Konten dari Pengguna

Sejarah Pernikahan Sedarah dan Risikonya

21 Maret 2021 15:48 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Unik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi menikah. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menikah. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada Juli 2019 lalu, masyarakat Indonesia pernah dihebohkan dengan pernikahan sedarah yang dilakukan Ansar Bin Mustamin berusia 32 tahun yang menikahi adiknya sendiri. Pria asal Dusun Lembang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan tersebut dianggap melakukan hal yang tidak pantas dan terlarang.
ADVERTISEMENT
Pernikahan sedarah atau inses adalah perkawinan yang dilakukan oleh dua orang yang masih terikat secara genetik atau memiliki ikatan keluarga. Praktik ini sebenarnya pernah dilakukan oleh para bangsawan zaman dahulu.
Setidaknya ada dua alasan pernikahan sedarah dilakukan zaman dulu. Pertama, memberikan keamanan finansial dengan memastikan bahwa properti atau aset moneter tetap berada dalam keluarga. Kedua, menawarkan keamanan pribadi bagi orang tua yang ingin melihat putra atau putri mereka menikah dengan pasangan tepercaya, daripada orang asing.
Melansir Genetic Literacy Project, salah satu kerajaan yang melakukan praktik ini adalah Kerajaan Spanyol sekitar tahun 1600-an. Raja yang terkenal dari perkawinan sedarah adalah Raja Philip IV yang menikah dengan sepupunya sendiri, Maria Anna.
Pernikahan tersebut menghasilkan lima anak, tetapi yang berhasil bertahan hidup sampai dewasa hanya dua anak, salah satunya yang menjadi pewaris tahta kerajaan, Raja Charles II. Raja Charles lahir dengan kelainan genetik yang menyebabkan dirinya baru bisa bicara pada umur empat tahun.
Raja Charles II. Foto: Wikimedia Commons
Kelainan genetiknya juga menyebabkan rahang bawah tumbuh melebihi rahang atas sehingga dagu terlihat menonjol. Bahkan kondisi ini semakin parah dan menyebabkan Raja Charles II tidak bisa mengunyah makanannya sendiri. Sampai akhir hayatnya, raja Charles juga tidak berhasil memiliki keturunan.
ADVERTISEMENT
National Geographic juga mencatat, praktis inses ini juga pernah dilakukan oleh para bangsawan di peradaban Mesir Kuno dan Inca Peru.
Namun kini, perkawinan antara dua saudara kandung atau sedarah adalah hal yang dianggap tabu di hampir semua negara dan kebudayaan di dunia, dan bahkan dianggap sebagai sesuatu yang menjijikkan. Melansir Psychology Today, Psikolog Jonathan Haidt mengatakan bahwa hampir setiap orang di dunia saat ini menolak keras prospek hubungan seksual antara kakak dan adik, bahkan dalam beberapa situasi kemungkinan tidak terjadi kehamilan.
Menurut psikolog evolusi dari University of Hawaii, Debra Lieberman, perkawinan sedarah dinilai bisa meningkatkan kemungkinan seseorang mendapatkan dua gen “jahat” yang merugikan.
“Pernikahan antara kerabat yang dekat secara genetik menimbulkan risiko memiliki keturunan yang memiliki peluang lebih kecil untuk bertahan hidup,” ujar Lieberman.
Ilustrasi Gen Foto: Pixabay
Sebuah studi lain juga meneliti anak-anak hasil hubungan inses di Cekoslowakia yang menunjukkan bahwa sebanyak 42 persen dari mereka dilahirkan dengan cacat lahir yang parah atau menderita kematian dini, dan 11 persen lainnya mengalami gangguan mental.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, anak-anak yang dihasilkan dari pernikahan sedarah atau inses memiliki risiko kelainan resesif autosom, kelainan fisik bawaan, atau penurunan fungsi intelektual yang parah.