10 Hewan Ini Sudah Pernah Jalan-jalan ke Luar Angkasa

Konten dari Pengguna
24 Juli 2020 10:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Unik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Primata bernama Ham tengah bersiap terbang ke luar angkasa dalam sebuah misi milik NASA. Foto: NASA
zoom-in-whitePerbesar
Primata bernama Ham tengah bersiap terbang ke luar angkasa dalam sebuah misi milik NASA. Foto: NASA
ADVERTISEMENT
Tidak hanya manusia, ternyata hewan juga pernah pergi ke luar angkasa. Bahkan, penerbangan hewan ke luar angkasa pertama kali terjadi 73 tahun silam pada tahun 1947.
ADVERTISEMENT
Jenis hewan yang pernah terbang ke luar angkasa juga beragam. Mulai dari serangga, amfibi, primata, hingga hewan air, seluruhnya pernah memperoleh kesempatan untuk terlibat dalam sebuah misi ke luar angkasa.
Dilansir dari Discover Wildlife, setidaknya ada 10 jenis fauna yang pernah merasakan perjalanan ke antariksa. Apa saja? Berikut adalah daftarnya.

Lalat Buah

Hewan pertama yang pernah merasakan pergi ke luar angkasa adalah lalat buah. Serangga ini terbang ke antariksa pada tahun 1947, hanya dua tahun setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2.
Saat itu, ilmuwan dari Amerika Serikat ingin menguji dampak radiasi kosmik terhadap tubuh manusia. Oleh karena itu, ilmuwan mengirim lalat buah karena genetika seranggan tersebut yang mirip dengan manusia.
Lalat buah menjadi hewan pertama dalam sejarah yang pernah terbang ke luar angkasa. Foto: TheAlphaWolf via Wikimedia Commons
Lalat buah terbang dengan misil balistik V-2 bekas kepemilikan Nazi Jerman. Menggunakan kapsul tersebut, lalat buah diterbangkan hingga ketinggian 109 kilometer.
ADVERTISEMENT

Monyet

Monyet bernama Enos tengah dipersiapkan untuk menumpang kapsul roket Mercury-Atlas 5 untuk terbang ke luar angkasa. Foto: NASA
Sebanyak 32 ekor monyet pernah terlibat dalam misi ke luar angkasa. Puluhan monyet tersebut terdiri dari pelbagai spesies berbeda.
Sebenarnya, monyet pertama yang akan diterbangkan ke luar angkasa adalah monyet bernama Albert I. Namun sayangnya, Albert I harus tewas dalam kapsul luar angkasanya beberapa saat sebelum terbang karena kehabisan napas.
Dua tahun setelahnya pada tahun 1949, seekor monyet bernama Albert II berhasil terbang ke luar angkasa. Ia berhasil terbang hingga ketinggian 134 kilometer sebelum akhirnya juga berakhir tragis karena kegagalan pada sistem parasutnya.

Tikus

Tikus menjadi hewan yang paling sering digunakan dalam penelitian ilmiah. Foto: Janet Stephens via Wikimedia Commons
Hewan yang satu ini telah berjasa banyak untuk sains. Tikus sering kali menjadi hewan yang digunakan sebagai objek penelitian karena keunggulan biologis yang dimilikinya.
ADVERTISEMENT
Tikus pertama yang terbang ke luar angkasa berhasil mencapai ketinggian 137 kilometer. Namun sayangnya, tikus tersebut harus mati karena kegagalan sistem parasut pada roket.

Anjing

Anjing bernama Laika diabadikan dalam sebuah perangko Uni Soviet karena jasanya sebagai hewan pertama yang pernah mengorbit planet Bumi. Foto: Neozoon via Wikimedia Commons
Beberapa ekor anjing pernah berhasil terbang ke antariksa dengan roket. Namun, ada satu ekor anjing yang paling terkenal sebagai 'seekor astronaut'. Anjing itu bernama Laika dan ia diterbangkan oleh Uni Soviet pada tahun 1957.
Laika dikenal sebagai hewan pertama yang pernah mengorbit planet Bumi. Namun, anjing itu tidak pernah kembali ke permukaan Bumi. Ia tewas lima jam setelah peluncuran karena temperatur kapsul yang terlalu tinggi.

