Konten dari Pengguna

Sejarah Pecinan Glodok Abad 17 di Masa Pemerintahan Belanda

Berita Terkini
Penulis kumparan
28 Januari 2025 18:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah pecinan glodok - Sumber: pexels.com/@alexander-starke
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah pecinan glodok - Sumber: pexels.com/@alexander-starke
ADVERTISEMENT
Sejarah Pecinan Glodok menjadi bagian penting dari perjalanan Jakarta sebagai kota multikultural yang sarat akan nilai sejarah. Terletak di kawasan Jakarta Barat, Glodok dikenal sebagai pusat komunitas Tionghoa yang telah eksis sejak masa kolonial Belanda.
ADVERTISEMENT
Kawasan ini menyimpan jejak-jejak perdagangan yang berkembang pesat di masa lalu. Glodok juga menjadi saksi berbagai dinamika sosial dan budaya yang melibatkan masyarakat Tionghoa di Batavia.

Sejarah Pecinan Glodok Sejak Abad 17

Ilustrasi sejarah pecinan glodok - Sumber: unsplash.com/@iqro_rinaldi
Sejarah Pecinan Glodok memiliki kaitan erat dengan sejarah keberadaan komunitas Tionghoa di Jakarta. Pecinan Glodok merupakan kawasan yang terletak di Jakarta Barat dan dikenal sebagai pusat kebudayaan Tionghoa di Jakarta.
Menurut keterangan di buku Betawi: Queen of the East, Alwi Shahab, (2002), nama "Glodok" berasal dari suara gemericik air yang dihasilkan oleh pancuran air (grojok). Pancuran air ini dulunya berada di dekat area tersebut.
Sejarah Glodok dimulai pada abad ke-17, ketika Batavia (sekarang Jakarta) dikuasai oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), banyak pendatang Tionghoa datang ke Batavia untuk berdagang dan bekerja. Mereka dianggap sebagai salah satu komunitas yang penting dalam perkembangan ekonomi kota.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, hubungan antara komunitas Tionghoa dan pemerintah kolonial sering mengalami ketegangan. Pada tahun 1740, terjadi peristiwa tragis yang dikenal sebagai Geger Pecinan.
Pada saat itu, pemerintah kolonial VOC memberlakukan kebijakan yang keras terhadap komunitas Tionghoa, termasuk pembatasan mobilitas dan tindakan diskriminatif lainnya. Ini memicu kerusuhan besar ketika pemerintah kolonial mengeluarkan perintah untuk membunuh ribuan orang Tionghoa.
Setelah tragedi tersebut, komunitas Tionghoa yang selamat dipindahkan dari kawasan pusat Batavia ke wilayah Glodok. Inilah yang menandai awal dari pembentukan Pecinan Glodok sebagai kawasan khusus bagi komunitas Tionghoa.
Seiring berjalannya waktu, Glodok berkembang menjadi kawasan penting bagi perdagangan dan kebudayaan Tionghoa. Berbagai toko, pasar, dan tempat ibadah bermunculan di area ini, menjadikan Glodok sebagai pusat ekonomi yang sibuk.
ADVERTISEMENT
Salah satu bangunan bersejarah yang masih berdiri hingga kini adalah Vihara Dharma Bhakti (Kim Tek Ie). Vihara ini didirikan pada tahun 1650 dan menjadi simbol kehadiran komunitas Tionghoa di Jakarta.
Pada masa kolonial, Glodok menjadi pusat perdagangan dan distribusi barang dari Tiongkok seperti obat-obatan tradisional, rempah-rempah, hingga keramik. Setelah kemerdekaan Indonesia, kawasan ini tetap menjadi pusat aktivitas ekonomi yang ramai, meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti urbanisasi dan modernisasi.
Sejarah Pecinan Glodok mencerminkan perjalanan panjang komunitas Tionghoa di Jakarta. Mulai dari migrasi hingga berkembang menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan. Glodok hari ini tetap hidup sebagai saksi sejarah yang menyatu dengan modernisasi. (DNR)
ADVERTISEMENT