Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Sugihan Jawa dan Bali dalam Rangkaian Ibadah Galungan
1 Juni 2022 17:34 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Bagi umat Hindu tentunya sudah paham mengenai Sugihan Jawa dan Sugihan Bali dalam rangkaian hari raya suci Galungan. Ya, enam hari menjelang Hari Raya Galungan, umat Hindu mengadakan upacara yang disebut Sugihan. Sugihan sendiri dibagi dalam dua waktu yang berbeda yaitu Sugihan Jawa saat Wheraspati Wage Sungsang, dan Sugihan Bali pada hari Jumat Kliwon Wuku Sungsang. Bagaimana sejarah Sugihan Jawa dan Sugihan Bali dalam rangkaian ibadah Galungan?
ADVERTISEMENT
Secara umum Sugihan Jawa dan Sugihan Bali merupakan simbolisasi pembersihan alam semesta dan seisinya mulai dari Bhuana Agung hingga Bhuana Alit. Tujuannya agar pelaksanaan Hari Raya Galungan berjalan lancar sesuai harapan serta terwujudnya suiatu harmonisasi alam semesta.
Sejarah Sugihan Jawa dan Bali
Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng, Kecamatan Seririt, di seririt.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/56-asal-usul-sugihan-jawa-dan-sugihan-bali, Sugihan Jawa berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Sugi yang berarti membersihkan dan Jaba yang berarti luar, sehingga kata Sugihan Jawa mengandung arti pembersihan untuk alam semesta atau makro kosmos yang juga dikenal dengan istilah Bhuana Agung.
Terdapat mitos bahwa dalam sejarah Sugihan Jawa merupakan sugihan yang dilakukan oleh keturunan Majapahit. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena dalam naskah Lontar Sundarigama dijelaskan bahwa Sugihan Jawa dilakukan pada Wuku Sungsang atau Kamis Wage Sungsang. Hari ini dinamakan Sugihan Jawa karena merupakan hari suci bagi para Bhatara untuk melakukan rerebu di Sanggah dan Parahyangan yang disertai pengraratan dan pembersihan untuk Bhatara dengan Kembang Wangi.
ADVERTISEMENT
Satu hari sesudah Sugihan Jawa dilakukanlah Sugihan Bali. Sugihan berarti membersihkan dan Bali berarti kekuatan di dalam diri, yang berarti pada hari ini terjadilah penyucian diri atau Bhuana Alit secara sekala maupun niskala.
Dalam mitologi Bhurtakala sendiri dijelaskan bahwa saat menyambut hari raya Galungan, Dewa Siwa menugaskan para Bhuta untuk menggoda manusia. Untuk mencegah godaan tersebut, manusia disarankan untuk melakukan pembersihan Bhuana Agung dan Bhuana Alit untuk menjauhkan diri dari godaan.
Sejarah Sugihan Jawa dan Bali diterangkan dalam Lontar Sundarigama yang dimuliakan umat Hindu khususnya di Bali. Sebaiknya kedua sugihan ini dilaksanakan secara lengkap sesuai dengan desa kala patra atau keyakinan diri kita sendiri. (AGI)