Sejarah Nasakom dan Tujuannya sebagai Ideologi Politik Soekarno

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
1 Juni 2024 20:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah Nasakom sebagai ideologi di masa pemerintahan Soekarno. Foto: Unsplash/Ramandhani Nugraha
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah Nasakom sebagai ideologi di masa pemerintahan Soekarno. Foto: Unsplash/Ramandhani Nugraha
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada masa pemerintahan orde lama, terdapat ideologi yang dikenal dengan Nasakom. Sejarah Nasakom sebagai ideologi yang dicetuskan Soekarno sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, ideologi politik ini hanya bertahan beberapa tahun pasca peristiwa G30S PKI. Sehingga meruntuhkan kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap ideologi yang satu ini.

Sejarah Nasakom sebagai Ideologi Politik Soekarno

Ilustrasi sejarah Nasakom sebagai ideologi di masa pemerintahan Soekarno. Foto: Unsplash/Mufid Majnun
Dikutip dari laman kemendikbud.go.id, Nasionalisme, Agama, dan Komunisme, atau Nasakom adalah ideologi politik Soekarno dan mengemuka pada masa demokrasi terpimpin.
Konsep dari Nasakom ditulis Soekarno pada tahun 1926 dalam sebuah artikel berjudul Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme yang berbunyi:
Terlebih, pasca kemerdekaan, terdapat tiga kekuatan besar di Indonesia, yakni:
Nasionalis yang terwakili oleh Indische Partij yang didirikan oleh Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara. Kubu Islam terwakili oleh Sarekat Islam (SI), dengan beberapa tokoh kuat seperti HOS Tjokroaminoto dan Kartosuwiryo.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, pada kubu komunis terwakili PKI oleh DN Aidit. Amir Sjarifuddin, Abdul Latief, dan lainnya.

1. Masa Pendirian (1955-1960)

Adapun konsep Nasakom diusulkan Soekarno pada bulan Februari 1956. Pada saat itu, Soekarno mengusulkan ideologi politik tersebut sebagai solusi kegagalan dalam menjalankan UUDS 1950 yang menjalankan demokrasi parlementer.
Sebab, demokrasi parlementer akan didapatkan kaum borjuis dan tidak akan bisa memakmurkan rakyat Indonesia. Akhirnya pada 5 Juli 1959, Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden.
Dekrit tersebut mengumumkan pembubaran Dewan Parlementer dan kembalinya masyarakat ke UUD 1945. Sejak saat itulah, Demokrasi Terpimpin dimulai menggunakan ideologi Nasakom.

2. Masa Pengukuhan (1959-1965)

Pada masa awal ideologi ini, Soekarno banyak ditinggalkan sahabatnya, termasuk Mohammad Hatta yang mengundurkan pada tanggal 30 November 1956. Sebab, menurut Hatta, ideologi ini membuat kekuasaan negara kian terpusat pada sosok presiden.
ADVERTISEMENT
Presiden Soekarno terus mengkampanyekan ideologi Nasakom, bahkan sampai Sidang Umum PBB pada 30 September 1960 di New York. Soekarno menyampaikan pidato berjudul To Build The World A New.
Pidato tersebut mempromosikan persatuan nasionalisme, agama, dan komunisme. Namun ide Soekarno tersebut ditolak.

3. Masa Keruntuhan (1965)

Sejak pendirian hingga tahun 1965, ideologi Nasakom sangat digdaya. Ditambah dengan pemenjaraan tokoh dan pembubaran organisasi yang menentangnya secara sepihak membuat ideologi semakin kuat.
Akan tetapi sejak Soekarno sakit pada bulan Agustus 1965 menjadi awal pergolakan politik dimulai. Bahkan, terdapat spekulasi siapa yang akan menggantikan Soekarno jika ia meninggal.
Puncaknya adalah peristiwa 30 September 1965 yang dikenal dengan G30S PKI dengan Letkol Untung sebagai pasukan elit pengawal presiden menjadi eksekutor penangkapan dan pembunuhan tujuh perwira TNI.
ADVERTISEMENT
Dampaknya Soekarno dinilai sebagai sosok utama dan dinyatakan bersalah. Kemudian, kepemimpinan Indonesia dilanjutkan oleh Soeharto. Sedangkan Soekarno diasingkan hingga meninggal sebagai tahanan negara pada tahun 21 Juni 1970.
Demikianlah penjelasan singkat tentang sejarah Nasakom sebagai ideologi Soekarno pada masa orde lama. Semoga informasi di atas menambah wawasan tentang sejarah Indonesia setelah kemerdekaan.(MZM)