Konten dari Pengguna

Teori Warna Brewster, Pengertian dan Kelompok Warnanya

1 Juli 2021 14:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Unik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi warna primer. Foto: McElspeth via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi warna primer. Foto: McElspeth via Pixabay
ADVERTISEMENT
Teori warna Brewster pertama kali diungkapkan pada 1831 yang membagi warna menjadi beberapa kelompok.
ADVERTISEMENT
Mengutip laman Binus University, warna merupakan estetika kehidupan karena berguna untuk membedakan berbagai objek, kemudian membuatnya menjadi lebih jelas keindahannya.
Berdasarkan pengamatan subjektif, warna didefinisikan sebagai sebuah pemahaman dari indera penglihatan makhluk hidup, yaitu mata.
Sedangkan secara objektif, warna adalah sifat dari cahaya yang dipancarkan. Warna yang dapat ditangkap oleh mata manusia memiliki panjang gelombang sekitar 380-780 nanometer.
Beberapa ilmuwan mengungkapkan mengenai teori warna, seperti Newton dan Brewster. Namun, kali ini kita akan membahas secara spesifik mengenai teori warna Brewster.

Teori Lingkaran Warna Brewster

Ilustrasi warna. Foto: Miguel Á. Padriñán via Pixabay
Menurut teori warna Brewster, pembagian warna dibagi menjadi empat kelompok, yaitu warna netral, primer, sekunder, dan tersier. Kelompok warna tersebut mengacu pada the color wheel atau lingkaran warna.
ADVERTISEMENT
Penjelasan mengenai masing-masing kelompok warna Brewster akan dijabarkan berikut ini, dikutip dari Jurnal Ilmiah Umum (JIUM) oleh Dani Amin:
1. Warna Primer
Warna primer disebut juga dengan warna dasar. Artinya, warna-warna yang masuk ke dalam kelompok warna dasar tidak berasal dari campuran warna lain.
Warna-warna yang masuk ke dalam warna primer adalah merah, kuning, dan biru.
Dikarenakan sudah ditemukan banyak warna merah, kuning, dan biru, maka warna yang disebutkan sebagai warna primer adalah merah yang seperti warna darah, kuning yang seperti warna kuning telur, dan biru yang seperti warna langit atau laut.
Secara teori, ketiga warna di atas dianggap sebagai warna pigmen primer sebagai dasar pencampuran warna. Namun, secara teknik berbeda. Orang-orang menggunakan warna magenta, cyan, dan kuning sebagai pigmen warna dasar.
ADVERTISEMENT
2. Warna Sekunder
Percampuran warna-warna primer dengan perbandingan 1:1 akan menghasilkan warna sekunder.
Hasil percampuran warna primer adalah merah dan kuning (jingga), biru dan kuning (hijau), merah dan biru (ungu).
Ilustrasi teori warna color wheel. Foto: Color Matters
3. Warna Tersier
Pada awalnya, istilah warna tersier merupakan penggambaran dari warna netral yang dibuat dari tiga warna primer dengan perbandingan 1:1:1.
Namun, warna tersier kini merupakan percampuran dari warna-warna sekunder. Beberapa contoh warna tersier adalah jingga kekuningan yang merupakan campuran dari warna jingga dan kuning.
4. Warna Netral
Keempat, teori warna Brewster warna pokok adalah warna netral. Seperti yang sudah dibahas di atas, warna netral merupakan hasil dari campuran warna dasar, yaitu merah, biru, dan kuning dengan perbandingan 1 : 1 : 1.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perpaduan warna primer dan tersier juga akan menghasilkan warna netral.
Pada sistem pencampuran warna cahaya adiktif, campuran ketiga warna primer akan menghasilkan warna kelabu. Sedangkan dalam pencampuran substraktif, maka akan menghasilkan warna cokelat, kelabu, atau hitam.
Warna netral di alam berfungsi sebagai penyeimbang warna-warna lainnya.
Itulah teori warna Brewster yang menggolongkan warna menjadi empat kelompok, yaitu primer, sekunder, tersier, dan netral.
(NSF)