Produk Tembakau Alternatif Harus Dimanfaatkan Demi Tekan Prevalensi Merokok

Konten dari Pengguna
4 November 2021 19:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terupdate tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Barbaro Riol mempersiapkan daun tembakau segar. Foto: REUTERS/Alexandre Meneghini
zoom-in-whitePerbesar
Barbaro Riol mempersiapkan daun tembakau segar. Foto: REUTERS/Alexandre Meneghini
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Produk tembakau alternatif dinilai dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi prevalensi merokok. Oleh karena itu, produk ini harus diberdayagunakan secara maksimal untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. Isu ini menjadi topik pembicaraan dalam 4th Scientific Summit on Tobacco Harm Reduction yang diselenggarakan secara daring pada September lalu.
ADVERTISEMENT
Giuseppe Biondi Zoccai, akademisi dari University of Rome, yang menjadi pemberi materi dalam forum tersebut dengan judul presentasi “Tobacco Harm Reduction myths and facts. What is the evidence?” mengatakan prevalensi merokok tidak akan berkurang secara signifikan apabila tidak memaksimalkan penggunaan produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan maupun vape. Berdasarkan kajian-kajian ilmiah yang telah dilakukan oleh peneliti di berbagai negara, produk-produk tembakau alternatif tersebut telah terbukti lebih rendah risiko daripada rokok.
“Epidemi merokok akan tetap ada, kecuali kita melakukan pendekatan multidimensi yang dapat mengurangi risiko dari penggunaan produk ini. Produk tembakau alternatif dapat mendukung peningkatan angka berhenti merokok,” kata Giuseppe dalam penjelasannya seperti dikutip Kamis (4/11/2021).
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO), Dimas Syailendra, memiliki pendapat yang sejalan dengan Giuseppe. Produk tembakau alternatif harus dimanfaatkan untuk menekan prevalensi merokok. Inggris dan Jepang sudah memaksimalkan penggunaan produk tembakau alternatif dan sekarang angka perokok di kedua negara tersebut telah mengalami penurunan. Pemerintah Indonesia seharusnya bisa melakukan langkah serupa.
ADVERTISEMENT
“Saya menyarankan pemerintah menerapkan strategi inovatif guna mengurangi prevalensi merokok di Indonesia. Kalau ditentang dengan kaitan memiliki risiko, produk apa pun yang kita gunakan pasti memiliki risiko. Meskpiun produk tembakau alternatif memang tidak sepenuhnya bebas risiko, namun produk ini mampu meminimalisasi risiko hingga di atas 90% jika dibandingkan dengan terus merokok,” kata Dimas, Kamis (4/11/2021).
Dimas menyadari bahwa masyarakat, terutama perokok dewasa, belum mengetahui secara komprehensif bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah daripada rokok dan dapat dijadikan sebagai alternatif untuk beralih dari kebiasaan merokok.
“Pengetahuan masyarakat tentang produk tembakau alternatif masih minim, mereka belum tahu tentang konsep pengurangan risiko tembakau. Jadi hasil penelitian ilmiah yang dari dalam dan luar negeri harus digaungkan secara terus-menerus baik oleh lembaga pemerintah dan akademisi supaya tidak kalah dengan distorsi yang mengatakan bahwa produk ini sama berbahayanya dengan rokok,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Dimas juga menambahkan memang perlu adanya penyampaian fakta-fakta ilmiah dan argumen-argumen yang logis serta berkelanjutan kepada masyarakat tentang produk tembakau alternatif. Pendekatan ini pun sejalan dengan strategi MASINDO dalam membangun masyarakat yang sadar risiko. Sebab, saat ini, masih banyak informasi yang keliru mengenai produk tembakau alternatif.
“Disinformasi dan berita bohong tumbuh subur pada saat ini. Agar perokok lebih bijak menyaring informasi, maka tampilkan fakta ilmiah dan argumen logis, sebarkan serta sampaikan secara berulang-ulang,” tutup Dimas.