Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Uji Karbohidrat, Cara Mengetahui Kandungan pada Makanan
10 Juli 2021 8:45 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:01 WIB
Tulisan dari Berita Unik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Uji karbohidrat bertujuan agar mengetahui apakah bahan makanan tersebut memiliki kandungan karbohidrat atau tidak. Uji karbohidrat biasanya dilakukan saat ujian praktik Biologi di sekolah.
ADVERTISEMENT
Mengutip A Level Biology, karbohidrat merupakan suatu molekul biologis yang mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbon dalam karbohidrat merupakan karbon yang telah terhidrasi dan memiliki fungsi aldehid atau ketonik.
Karbohidrat sangat penting bagi makhluk hidup, karena dapat memberikan energi ke sel pada saat oksidasi. Sehingga, karbohidrat penting bagi sumber energi makhluk hidup.
Agar mengetahui suatu bahan makanan memiliki kandungan karbohidrat atau tidak, maka kita perlu melakukan uji identifikasi karbohidrat.
Uji Karbohidrat pada Makanan
Ada beberapa uji karbohidrat yang bisa kita coba. Dikutip dari laman Sumber Belajar Kemdikbud, di antaranya adalah uji Molisch, Seliwanoff, Benedict, dan Iodin.
1. Uji Molisch
Uji Molisch karbohidrat merupakan uji karbohidrat sederhana yang paling sensitif. Bahkan, monosakarida, polisakarida, oligosakarida akan terdeteksi mengandung karbohidrat jika diuji Molisch.
ADVERTISEMENT
Prinsip kerja uji Molisch adalah reaksi alfa-naftol melalui karbohidrat dengan adanya asam sulfat. Gula akan bereaksi dengan alfa-naftol dalam lingkungan asam, kemudian membentuk warna ungu pada turunan furfural.
Semakin pekat warna ungu yang muncul pada bahan makanan yang diuji, maka jumlah karbohidratnya semakin tinggi.
Bahan makanan yang akan dilakukan uji Molisch sebaiknya diubah menjadi bentuk cairan terlebih dahulu. Kemudian, bahan makanan dicampur dengan reagen Molish dan asam sulfat.
2. Uji Seliwanoff
Uji karbohidrat kimia ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan monosakarida dengan gugus fungsi ketonik. Biasanya, uji Seliwanoff digunakan untuk menguji fruktosa dan glukosa.
Sukrosa yang mudah terhidrolisis akan menjadi glukosa dan fruktosa. Sukrosa tersebut akan menunjukkan reaksi positif dengan menampilkan warna merah.
ADVERTISEMENT
Pengujian karbohidrat dengan metode ini dilakukan dengan cara mencampurkan bahan makanan yang sudah berbentuk cair dan reagen Seliwanoff ke dalam tabung reaksi.
Selanjutnya, tabung reaksi akan didihkan selama 30 detik. Jika muncul warna merah, maka bahan makanan mengandung karbohidrat.
3. Uji Benedict
Uji Benedict karbohidrat dilakukan untuk mengetahui apakah bahan makanan mengandung gugus aldehid atau keton bebas. Semua monosakarida dan disakarida akan bereaksi positif jika diuji Benedict, namun pada polisakarida akan bereaksi negatif.
Uji positif Benedict ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata, serta adanya endapan.
Gula pereduksi akan mengalami oksidasi dalam larutan basa. Gula pereduksi akan mengalami tautomerisasi dan membentuk enediol yang mereduksi ion tembaga menjadi tembaga. Saat dipanaskan, ion tembaga akan menjadi tembaga oksida dan membentuk endapan.
ADVERTISEMENT
Reagen yang digunakan pada uji Benedict ini di antaranya adalah tembaga sulfat, natrium karbonat, dan natrium sitrat.
4. Uji Iodin
Uji Iodin karbohidrat merupakan uji yang paling mudah dan sering dilakukan. Kamu hanya cukup meneteskan Iodin ke bahan makanan.
Jika bahan makanan mengandung karbohidrat, maka akan menunjukan warna biru keunguan.
Uji karbohidrat Iodin mengambil prinsip sifat serap molekul polisakarida yang mengandung rantai glukosa dan membentuk heliks. Ruang antara heliks ini mampu menampung molekul iodin.
Itulah beberapa riset uji karbohidrat yang bisa dicoba. Makanan yang mengandung karbohidrat akan berubah warna jika dilakukan melalui uji karbohidrat di atas.
(NSF)