Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Teknik Purposive Sampling: Pengertian, Jenis, dan Contohnya
28 Juni 2021 14:38 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:42 WIB
Tulisan dari Berita Unik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Melalui penggunaan teknik pengambilan sampel purposive sampling, peneliti diharapkan dapat mengerjakan penelitian dengan mudah. Kemudian, tidak ada bias yang terjadi pada risetnya.
Jika ingin menetapkan sampel lewat teknik ini, maka kamu harus memiliki kriteria dan menetapkan populasi yang akan diteliti. Teknik ini cocok digunakan untuk penelitian kuantitatif.
Pengertian Teknik Purposive Sampling
Teknik pengambilan sampel purposive menurut Sugiyono adalah cara yang digunakan untuk menentukan sampel. Lalu, memiliki beberapa pertimbangan yang telah diatur sebelumnya.
Teknik purposive sampling Sugiyono merupakan salah satu dari sekian banyaknya metodologi penelitian. Selain itu, teknik ini berfokus pada pemilihan sampel yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Peneliti yang menggunakan metode pengambilan sampel ini harus memiliki ilmu yang mendalam mengenai riset yang dikerjakan. Dengan begitu, peneliti dapat memilih sampel secara tepat.
ADVERTISEMENT
Kemudian, alasan menggunakan teknik purposive sampling adalah agar peneliti memperoleh berbagai sampel yang representatif.
Dikutip dari laman Alchemer, berikut ini adalah jenis-jenis teknik purposive sampling berdasarkan kasus penelitiannya:
1. Kasus Tipikal
Pada kasus tipikal, peneliti membahas soal pengaruh tren atau fenomena tertentu. Nantinya, pneliti akan membandingkan sampel dari setiap anggota populasi yang masuk ke dalam golongan tren tersebut.
2. Kasus Ekstrem
Penggunaan kasus ekstrem adalah kebalikan dari kasus tipikal. Kasus ekstrem biasa digunakan peneliti untuk meneliti suatu norma pada suatu tren atau fenomena.
3. Kasus Kritis
Teknik purposive sampling dalam penelitian kuantitatif juga kerap digunakan pada kasus-kasus kritis.
Pengambilan sampel dengan teknik ini adalah memilih satu kasus untuk diteliti. Peneliti mempercayai, jika ada salah satu kasus yang terungkap, maka kasus lainnya pun akan terungkap pula.
ADVERTISEMENT
4. Kasus Heterogen
Penelitian dengan kasus yang beragam, namun tetap relevan pada satu tren tertentu juga bisa menggunakan teknik purposive sampling saat pengambilan sampel.
Lewat teknik ini, peneliti bisa memperoleh banyak informasi dari berbagai sudut pandang saat melakukan survei.
5. Kasus Homogen
Teknik pada kasus ini merupakan kebalikan dari kasus heterogen. Sampel yang dipilih adalah memiliki karakteristik yang sama pada suatu populasi.
Contoh Teknik Purposive Sampling pada Penelitian
Ada banyak penelitian skripsi yang menggunakan teknik purposive sampling pada saat pengambilan sampel. Contohnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Adian pada 2018.
Tujuan dari penelitian Adian adalah melihat hubungan antara tingkat stres pada mahasiswa perantauan tahun pertama di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Lalu, Adian pun mengambil sampel yang masuk ke dalam kriteria tertentu. Misalnya, mahasiswa tahun pertama yang kuliah di Yogyakarta dan berasal dari luar Yogyakarta.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Kristanto pada 2020. Penelitian tersebut bertujuan untuk membandingkan permasalahan yang terjadi pada mahasiswa musik. Hal itu dilihat berdasarkan jenis musik yang diminati.
Musik yang diminati dalam penelitian ini hanya membahas musik jazz dan klasik, sehingga pengambilan sampelnya adalah mahasiswa yang memiliki minat di musik klasik atau jazz.
Itulah penjelasan mengenai teknik purposive sampling yang bisa kamu lakukan pada penelitian yang sedang dikerjakan.
(NSF)