news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Benarkah Emas di Bumi Berasal dari Luar Angkasa? Ini Penjelasannya

Konten dari Pengguna
23 Juli 2020 7:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Unik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi emas batangan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi emas batangan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Logam mulia emas telah menjadi salah satu elemen penting dalam kehidupan manusia. Menariknya, logam mulia langka ini ternyata berasal jauh dari luar angkasa.
ADVERTISEMENT
Emas telah digunakan sebagai mata uang, mahar perkawinan, hingga komponen elektronik atau komputer. Meski pemanfaatannya amat beragam, ternyata emas tidak terlalu berlimpah di planet Bumi.
Lalu, mengapa emas menjadi amat langka meski kebutuhannya tinggi? Dari mana sebenarnya logam mulai bernama latin Aurum ini berasal? Apakah manusia bisa membuat sendiri emas di laboratorium?
Koin emas terbesar di dunia bergambar Eucratides telah ada sejak abad ke-2 masehi. Foto: Wikimedia Commons
Ternyata, emas yang selama ini kita gunakan berasal dari luar angkasa. Dilansir dari situs edukasi TED-Ed, emas terbentuk saat suatu bintang meledak di luar angkasa pada sebuah fenomena yang disebut sebagai supernova.
Setelah supernova terjadi, material penyusun emas masih berada dalam bentuk gas dan debu. Material tersebut kemudian memadat menjadi sebuah planet, salah satunya adalah Bumi.

Terbentuknya Emas di Supernova

Penggambaran supernova 1993J hasil ledakan sebuah bintang di Galaksi M81. Foto: ESA/NASA/G. Bacon
Pada sebuah bintang di luar angkasa, reaksi fusi nuklir terjadi. Proses tersebut membuat elemen ringan hidrogen berubah menjadi elemen lain yang lebih berat seperti helium, karbon, oksigen, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Proses tersebut terus berlanjut hingga elemen-elemen itu berusaha berubah menjadi atom berat seperti besi dan nikel. Namun biasanya, suatu bintang telah kehabisan energi dan perubahan tersebut gagal.
Hilangnya energi pada bintang membuat lapisan terluar bintang menyusut masuk–tertarik gravitasi–ke dalam inti bintang. Fenomena ini menyebabkan bintang menghasilkan sebuah ledakan masif yang sangat indah, supernova.
Supernova 1987A tertangkap telekskop Hubble dengan sebuah cincin misterius berbentuk huruf 'S'. Foto: ESA/Hubble/NASA
Ketika ledakan terjadi, tekanan gravitasi membuat proton dan elektron menggabungkan diri membentuk neutron. Neutron ini kemudian menyebar dan bereaksi dengan elemen lain.
Bereaksinya neutron dengan elemen berat seperti besi membuat atom elemen lain terbentuk. Biasanya, reaksi ini akan menghasilkan atom-atom perak, emas, uranium, timbal, dan lain sebagainya.

Pembentukan Emas Buatan Manusia di Laboratorium

Memahami proses terbentuknya emas di luar angkasa membuat kita dapat menirukan prosesnya di laboratorium. Hal ini diharapkan dapat membuat kita bisa menghasilkan emas sendiri di laboratorium.
ADVERTISEMENT
Ilmuwan bisa menggunakan sebuah teknologi bernama akselerator partikel untuk mereplikasi reaksi nuklir kompleks di luar angkasa. Alat tersebut akan menabrakkan beberapa atom dalam kecepatan yang amat tinggi sehingga timbul reaksi nuklir serupa di luar angkasa.
Akselerator partikel pada laboratorium milik Organisasi Penelitian Nuklir Eropa (CERN). Foto: CERN
Namun sayangnya, proses ini sangat tidak efektif. Untuk setiap proses pada alat tersebut, ilmuwan hanya akan dapat menghasilkan satu atau beberapa buah atom emas.
Tentu diperlukan pengulangan proses berjuta-juta kali untuk menghasilkan satu gram emas saja. Hal ini justru akan membuat biaya produksinya meroket.

Penambangan Emas di Luar Angkasa

Kehidupan manusia cukup bergantung pada logam mulia emas. Ketika emas-emas di perut Bumi jumlahnya semakin menipis, manusia terpaksa harus mencari sumber lain.
Salah satu solusinya adalah dengan mencari 20 juta ton emas yang tersembunyi di bawah laut. Namun emas-emas tersebut berada pada bentuk partikel yang amat kecil sehingga penambangannya menjadi cukup sulit.
ADVERTISEMENT
Kemajuan teknologi pada akhirnya membuat manusia beralih ke luar angkasa. Tentu “menambang” langsung pada sebuah ledakan bintang atau supernova akan sangat sulit.
Namun ilmuwan memperkirakan bahwa menambang logam mulia di asteroid, bulan, atau planet lain sangat mungkin terjadi. Proses ini akan membuat kita dapat memperoleh banyak suplai logam mulia tanpa harus merusak planet Bumi.
Hal ini bukan tidak mungkin akan segera terjadi. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bahkan pernah mengarahkan NASA untuk mulai merencanakan sistem pertambangan di bulan.
Meski emas tidak menjadi komoditi utama penambangan di bulan, tentu hal tersebut akan membuka kesempatan serta kemungkinan yang baik bagi penambangan di luar angkasa pada masa yang akan datang.
(EDR)