Sejarah Hari Santri Nasional di Indonesia

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
20 Oktober 2021 18:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Hari Santri Nasional. Sumber foto : pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Hari Santri Nasional. Sumber foto : pexels.com
ADVERTISEMENT
Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober. Peringatan Hari Santri Nasional tersebut tidak hanya merujuk pada komunitas tertentu, tetapi merujuk pada mereka yang memiliki semangat nasionalisme.
ADVERTISEMENT
Penetapan Hari Santri Nasional ditujukan untuk meneladani semangat jihad kepada para santri tentang negara Indonesia yang digelorakan para ulama. Penetapan ini dituangkan dalam keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 yang ditandatangani pada 15 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal Jakarta.
Sumber foto : Flickr.com

Sejarah Hari Santri Nasional di Indonesia

Adanya peringatan Hari Santri Nasional ini adalah hal yang penting karena dimaksudkan untuk mengingatkan masyarakat tentang resolusi jihad KH Hasyim Asy'ari. Melansir dari buku KH. Hasyim Asy'ari - Pengabdia Seorang Kyai untuk Negeri, Museum Kebangkitan Nasional, 2019, Hasyim Asy'ari yang saat itu menjabat sebagai Rais Akbar Nadhlatul Ulama (NU) menetapkan resolusi jihad melawan pasukan kolonial di Surabaya, Jawa Timur.
Resolusi jihad tersebut menggerakkan santri, pemuda, serta masyarakat untuk bergerak secara bersama, berjuang melawan pasukan kolonial yang puncaknya terjadi pada 10 November 1945 silam.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 21 dan 22 Oktober 1945 saat pengurus NU Jawa dan Madura menggelar pertemuan di Surabaya. Pertemuan tersebut digelar dengan tujuan untuk menyatakan sikap setelah mendengar tentara Belanda dan sekutu berupaya menguasai Indonesia.
Saat itu, kaum santri memohon kepada pemerintah Republik Indonesia untuk menentukan suatu sikap dan tindakan yang nyata terhadap usaha-usaha yang membahayakan kemerdekaan, agama serta Negara Indonesia terutama pada pihak Belanda. Karena bagi NU, Belanda dan Jepang telah berbuat kezaliman di Indonesia.
Pada 22 Oktober terdengarlah seruan yang dibacakan oleh pahlawan nasional KH. Hasyim Asy'ari. Seruan tersebut berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang atau jihad melawan tentara sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca Proklamasi Kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
Resolusi ini membawa pengaruh yang besar dan berdampak besar setelah Hasyim Asy'ari menyerukan resolusi. Hal ini yang akhirnya menggerakkan rakyat dan santri untuk melakukan perlawanan sengit dalam pertempuran di Surabaya. Banyak santri yang aktif dan terlibat dalam pertempuran ini.
Pada hari-hari berikutnya, resolusi jihad tersebut menjadi pendorong keterlibatan santri dan jamaah NU untuk ikut serta dalam pertempuran 10 November 1945. Puncaknya, pimpinan sekutu Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby tewas dalam pertempuran tersebut.
Rakyat Semarang mengadakan perlawanan yang sama ketika tentara Sekutu juga mendarat di ibu kota Jawa Tengah itu. Dari peperangan dalam upaya menegakkan resolusi jihad bangsa, terjadi pertempuran di daerah Jatingaleh, Gombel, dan Ambarawa antara rakyat Indonesia melawan Sekutu. Setelah pertempuran 10 November 1945 berlalu, Resolusi Jihad NU terus digelorakan.
ADVERTISEMENT
“Tidak akan tercapai kemuliaan Islam dan kebangkitan syariatnya di dalam negeri-negeri jajahan,” kata Kiai Hasyim Asy’ari. (DNR)