news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Studi: Anak yang Bermain Game Lebih Bahagia Dibandingkan yang Bersosial Media

Konten dari Pengguna
22 Februari 2021 16:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Unik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang anak bermain video game. Foto: Ulricaloeb via Flickr
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anak bermain video game. Foto: Ulricaloeb via Flickr
ADVERTISEMENT
Sebuah studi telah menjelaskan bagaimana waktu yang dihabiskan di depan layar dapat mempengaruhi kesehatan mental anak muda. Tak hanya itu, penelitian tersebut juga menentukan dampaknya pada anak laki-laki dan perempuan.
ADVERTISEMENT
Dilakukan oleh University College London, penelitian yang melibatkan 11.341 remaja dari Millennium Cohort Study. Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan menemukan bahwa anak laki-laki yang secara teratur bermain video game pada usia 11 tahun cenderung tidak mengalami gejala depresi pada tiga tahun kemudian.
Di sisi lain, anak perempuan yang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial cenderung menunjukan gejala depresi.
Salah satu peneliti, Aaron Kandola mengatakan, meskipun pihaknya tidak dapat memastikan bermain game dapat meningkatkan kesehatan mental, namun bermain video game terlihat tidak berbahaya dan mungkin memiliki beberapa manfaat.
“Terutama selama pandemi, video game telah menjadi platform sosial yang penting bagi kaum muda,” ujar Aaron.
Mengutip tech explorist, selama penelitian, peserta penelitian telah menjawab pertanyaan tentang waktu yang dihabiskan di media sosial, bermain video game, atau menggunakan internet pada usia 11 tahun. Hasil penelitian mengatakan, peserta menjawab pertanyaan tentang gejala depresi, seperti suasana hati yang buruk, kehilangan kesenangan, dan konsentrasi yang buruk di usia 14 tahun.
ADVERTISEMENT
Ilmuwan juga mempertimbangkan faktor lain yang mungkin menjelaskan hasil tersebut. Faktor-faktor tersebut meliputi status sosial ekonomi, tingkat aktivitas fisik, laporan perundungan, dan gejala emosional sebelumnya.
Para ilmuwan menemukan bahwa anak laki-laki yang bermain video game hampir setiap hari memiliki gejala depresi 24% lebih sedikit pada tiga tahun kemudian, dibandingkan anak laki-laki yang bermain video game kurang dari sekali dalam sebulan.
Namun, gejala depresi yang rendah ini hanya ditunjukan pada anak laki-laki dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah dan tidak ditemukan pada anak perempuan. Para peneliti mengatakan hal tersebut kemungkinan anak laki-laki yang kurang aktif dapat memperoleh lebih banyak kesenangan dan interaksi sosial dari video game.
Ilmuwan mencatat, ada beberapa aspek positif dari video game yang dapat mendukung kesehatan mental, seperti pemecahan masalah, dan elemen sosial, kooperatif, dan hal-hal yang menarik.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, penelitian menunjukkan anak perempuan yang menggunakan media sosial hampir setiap hari pada usia 11 tahun memiliki gejala depresi 13% lebih banyak pada tiga tahun kemudian, dibandingkan anak perempuan yang menggunakan media sosial kurang dari sekali dalam sebulan.
Penelitian lain yang dilakukan sebelumnya menemukan hal yang serupa dan para ilmuwan telah berpendapat bahwa anak yang sering menggunakan media sosial dapat meningkatkan perasaan isolasi sosial.
Penulis senior dari Institut Karolinska, Dr. Mats Hallgren, mengatakan hubungan antara waktu layar dan kesehatan mental adalah hal yang rumit dan memerlukan lebih banyak penelitian memahaminya lebih jauh.
“Meskipun penelitian kami menunjukkan kemungkinan manfaat dari aktivitas di depan layar, namun kami harus tetap mendorong anak muda untuk aktif secara fisik dan berhenti duduk dalam waktu lama dengan aktivitas fisik ringan," ujar Dr. Mats Hallgren.
ADVERTISEMENT
(MRT)