Ketum ILUNI UI Soroti Keberadaan Buzzer, Polarisasi Makin Menguat

Konten dari Pengguna
29 Oktober 2021 22:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terupdate tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) Andre Rahadian Foto: Dok. Iluni UI
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) Andre Rahadian Foto: Dok. Iluni UI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Umum Ikan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) Andre Rahadian menyoroti keberadaan buzzer. Menurut dia buzzer atau pendengung telah memperuncing polarisasi di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Menurut Andre, munculnya buzzer tak lepas dari kemajuan teknologi, khususnya pada bidang media sosial. Andre mengatakan Indonesia adalah bangsa yang majemuk.
Untuk itu perbedaan yang ada harus jadi sesuatu yang bisa diterima. Namun dia prihatin karena perbedaan dan keberagaman dijadikan label atau stigma negatif dan menakut-nakuti di media sosial.
''Para buzzer telah memperluas polarisasi di masyarakat. Mereka tidak peduli dampak negatif dengan adanya polarisasi itu. Padahal polarisasi merugikan bangsa Indonesia. Untuk itu dia mengajak semua pihak untuk serius mengatasi polarisasi tersebut,'' kata Andre.
Untuk mengatasi adanya polarisasi, dalam kesempatan tersebut Andre sekaligus meluncurkan Gerakan Membangun Kohesi Bangsa. Menurut dia polarisasi dapat diatasi dengan kohesi atau keserasian.
Adapun, di antara kegiatannya gerakan kohesi itu adalah membuat konten dengan narasi-narasi anti polarisasi.
ADVERTISEMENT
Andre menekankan mereka mengajak semua anak bangsa untuk bergotong royong membangun kohesi kebangsaan. Sehingga adanya polarisasi di masyarakat bisa dihilangkan.
Di tengah kemajuan teknologi saat ini, dia mengatakan bisa digunakan untuk membangun semangat gotong royong digital.
’’Revolusi Industri 4.0 menawarkan kesempatan besar. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus menjadi digital nation,’’ katanya. Yaitu negara yang memberikan kesempatan luas dan beragam bagi bangsanya untuk bergotong royong.''
''Kemudian secara bersama-sama pula memunculkan kecerdasan bersama. Membuka peluang baru untuk mengembangkan ekonomi yang berkeadilan,'' jelasnya.