Konten dari Pengguna

Tauhid Uluhiyah dan Rububiyah dalam Kehidupan

Berita Terkini
Penulis kumparan
29 Desember 2020 19:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tauhid sumber ilustrasi: Muslim OrId
zoom-in-whitePerbesar
Tauhid sumber ilustrasi: Muslim OrId
ADVERTISEMENT
Banyak sekali buku agama yang membahas Tauhid Uluhiyah dan Rububiyah, tapi tidak semua orang memahami realisasinya. Meskipun konsep tauhid sudah cukup dipahami, tapi keduanya cukup dekat sehingga agak sulit membedakan praktiknya dalam kehidupan.
ADVERTISEMENT

Realisasi Tauhid Rububiyah

Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah Swt, yaitu Rabb. Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain: al-murabbi (pemelihara),an-nasir (penolong), al-malik (pemilik), al-mushlih (yang memperbaiki), as-sayyid (tuan) dan al-wali (wali).
Dalam terminologi syari‟at Islam, istilah tauhid rububiyyah berarti: “percaya bahwa hanya allah-lah satu-satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya yang dengan takdirnya-Nya ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya.”
Tauhid rububiyah mencakupi dimensi-dimensi keimanan berikut ini: Pertama, beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah yang bersifat umum. Misalnya, menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, menguasai. Kedua, beriman kepada takdir Allah. Ketiga, beriman kepada dzat Allah.

Realisasi Tauhid Uluhiyah

Kata Uluhiyah diambil dari akar kata ilah yang berarti yang disembah dan yang ditaati. Kata ini digunakan untuk menyebut sembahan yang hak dan yang batil.
ADVERTISEMENT
Pengertian tauhid uluhiyah dalam terminologi syari‟at Islam sebenarnya tidak keluar dari kedua makna tersebut. Definisinya mengesakan Allah dalam ibadah dan ketaatan. Atau mengesakan Allah dalam perbuatan seperti sholat, puasa, zakat, haji, nazar, menyembelih sembelihan, rasa takut, rasa harap dan cinta. Maksudnya semua itu dilakukan: yaitu bahwa kita melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya sebagai bukti ketaatan dan semata-mata untuk mencari ridho Allah.
Oleh sebab itu, realisasi yang benar dari tauhid uluhiyah hanya bisa terjadi dengan dua dasar: Pertama, memberikan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah Swt, semata tanpa adanya sekutu yang lain. Kedua, hendaklah semua ibadah itu sesuai dengan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya melakukan masiat.
Kemudian pemahaman mendalam yang dijadikan fokus utama kepada anak didik adalah filsafat tentang tuhan, yakni Allah SWT. Sebagai segala sesuatu, dan segala sesuatu yang diciptakan-Nya adalah musnah, kecuali Allah.(ANG)
ADVERTISEMENT