Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Penyebab Runtuhnya Bani Umayyah Sang Penerus Khulafaur Rashidin
9 September 2022 20:49 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah meninggalnya Rasulullah SAW, terciptalah masa kekhalifahan yang dipimpin oleh 4 sahabat terdekat. Setelah meninggalnya sang khulafaur rashidin, terjadilah tabuh kepemimpinan Islam baru yang bernama Dinasti Umayyah. Meski begitu, dinasti ini juga tak terbebas dari masalah hingga menyebabkannya kepada keruntuhan. Salah satu yang merupakan penyebab runtuhnya Bani Umayyah adalah sistem pergantian khalifah lebih menekankan senioritas. Kenapa demikian?
ADVERTISEMENT
Sejarah Penyebab Runtuhnya Bani Umayyah
Pada masa khulafaur rashidin sistem kepemimpinannya masih menetapkan pola keteladanan Rasulullah SAW, yakni memilih khalifah dengan proses musyawarah. Akan tetapi, setelah meninggalnya khulafaur rashidin terakhir Ali bin Abi Thalib, sistem pemerintahan Islam berfokus pada kekuasan foedal dan turun-temurn, hanya untuk mempertahankan kekuasaan, adanya unsur otoriter, kekuasaan mutlak, kekerasan, diplomasi yang dibumbui tipu daya, dan hilangnya keteladanan Rasulullah SAW untuk bermusyawarah. Itulah gambaran umum tentang kekuasaan setelah khulafaur rashidin.
Dikutip dari buku Sejarah Peradaban Islam karya Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah (2015:117), Dinasti Umayyah merupakan kerajaan Islam pertama yang didirikan oleh Muawiyah ibn Abi Sufyan ra. Perintisan dinasti ini dilakukan dengan cara menolak pembaiatan terhadap khalifah Ali ibn Abi Thalib, kemudian ia memilih berperang dan melakukan perdamaian dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat menguntungkan baginya.
ADVERTISEMENT
Jatuhnya Ali dan naiknya Muawiyah juga disebabkan keberhasilan pihak khawarij (kelompok yang membangkang dari Ali bin Abi Thalib) membunuh khalifah Ali, meskipun demikian tampuk kekuasaan dipegang oleh putranya Hasan, namun tanpa dukungan yang kuat dan kondisi politik yang kacau akhirnya kepemimpinannya pun hanya bertahan sampai beberapa bulan.
Pada akhirnya Hasan menyerahkan kepemimpinan kepada Muawiyah, namun dengan perjanjian bahwa pemilihan kepemimpinan sesudahnya adalah diserahkan kepada umat Islam . Perjanjian tersebut dibuat pada tahun 41 H/661 M dan dikenal dengan tahun perdamaian (‘am al- jama'ah) karena perjanjian ini mempersatukan umat Islam menjadi satu kepemimpinan, namun secara tidak langsung mengubah pola kepemimpinan menjadi kerajaan .
Meski demikian, munculnya Dinasti Umayyah memberikan babak baru dalam kemajuan peradaban Islam. Hal ini dibuktikan dengna peluasan wilayah, kemajuan pendidikan, kebuadayaan, dan lainnya.
Runtuhnya Bani Umayyah
Pada masa khalifah Yazid ibn Abdul Malik yang merupakan khalifah Bani Umayyah ke-9, masyarakat menyatakan konfrontasi karena merasa kurangnya perhatian pemerintah kepada mereka. Kerusuhan tersebut berlangsung lama, hingga masa khalifah Hisyam ibn Abdul Malik. Bahkan, terdapat gerapak oposisi yang tidak bisa dikendalikan.
ADVERTISEMENT
Setelah Hisyam ibn Abdul Malik sebagai khalifah ke-10 meninggal dunia, penerusnya terbilang tidak layak menjadi pemimpin. Bahkan mereka memiliki moral yang buruk. Di sisi lain, pada masa khalifah Walid ibn Yazid khalifah ke-11 yang terkenal suka berfoya-foya berhasil dilumpuhkan oleh sepupunya Yazid ibn Walid.
Akan tetapi masa kepemimpinan Yazid ibn Walid (khalifah ke-12), hanya berjalan sebentar karena penyakit yang dideritanya. Sehingga posisi kepemimpinan diganti oleh saudaranya Ibrahim ibn Walid.
Puncaknya adalah pada masa khalifah Marwan ibn Muhammad (khalifah-14) yang dikalahkan oleh pasukan Abbasiyah di pertempuran Zab. Meski demikian, Marwan dapat melarikan diri ke Mesir dan terbunuh pada bulan Agustus.
Peristiwa tersebut menjadi akhir dari Dinasti Bani Umayyah di Damaskus. Meski begitu, terdapat salah seorang keturunan yang bernama Abdurrahma ad-Dakhil berhasil melarikan diri melewati Afrika Utara dan membangun kekuasaan di Andalusia, Spanyol dan berakhir pada tahun 1031 M karena pergejolakan di kalangan sendiri.
ADVERTISEMENT
Khalifah Dinasti Umayyah di Damaskus
Muawiyah ibn Abi Sufyan ra (661-861 M)
Yazid ibn Muawiyah (681-683 M)
Muawiyah Il ibn Yazid (683-684 M)
Marwan ibn Al-Hakam (684-685 M)
Abdul Malik ibn Marwan (685-705 M)
Al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M)
Sulaiman ibn Abdul Malik (715-717 M)
Um-ar ibn abdul Aziz (717-720 M)
Yazid ibn Abdul Malik (720-724 M)
Hisyam ibn abdul Malik (724-743 M)
Walid ibn Yazid (743-744 M)
Yazin ibn Walid (744 M)
Ibrahim ibn Malik (744 M)
Marwan ibn Muhammad (744-750 M)
Khalifah Bani Ummayah di Cordoba
Abdurrahma ad-Dakhil (756-788 M)
Hisyam I (788-796 M)
Al-Hakam I (796-822 M)
Abdur-rahman II (822-888 M)
Abdullah bin Muhammad (888-912 M)
Al-Hakam II (961-976 M)
Hisyam II (976-1008 M)
Muhammad II (1008-1009 M)
ADVERTISEMENT
Sulaiman (1009-1010 M)
Hisyam II (1010-1012 M)
Sulaiman (1012-1017 M)
Abdur-Rahman IV (1021-1022 M)
Abdur-Rahman V (1022-1023 M)
Muhammad III (1023-1024 M)
Hisyam III (1027-1031 M)
Demikianlah penjelasan tantang penyebab runtuhnya Bani Umayyah. Dari kisah di atas kita dapat belajar bahwa kepemimpinan yang mutlak berdampak pada hilangnya kewajiban dan bertindak sesuka hati hingga warganya yang menjadi korban dari seseorang yang seharusnya bukan menjadi pemimpin.(MZM)