indonesia keluar dari Republik Indonesia Serikat muncul desakan kuat untuk mendirikan bank sentral sehingga De Javasche Bank pun dinasionalisasi dengan membeli saham De Javasche Bank mencapai 97%. Tidak lama kemudian terbitlah UU Nomor 11 Tahun 1953 tentang Pokok Bank indonesia, sehingga Bank Indonesia secara resmi berdiri sebagai Bank Sentral Republik Indonesia
ADVERTISEMENT
Di tahun 1999 dengan terbitnya UU Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia ditetapkan sebagai Bank Sentral yang bersifat Independen. Hingga hari ini Bank Indonesia terus menjadi bank sentral di Indonesia yang memiliki fungsi penting dalam perekonomian Indonesia. (AGI)