Kura-Kura

Ilustrasi kura-kura asal Rusia di Kazakhstan. Foto: Yuriy75 via Wikimedia Commons
Dua ekor kura-kura diterbangkan oleh Uni Soviet ke luar angkasa pada tahun 1968. Keduanya berhasil mengitari bulan dan berada di luar angkasa selama enam hari sebelum kembali ke Bumi.
ADVERTISEMENT
Saat tengah mendarat kembali ke Bumi, roket yang ditumpangi kura-kura tersebut mengalami gangguan navigasi. Kapsul itu pun meleset dan jatuh di Samudra Hindia. Untungnya, dua kura-kura itu ditemukan selamat meski telah kehilangan massa tubuh hingga 10%.

Katak

Katak berjenis Bullfrog asal Amerika Serikat. Foto: Dawson via Wikimedia Commons
Pada tahun 1970, dua ekor katak berjenis bullfrog diterbangkan oleh NASA, untuk meneliti sistem mekanisme keseimbangan tubuh pada katak yang terletak pada telinga bagian dalam hewan amfibi tersebut.
NASA mengirim dua ekor katak untuk mengetahui pengaruh perjalanan ke luar angkasa terhadap mekanisme keseimbangan pada telinga yang juga dimiliki oleh manusia. Hasilnya, ilmuwan menemukan bahwa mekanisme tersebut kembali normal setelah enam hari kembali dari luar angkasa.

Laba-Laba

Laba-Laba golden orb (Nephila clavipes), terpantau masih dapat membentuk jaring di lingkungan gravitasi mikro di Stasiun Luar Angkasa (ISS). Foto: NASA
Dua ekor laba-laba terbang ke antariksa pada tahun 1973. Peneliti ingin mengetahui apakah laba-laba tetap dapat membuat jaring dalam kondisi yang minim gravitasi.
ADVERTISEMENT
Ternyata, laba-laba tetap mampu menghasilkan jaring di luar angkasa. Perbedaannya, jaring laba-laba yang dibuat di antariksa menjadi lebih halus sebagai dampak perubahan gerakan motorik dari laba-laba di kondisi mikro gravitasi.

Ikan

Beberapa ekor ikan berenang di akuarium khusus yang disiapkan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Foto: JAXA
Seekor ikan yang saat itu tengah mengandung 50 buah telur menjadi hewan air pertama yang menuju ke luar angkasa. Sama seperti manusia, ikan yang berada di lingkungan gravitasi mikro juga mengalami mabuk perjalanan.
Ikan tersebut diperhatikan berenang berputar-putar. Baru setelah beberapa hari ikan tersebut berhasil kembali berenang dalam suatu garis lurus.
Pada tahun 2012, ilmuwan dari Jepang kembali meluncurkan ikan ke luar angkasa. Ikan tersebut mendapatkan rumah berupa akuarium khusus di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Beruang Air

Beruang air atau tardigrade dapat hidup di luar angkasa meski terpapar radiasi kosmik dan dilanda dehidrasi parah. Foto: Gąsiorek P & Vončina K/Evolutionary Systematics
Hewan tertangguh di seluruh planet Bumi, beruang air, pertama kali bertahan hidup di luar angkasa pada tahun 2007. Peluncuran tersebut semakin memastikan ketangguhan dari hewan ini.
ADVERTISEMENT
Saat itu, hewan yang juga disebut sebagai tardigrade ini bertahan hidup meski kekurangan oksigen, terpapar radiasi kosmik, dibekukan, dan mengalami dehidrasi yang amat parah.

Nematoda

Cacing nematoda hasil perbesaran menggunakan mikroskop elektron. Foto: Agricultural Research Service via Wikimedia Commons
Pada tragedi roket Columbia yang meledak beberapa menit setelah peluncuran pada tahun 2003, puluhan penelitian lain juga ikut hancur. Setidaknya terdapat 80 penelitian lain yang harus gagal akibat tragedi yang menewaskan tujuh orang astronaut tersebut.
Ketika sisa-sisa roket yang hancur dikumpulkan, peneliti menemukan suatu hal yang menakjubkan. Sekelompok cacing nematoda ditemukan selamat dari ledakan tersebut.
Hal ini membuat cacing nematoda berhasil selamat dari ledakan serta suhu yang amat tinggi saat roket jatuh kembali ke Bumi. Saat ini, cacing nematoda kembali digunakan untuk meneliti dampak perjalanan ke luar angkasa terhadap organisme hidup.
ADVERTISEMENT
(EDR)