Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Upacara Tabuik, Tradisi Tahunan Masyarakat Pariaman
25 Juli 2024 17:52 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia terkenal sebagai negara yang kaya akan budaya dan tradisi . Hampir setiap daerah memiliki adat dan tradisinya masing-masing. Salah satunya adalah Upacara Tabuik yang diadakan rutin setiap tahun oleh masyarakat Pariaman.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini bukan hanya acara tahunan saja, melainkan acara yang sarat akan makna sejarah dan agama Islam. Oleh sebab itu, tradisi ini perlu dipelajari.
Mengenal Upacara Tabuik, Tradisi Masyarakat Pariaman
Mengutip dari 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia, Nasution (2019:16), Upacara Tabuik diadakan sebagai bentuk peringatan wafatnya Hussein Ibn Ali, cucu Nabi Muhammad saw. di Padang Karbala saat Perang Karbala.
Beliau wafat pada tahun 61 Hijriah atau tahun 680 Masehi. Tradisi mengenang wafatnya Hussein Ibn Ali ini menyebar ke beberapa negara dengan cara berbeda. Masyarakat Pariaman melabuhkan tabuik ke laut setiap 10 Muharam.
Tradisi Tabuik merujuk pada penggunaan bahasa Arab yang artinya peti kayu. Nama itu mengacu pada cerita legenda yang muncul setelah kematian cucu Rasulullah saw. Dalam legenda tersebut diceritakan bahwa jenazah Hussein yang berada di dalam peti kayu dibawa oleh seekor kuda bersayap dengan kepala manusia.
ADVERTISEMENT
Kuda berkepala manusia tersebut adalah Buraq. Legenda inilah yang menyebabkan tiruan Buraq selalu dibuat untuk perayaan Tabuik. Ritual ini berlangsung sekitar tahun 1826-1828 Masehi. Tradisi Tabuik pada masa itu sangat kental dengan pengaruh Timur Tengah.
Pada tahun 1910, ada perubahan yang dibuat untuk menyesuaikan dengan adat istiadat masyarakat Minangkabau. Tabuik dibagi menjadi dua jenis, yaitu Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Kedua tradisi tersebut mengacu pada wilayah berbeda.
Tabuik Pasa (pasar) asalnya dari sisi selatan sungai yang membelah kota sampai ke tepi Pantai Gandoriah. Adapun Tabuik Subarang asalnya dari daerah Subarang (seberang), yaitu daerah di sisi utara sungai atau yang sering disebut Kampung Jawa.
Tradisi ini mulai dimasukkan dalam kalender pariwisata tahunan Kabupaten Pariaman sejak tahun 1982. Puncak acara Tabuik saat ini bisa dilakukan pada tanggal 10 sampai 15 Muharam, disesuaikan dengan akhir pekan.
ADVERTISEMENT
Baca juga: 4 Upacara Adat Sumatera Barat yang Populer
Jadi, Upacara Tabuik adalah tradisi masyarakat Pariaman yang dilakukan setiap tahun. Tradisi ini dilakukan untuk memperingati wafatnya Hussein Ibn Ali, cucu Nabi Muhammad saw. (KRIS)