Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sejarah, Properti, dan Asal Daerah Tari Jaran Kepang
5 September 2022 19:51 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negara yang kaya akan kesenian tradisional, misalnya saja tarian Jaran Kepang. Kesenian Tari Jaran Kepang berasal dari daerah Ponorogo. Tarian yang sangat terkenal di daratan Jawa ini dianggap masyarakat mistis. Sebab, terdapat sesajian hingga banyak orang yang kerasupan arwah halus, baik penari maupun penonton. Sebenarnya, bagaimana tarian ini tercipta dan apa saja properti yang harus dipersipkan?
ADVERTISEMENT
Tari Jaran Kepang
Dikutip dari buku Keragaman Suku Bangsa Di Daerahku karya Dwi Fatmawati Siregar, S. Pd dan Dr. Hidayat, M. Si (2021:48), Jaran Kepang dikenal sebagai Jathilan. Kata Jaran Kepang berasal dari bahasa Jawa, Jaranan artinya kuda-kudaan dan Kepang artinya bambu yang dianyam.
Tari Jaran Kepang bermakna sebagai tarian yang menggambarkan kekuatan prajurit berkuda. Di masa lalu, Jaran Kepang ditarikan oleh laki-laki. Namun pada perkembangannya, seni tari Jaran Kepang justru ditarikan oleh wanita.
Sejarah Tari Jaran Kepang
Pada awalnya, Jaran Kepang bukalah tarian, namun sebuah ritual tolak bala atau mengatasi musibah, terutama dalam meminta kesuburan lahan pertanian. Masyarakat zaman primitif memiliki kepercayaan bahwa kerusakan lingkungan, wabah penyakit, bencana alam dan sebagainya terjadi karena kekuatan roh nenek moyang.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan perjalanan waktu, setiap musibah, bencana atau berbagai masalah dalam kehidupan dihubungkan dengan roh nenek moyang itu disusun menjadi serangkaian cerita yang berkembang menjadi mitos yang diyakini oleh masyarakat. Kemudian dilakukan upacara dengan tujuan agar musibah tidak datang lagi. Kejadian yang berlangsung berulangkali kemudian berkembang menjadi berbagai simbol yang digunakan untuk kegiatan ritual.
Ada juga yang menjelaskan bahwa Jaran Kepang berasal dari relief Candi Jawi, Pasuruan yang memperlihatkan seorang perempuan bertapa dan pasukan berkuda yang diduga merupakan dewi Kalisuci.
Cerita tersebut merupakan gambaran dari kisah Dewi Sanggalangit ketika diperintahkan ayahnya untuk menikah. Ia hanya bersedia menikah jika calon suaminya mampu menciptakan kesenian yang belum pernah ada di tanah Jawa.
ADVERTISEMENT
Ternyata yang memenangkannya adalah Prabu Klanasewandono. Untuk mengenang sayembara yang diadakan oleh Dewi Sanggalangit dan pernikahannya dengan Klana Sewandana atau Pujangga Anom membuat kesenian jaranan yang disebut Jaranan Kediren. Sedangkan di Ponorogo muncul Reyog yang di dalamnya terdapat Jaran Kepang yang disebut Jathilan.
Properti Tari Kuda Lumping
Properti yang diperlukan untuk mengadakan acara Tari Kuda Lumping di antaranya:
Anyaman Kuda dari Bambu
Properti pertama yang perlukan adalah anyaman kuda dari bambu. Anyaman ini digunakan dihampir setiap gerakan.
Sesumping
Sesumping adalah aksesoris yang dikenakan pada telinga penari. Warna sesumping sendiri dominan dengan warna emas. Sehingga, para penonton dapat melihat penari walaupun dari kejauhan.
Apok
Apok adalah aksesoris yang terbuat dari kain dengan tambahan manik-manik. Aksesoris ini terletak di pundak dan menjuntai di dada.
ADVERTISEMENT
Cambuk dan Pedang Imitasi
Aksesoris terakhir yang wajib ada di setiap Tari Jaran Kepang adalah cambuk dan pedang imitasi. Kedua aksesori tersebut digunakan untuk memperagakan perkelahian.
Meskipun dianggap sebagai tarian mistis, namun Tari Kuda Lumping Jawa Timur memiliki sejarah panjang dan makna yang sangat dalam. Maka tak mengherankan jika banyak masyarakat masih menggemarinya walaupun banyak tarian modern yang beredar.(MZM)