Konten dari Pengguna

Kapak Perimbas, Peralatan yang Digunakan Manusia Purba

18 Juni 2021 10:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Unik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kapak perimbas. Foto: Didier Descouens via Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kapak perimbas. Foto: Didier Descouens via Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Kapak Perimbas merupakan salah satu peralatan yang digunakan manusia purba pada zaman pra sejarah.
ADVERTISEMENT
Kapak ini digunakan untuk menguliti hewan, memotong hasil buruan, menggali tanah, dan mencari umbi-umbian.
Kapak perimbas adalah salah satu bukti sejarah kehidupan manusia purba. Kapak perimbas ditemukan di pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh, Asia Tenggara.
Lalu, budaya kapak perimbas sering disebut dengan Kebudayaan Bacson Hoabinh.
Di Indonesia sendiri, salah satu kapak perimbas ditemukan oleh Von Koenigswald.
Pada 1935, Von Koenigswald menemukan beberapa alat dari batu di daerah Pacitan yang berbentuk menyerupai kapak, namun tidak bertangkai. Cara menggunakan kapak tersebut adalah dengan digenggam.
Menurut Modul pembelajaran Sejarah Indonesia Kemdikbud, kapak yang ditemukan oleh Von Koenigswald disebut kapak genggam atau kapak perimbas.
Kapak perimbas peninggalan zaman Paleolitikum diperkirakan digunakan oleh manusia purba jenis Meganthropus.
ADVERTISEMENT

Pengertian Kapak Perimbas dan Kebudayaan Ngandong

Ngandong merupakan nama dari salah satu daerah yang terletak di dekat Ngawi, Madiun, Jawa Timur.
Di daerah Ngandong dan Sidorejo, banyak ditemukan alat-alat yang berasal dari tulang serta alat-alat kapak perimbas dari batu.
Alat-alat dari tulang tersebut dibuat dari tulang binatang dan tanduk rusa. Berdasarkan penelitian, alat-alat tersebut merupakan hasil kebudayaan dari Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

Kapak Genggam dan Kapak Perimbas Sumatera

Koleksi kapak perimbas di Museum Daerah Deli Serdang. Foto: Museum Daerah Deli Serdang via Wikimedia Commons
Kapak genggam Sumatera berasal dari Kjokkenmoddinger yang berada di sepanjang pantai timur Sumatera, tepatnya di antara Langsa dan Medan.
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark, yaitu kjokken (dapur) dan modding (sampah).
Pada kenyataannya, Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian sekitar tujuh meter. Lalu, sudah membatu menjadi fosil.
ADVERTISEMENT
Bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan, bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap.
Pada 1925, dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut. Hasilnya, banyak ditemukan kapak perimbas yang ternyata berbeda dengan kapak perimbas pada zaman Paleolitikum.
Kapak perimbas yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith).
Ciri-ciri kapak perimbas Sumatera berbentuk bulat dan terbuat dari batu kali yang dibelah dua.
Kapak perimbas jenis ini banyak ditemukan di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera, antara Langsa (Aceh) dan Medan.
Selain pebble yang ditemukan di Kjokkenmoddinger, ternyata juga ditemukan sejenis kapak berukuran pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan Hache Courte atau kapak pendek.
ADVERTISEMENT
Sama seperti kapak perimbas, kapak ini digunakan dengan cara digenggam.
Kapak perimbas dalam ilmu pra sejarah biasa disebut dengan chopper.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sejak awal 1990 dan 2000, tim peneliti dari Indonesia dan Prancis melakukan penelitian di wilayah Pegunungan Sewu.
Dapat dipastikan, bahwa kapak perimbas digunakan oleh manusia jenis Homo Erectus.
Tumpukan sampah tersebut juga ditemukan batu penggiling beserta dengan landasannya yang digunakan sebagai penghalus cat merah. Cat itu diperkirakan digunakan dalam acara keagamaan atau ilmu sihir
Demikian penjelasan mengenai sejarah dari kapak perimbas. Dulunya, kapak tersebut digunakan oleh manusia purba untuk berburu dan melakukan aktivitas sehari-hari.
(MRT)