Apakah Pesawat Masih Bisa Terbang saat Mesin Mati di Udara?

Konten dari Pengguna
19 Februari 2021 11:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Unik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pesawat mendarat di bandara Sint Maaten. Foto: Steven Conry via Flickr
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat mendarat di bandara Sint Maaten. Foto: Steven Conry via Flickr
ADVERTISEMENT
Semua pilot pesawat telah dilatih untuk menghadapi berbagai kondisi penerbangan, mulai lepas landas, terbang di atas langit, sampai pendaratan. Tak terkecuali pelatihan untuk menghadapi keadaan darurat seperti mesin yang mati saat di udara.
ADVERTISEMENT
Ketika mesin mati, apakah pesawat masih bisa terbang?
Penulis buku Cockpit Confidental sekaligus pilot, Patrick Smith, menjelaskan mesin pesawat masih bisa beroperasi dan memberikan tenaga pada sistem-sistem krusial, namun tidak memberikan dorongan. Tanpa disadari, penumpang sering terbang tanpa dorongan mesin dan hal tersebut dilakukan hampir di setiap penerbangan.
“Situasi tersebut mirip dengan kondisi mobil menuruni sebuah turunan dalam keadaan mesin yang mati dan tanpa rem tangan,” ujar Smith, sebagaimana dikutip dari Telegraph.
Hal yang perlu diketahui adalah pesawat memiliki mesin ganda. Dalam keadaan darurat, pesawat masih bisa terbang menggunakan satu mesin selama berjam-jam. Bahkan, ada prosedur keselamatan jika mesin gagal atau mati saat lepas landas, yang berarti pesawat dapat lepas landas dengan aman hanya dengan satu mesin.
ADVERTISEMENT
Mesin pesawat mengalami gangguan atau mati biasanya dikarenakan abu vulkanik, menabrak burung, hujan es, hingga kerusakan sistem.
Ilustrasi pesawat Foto: shutter stock
Jika masalah mesin semakin parah selama penerbangan, pilot akan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jika tidak, mereka dapat mematikan mesin, terus terbang dengan satu mesin dan menyatakan keadaan darurat dan melakukan pendaratan darurat ke bandara terdekat.
Bahkan, beberapa pesawat bermesin empat tetap melanjutkan perjalanan saat kehilangan satu mesin, seperti Boeing 747-400 Virgin Atlantic yang mengalami kerusakan mesin di Amerika Serikat dalam perjalanan ke Inggris.
Setiap pesawat memiliki rasio terbang yang berbeda, artinya mereka akan kehilangan ketinggiannya dalam tingkat yang berbeda-beda. Hal ini mempengaruhi seberapa jauh pesawat bisa terbang tanpa dorongan mesin.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, jika sebuah pesawat memiliki rasio angkat dan tarikan 10:1, maka untuk setiap 10 mil (16 kilometer) pesawat kehilangan ketinggian satu mil (1,6 kilometer). Pesawat biasanya terbang di ketinggian 36 ribu kaki atau sekitar 10 kilometer, jadi pesawat yang kehilangan kedua mesinnya masih bisa terbang sejauh sekitar 112 kilometer sebelum sampai ke permukaan tanah.
Pesawat yang mengalami mati mesin
Pada 2001 lalu, pesawat Air Transat Flight 236 tujuan Lisbon, Portugal, yang membawa 293 penumpang dan 13 kru mengalami mati mesin di atas Samudra Atlantik. Telegraph melaporkan bahwa hal tersebut akibat bocornya bahan bakar pesawat saat ia lepas landas dari Toronto, Kanada.
Ilustrasi mesin pesawat Foto: Shutter Stock
Kapten Robert Piche mengumumkan kondisi darurat bahan bakar dan kemudian melaporkan kepada menara ATC di Lisbon bahwa mereka akan melakukan pendaratan darurat di Kepulauan Azores, 1.500 kilometer dari Lisbon.
ADVERTISEMENT
Piche dan ko-pilotnya, Dirk de Jager, memiliki pengalaman terbang lebih dari 20 ribu jam. Mereka kemudian melanjutkan menerbangkan pesawat Airbus A330 dengan mesin mati selama 19 menit. Pesawat berhasil terbang sejauh sekitar 120 kilometer hingga akhirnya mendarat darurat di pangkalan udara Lajes Air Base di Azores.
Pesawat itu terpaksa harus melakukan beberapa kali putaran untuk mengurangi ketinggiannya, dan kemudian bisa mendarat dengan "kasar" di landasan hingga berhenti total. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu dan penerbangan pesawat jet komersial tanpa mesin itu tercatat sebagai yang terlama dalam sejarah.
Kisah tersebut mengingatkan kita bahwa meski kedua mesin pesawat mati, masih ada kemungkinan semua penumpang termasuk kru pesawat bisa mendarat dengan aman.
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum itu, pada tahun 24 Juni 1982, sebuah penerbangan British Airways yang terbang dari Kuala Lumpur menuju Perth kehilangan empat mesinnya karena abu vulkanik Gunung Galunggung. Pesawat jenis Boeing 747-200 tersebut berhasil menjaga pesawat tetap terbang selama 23 menit sepanjang 91 mil dan melakukan pendaratan darurat di Jakarta.
Proses evakuasi pesawat Airbus A320 di Sungai Hudson. Foto: U.S. Army Corps of Engineers via Flickr
Namun, kejadian paling terkenal dengan matinya mesin pesawat modern adalah "Miracle on the Hudson" pada Januari 2009. Kala itu, Kapten Chesley “Sully” Sullenberger mendaratkan Airbus A320 secara darurat di Sungai Hudson, New York, setelah kedua mesinnya mati akibat ditabrak angsa. Dinamakan sebagai "Miracle on the Hudson" karena tidak adanya korban jiwa atas kejadian tersebut.
Pesawat menjadi transportasi sangat paling aman dibandingkan dengan bentuk transportasi lainnya. Menurut statistik yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (United States National Safety Council) mengatakan angka peluang untuk meninggal dalam kecelakaan mobil adalah 1 berbanding 103, sementara bersepeda 1 berbanding 4047 dan penerbangan pesawat 1 berbanding 188.364.
ADVERTISEMENT