news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sejarah Kalender Jawa yang Legendaris

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
1 Maret 2021 13:13 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejarah Kalender Jawa, Foto: gudangilmudansoal798
zoom-in-whitePerbesar
Sejarah Kalender Jawa, Foto: gudangilmudansoal798
ADVERTISEMENT
Sangat sedikit suku di dunia ini yang memiliki sistem penanggalan atau kalender sendiri. Sebagai masyarakat Indonesia, kita patut berbangga, karena suku Jawa termasuk di dalam salah satu suku tersebut. Kalender Jawa bahkan hingga saat ini masih kerap digunakan untuk menentukan jodoh serta hari baik dan hari buruk yang harus dihindari di dalam kehidupan. Sejarah Kalender Jawa pun sangat unik.
ADVERTISEMENT

Sejarah Kalender Jawa

Berikut ini ulasan mengenai sejarah perjalanan hingga sekarang,
Semua itu bermula sejak tahun 911 sebelum Masehi ketika Mpu Hubayun menciptakan kalender bagi suku Jawa. Kemudian pada tahun 50 sebelum Masehi, Prabu Sri Mahapunggung I atau juga dikenal sebagai Ki Ajar Padang I melakukan perubahan terhadap aksara dan sastra Jawa. Kalender Jawa dibuat berdasarkan “Sangkan Paraning Bawana” yang berarti asal usul semesta, sementara aksara Jawa dibuat berdasarka “Sangkan Paraning Dumadi” yang berarti asal usul kehidupan dan mengikuti peredaran matahari.
Dilansir dari infobudaya.net, tanggal 21 Juni 78 Masehi, Prabu Ajisaka mengubah sebagian budaya Jawa dengan menyerap angka nol (0) dari India dan memulai perhitungan di Jawa dari angka nol. Pada tanggal itu, dimulai juga kalender Jawa ‘baru’, tanggal 1 Badrawana tahun Sri Harsa Windu Kuntara (tanggal 1 bulan 1 tahun 1 windu 1) hari Radite Kasih (-Minggu Kliwon) yang bertepatan dengan tanggal 21 Juni tahun 78 Masehi.
ADVERTISEMENT
Pada masa kekuasaan Sultan Agung Hanyakrakusuma di Mataram pada abad 17 Masehi, ada 3 kalender budaya yang dominan, yaitu: Jawa/Kabudhan (peredaran matahari), Hindu (Saka berdasarkan peredaran matahari), dan Islam (Hijriah berdasarkan peredaran bulan). Wilayah barat yang mencakup Sunda Kelapa dan sekitarnya telah mulai dikuasai para penjajah, yaitu Belanda.
Demi memperkuat persatuan Mataram untuk melawan Belanda dan menanamkan agama Islam di Pulau Jawa, Sultan Agung menyeragamkan penggunaan Kalender Jawa. Pada tahun 1633 Masehi (1555 Saka), Sultan Agung mengganti sistem penanggalan Saka yang berdasarkan peredaran matahari dengan sistem penanggalan yang berbasis peredaran bulan. Demi menjaganya kesinambungan, angka dari tahun Saka tetap dipakai dan dilanjutkan, jadi tidak memakai perhitungan dari tahun Hijriyah (saat itu tahun 1043 Hijriyah). Maka, tahun pada saat itu yang adalah tahun 1555 Saka dilanjutkan menjadi tahun 1555 Jawa. Saat itu juga Sultan Agung mengeluarkan dekret yang mewajibkan penggunaan kalender ini di seluruh wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram.
ADVERTISEMENT
Itulah sejarah Kalender Jawa yang sangat legendaris, bahkan masih digunakan oleh banyak masyarakat Indonesia sampai detik ini. (BR)