Ulasan Singkat Kontroversi Bumi Bulat atau Datar

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
26 September 2022 20:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.pexels.com/@pixabay/ - bumi bulat atau datar
zoom-in-whitePerbesar
https://www.pexels.com/@pixabay/ - bumi bulat atau datar
ADVERTISEMENT
Adanya perdebatan mengenai kontroversi bumi bulat atau datar seakan tiada habisnya. Dua kubu berusaha mencari bukti sebanyak mungkin untuk membuktikan teori masing-masing.
ADVERTISEMENT
Seperti dikutip dari buku Klaim Serius Bumi Datar, Putro Cahyo W , 2018, semuanya diawali saat Komunitas Bumi Datar (Flat Earth Society) mencoba menggugat teori mapan yang menyatakan bahwa bentuk bumi adalah bulat.

Kontroversi Bentuk Bumi Bulat atau Datar

Konsep pemikiran yang melandasi perbedaan pendapat mengenai bentuk bumi bulat atau datar sebenarnya sudah ada sejak masa awal peradaban Yunani Kuno. Saat itu, banyak pemikir yang sudah mulai rasional, tapi masih berkesimpulan bahwa bumi itu datar.
Contoh yang paling nyata adalah Thales yang berpendapat bahwa bumi berbentuk datar dan mengambang di air. Bumi ibarat kayu yang mengambang di tengah lautan.
Ada juga Anaximander yang meyakini bahwa bumi berbentuk silinder pendek dengan permukaan datar dan mengambang di udara. Ia percaya bahwa benda-benda langit berbentuk datar, dan berpikir bumi pun berbentuk datar.
ADVERTISEMENT
Kemudian hadirlah Aristoteles. Pada 340 tahun sebelum masehi, beliau dipercaya menjadi orang pertama yang menulis pendapat tersebut dalam buku On the Heavens.
Aristoteles menyadari beberapa hal terkait bentuk bumi, yaitu:
Hal ini hanya mungkin terjadi bila bentuk Bumi bulat. Karena jika Bumi berbentuk datar, bayangan yang terbentuk akan menjadi lonjong dan hanya bulat apabila Bulan berada di atas ubun-ubun. Hal tersebut jugalah yang menjadikan teori pertama tentang bumi itu bulat disampaikan oleh Aristoteles. Gagasan Aristoteles tersebut disepakati oleh filsuf-filsuf setelahnya, seperti Eratosthenes, Euclid, Aristarchus, dan Archimedes.

Beberapa Kontroversi Mengenai Bumi Bulat atau Datar

Beberapa hal yang muncul sebagai perdebatan bentuk bumi bulat atau datar, antara lain adalah:
ADVERTISEMENT
Foto Bumi
Kelompok yang percaya bumi datar mengatakan bahwa foto bumi bulat yang tersebar selama ini adalah hasil rekayasa Computer Generated Imaginary (CGI). Sebab dari data satelit-satelit yang diluncurkan NASA, lokasi satelit-satelit di atmosfer tersebut tidak cukup jauh jaraknya dari bumi untuk bisa memotret bumi secara keseluruhan.
Sementara, kubu Bumi Bulat menjelaskan bahwa foto-foto bumi yang berbentuk bulat memang merupakan hasil CGI yang dibuat NASA. Hasil CGI itu memang dianggap valid karena foto yang ditangkap oleh satelit memperlihatkan bahwa bentuk bumi memiliki lengkungan.
Satelit
Kubu Bumi Datar menyangsikan keberadaan satelit-satelit yang mengudara di atmosfer. Mereka berpendapat bahwa berbagai gambar-satelit yang beredar selama ini juga merupakan hasil rekayasa CGI.
Sementara, Kubu Bumi Bulat menjelaskan bahwa penyebab tidak adanya teleskop di bumi yang bisa menangkap wujud satelit di langit adalah karena ukuran satelit yang sangat kecil bila dibandingkan dengan planet, bintang, dan benda langit lainnya.
ADVERTISEMENT
Antartika
Kubu Bumi Datar mengajukan kebenaran bahwa perjalanan mengelilingi dunia hanya dilakukan dari timur ke barat, dan sebaliknya. Tidak pernah ada yang berhasil mengelilingi dunia dari arah utara ke selatan, khususnya melewati Antartika atau kutub selatan. Alasannya adalah karena Antartika merupakan tembok es yang mengelilingi bumi datar.
Penyataan tersebut dibantah keras oleh Kubu Bumi Bulat. Mereka mengatakan bahwa sudah ada beberapa penerbangan yang melintasi kutub selatan. Meskipun memang penerbangan melintasi kutub selatan memang tidak bisa dilakukan setiap saat, karena tergantung perubahan faktor cuaca.
Siklus Gerhana
Kubu Bumi Datar memberikan pernyataan bahwa NASA tidak pernah bisa menghitung dengan tepat siklus gerhana hanya berdasarkan teori bumi bulat dan teori heliosentris. Mereka menduga bahwa NASA hanya mengambil angka dari Siklus Saros yang sudah ada sejak dulu kala.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, Kubu Bumi Bulat membantah anggapan bahwa mereka tidak bisa menghitung tepat siklus gerhana. Mereka memberikan rincian cara menghitung siklus gerhana melalui tiga unsur utama, yaitu bulan sinodis, bulan nodis atau bulan drakonis, dan bulan anomalistik. Dari ketiga kurun waktu tersebutlah akan dicari nilai kelipatan persekutuan terkecil, yakni 18 tahun dan 11 1/3 hari.
Setelah membaca dan mengetahui berbagai kontroversi tentang bentuk bumi bulat atau datar tersebut, kira-kira Anda berada di kubu mana? (DNR)